@jejaklangkah747

Minggu, 31 Oktober 2021

sifat tokoh alkitab

Berikut 12 tokoh Alkitab yang hidup penuh sabar, dan patut untuk kita teladani


1. Ayub
Ayub, salah satu tokoh yang di kenal sabar dalam Kitab perjanjian lama. Ayub dalam kisahnya, mengalami penderitaan yang sangat luar biasa; mulai kehilangan harta benda miliknya, hingga kehilang ke-10 buah hatinya. Tak hanya cukup disitu Ayub sendiri mengalami penderitaan fisik yang di alaminya.

Ada dua hal menarik dari tokoh ini. Pertama, yang dapat kita lihat di Ayub 1:9-10 iya menjawab istrinya dengan menunjukan kesetiaan dan ketetapannya untuk tetap berbakti kepada TUHAN. Dengan penuh sabar. Kedua, dari Ayub1:11-13 sebagaimana yang kita lihat disana adalah kesetiaan dari para sahabatnya. Ini menarik, ketika kita sabar terhadap Tuhan dan juga orang lain. Dan pada lain kesempatan orang juga memperlakukan hal serupa dengan kita.

2. Nuh
Nuh sala satu tokoh yang dapat dijadikan teladan kita dalam belajar sikap sabar. Nuh mengahabiskan waktu yang tidak sedikit untuk membuat kapalnya. Yang mana ia dan istrinya hidup selama 380 dalam kapal yang di buatnya. Hidup Nuh sempat menjadi tidak pasti, namun dengan kesabarannya ia tetap menunggu kebaikan dari Tuhan untuk memberi tanah dan kesempatan untuk memulai hidup yang baru.

3. Bunda Maria
Bunda Maria adalah sosok yang kita kenal dalam perjanjian Baru. Setelah menerima kabar dari Malaikat Gabriel, Bunda Maria mengalami ketidak pastian hidup akan bayi yang dikandungnya kisah ini berbuntut panjang hingga sampai pada kelahiran Tuhan Yesus dan kesabaran Bunda Maria sangat terlihat ketika Tuhan Yesus menerima begitu banyak hujatan dan penderitaan. Namun disana, ia tetap menunjukan sikap sabar ketika melihat kenyataan itu. Hingga dengan sabar pula ia menantikan janji Roh Kudus yang telah di sampaikan Tuhan Yesus sebelumnya.

4. Daniel
Kenyataan hidup seperti Daniel, mungkin sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. perlakuan tak adil kerap kita temukan. Daniel sosok yang perlu dijadikan teladan mulai dari kesetiaannya kepada raja dan Tuhan. Hingga kerelaannya ketika ia menerima keputusan yang tak adil.

Ketika kita menunjukan kesabaran kepada orang yang membenci atau ingin menjatuhkan kita maka Tuhan tidak menutup mata untuk memandang kita. Karena itu, jadikan Daniel sebagai sosok yang patut kita ikuti dalam hal bersabar kepada Tuhan dan juga kepada orang lain di sekitar kita.

5. Hosea
Hosea mengikuti apa yang dikatakan Tuhan kepadanya untuk menikahi seorang perempuan pelacur. Ia terus menunjukan cintanya yang besar bahkan menerima dan mengampuni istrinya yang tidak setia. Sebagaimana Tuhan mengampuni umat Israel yang tidak setia kepada-Nya.

Panggilan hidup kita, terkadang menjadi sulit bagi kita untuk memahaminya. Namun kisah hidup Hosea setidaknya menjadi pencerahan baru bagi kita. Bahwa panggilan hidup dari Tuhan adalah yang terbaik, sehingga akhirnya kita juga memperoleh hasil yang sangat memuaskan. 

6. Yusuf 
Yusuf mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari saudaranya (kej 37:1-38) sendiri. Ia di jual kepada orang Ismael dan di bawah ke tanah mesir. Tetapi ketaatan dan kesabaran yang di milikinya, menjadi sangat berkenan di hadapan Tuhan, sehingga segala yang ia lakukan selalu berhasil dengan baik yang pada akhirnya raja mengasihi Yusuf dan menyerahkan kekuasaan kepada Yusuf untuk seisi rumahnya.  Kesabaran Yusuf terlihat ketika Istri Tuannya itu mencoba untuk membujuknya, walaupun pada ahkirnya Yusuf harus menerima hukuman raja dalam keadaan yang tidak bersalah seperti yang di ceritakan istri raja. Namun begitu, ia sabar menerima kenyataan itu dan disana Tuhan berkenan kepadanya.

Kesabaran menjadikan segala sesuatu menjadi lebih baik. Termasuk hal kecil yang tampak sederhana. Sesuatu  yang besar dapat dilakukan dengan baik dan memperoleh hasil yang baik. Kesabaran adalah segala-galanya. Berkenan di hadapan Tuhan dan berhasil pastinya ada bersama kita. Mari kita belajar dari cara hidup Yusuf ini.

7. Abraham dan Sarah

Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa ia menjadi Bapak bagi banyak bangsa walaupun saat itu ia bersama istrinya, Sarah, belum memiliki anak. Abraham, tidak menunjukan kesabaran yang utuh. Namun Tuhan, memberitahu kepadanya agar tetap menunggu waktu yang tepat. Janji Tuhan kepadanya di nantikan oleh Abraham bersama istrinya dalam waktu yang panjang. Hingga dalam usianya yang ratusan tahun, barula mereka memiliki anak.

Tuhan itu baik. Ia penuh kasih. Walaupun kita tampak kurang sabar. Namun Tuhan mendidik kita dengan caranya yang ajaib agar kita tetap menjadi orang yang setia dan sabar. Abraham dan Sarah menjadi tokoh yang perlu kita jadikan pelajaran. Menanti dengan sabar akan waktu Tuhan tentu mendatangkan sesuatu yang ajaib dan mengejutkan kita dengan kebahagiaan.

8. Yokhebed
Setelah raja Firaun menetapkan keputusannya untuk membunuh semua bayi laki-laki dari Ibrani yang baru lahir, lahirlah Musa, ibu dan keluarganya menyebunyikan Musa selama kurang lebih tiga bulan lamanya. Namun, tak mungkin bertahan lama karena takut ketahuan, ibunya mengambil keputusan untuk membuang bayinya itu di sungai Nil. Yang kemudian di temukan oleh istri Firaun sendiri. 

Pada saat menemukan bayi itu, istri Firaun memutuskan ibunya Musa untuk menyusuinya dan merawatnya hingga besar. Hingga sampai Musa besar, barulah ibunya menyerahkan anaknya itu kepada istri Firaun.

Ketulusan dan kesabaran Yokhebed terlihat sedari awal, ketika Musa lahir hingga menyembunyikannya selamat kurang lebih tiga bulan. Karena cinta dan ketulusannya bagi Musa, ia memutuskan untuk membuangnya hidup-hidup. Alhasil harapan Yokhebed dalam keikhlasan dan kesabarannya membuahkan hasil. Musa menjadi orang yang berpengaruh besar bagi pembebesan Israel dan juga sangat di cintai Allah. Yokhebed, suatu cara hidup sabar yang mesti kita tiru.

9. Musa
Cinta kita terhadap tanah kelahiran dan asal muasal keturunan kita selalu melekat. Meskipun Musa lahir di tanah mesir, namun cintanya sangat besar bagi kaum bangsanya. Ia tak sudi melihat kaumnya di tindas dan diperlakukan secara kurang bijak. 

Hidup Musa, tidak kekurangan apapun, karena ia bagian dari keluarga raja Firaun. Namun begitu, cintanya terhadap Israel yang begitu membara ia meninggalkan semua itu. Dan dengan sabar ia mengikuti perkataan Tuhan yang disabdakan kepadanya untuk mengirip dan membawa orang Israel kembali ke tanah terjanji, tanah leluhur mereka.

Kisah Musa memetik banyak hal. Selain ketaatan dan kesetiaannya kepada Allah, kesabaran Musa juga terlihat dalam menghadapi berbagai kelakuan orang-orang Israel. Dan juga setiap kali ia mendengar apa yang di sampaikan Allah kepadanya.

10. Paulus

Paulus salah satu tokoh penting bagi Kristen. Kisah hidup Paulus mengajak kita untuk lebih paham mengenai cara Tuhan. Namun pada posisi yang lain, kita menjadi sulit untuk memahami cara Tuhan. Namun begitu, satu pokok pikiran kita adalah: Bahwa Tuhan dapat menjadikan siapa saja untuk menjadi pewarta kebenaran dan keselamatan-Nya. 

Paulus termasuk orang yang sangat-sangat sabar, mulai perjalanan bahaya yang dialaminya ketika di lempar batu hingga penyiksaan berat yang di alaminya. Sebagaimana yang kita ketahui, Paulus juga masuk penjara kurang lebih lima tahun lamanya. Tetapi kesabaran dan semangat pewartaannya terus membara. 

11. Samuel
Samuel seorang yang pekerja keras sepanjang hidupnya, demi kesejahteraan rakyatnya. Ia tak sudih melihat bangsanya jatuh dalam ketidak pastian oleh karena perbuatan dosa mereka. Samuel dengan caranya yang sabar dan penuh percaya diri menuntun mereka untuk bertobat. Samuel tokoh kesabaran yang patut bagi kita untuk di jadikan teladan, mulai dari cara hidupnya hingga penuntunan yang ia berikan kepada rakyatnya.

12. Simeon
Simeon salah satu tokoh yang sangat taat kepada Allah. Bahkan dalam doanya, ia memohon kepada malaikat Tuhan agar ia boleh mati setelah ia melihat kedatangan Mesias. Tak tercatat berapa lama waktu yang di habiskan Simeon untuk menunggu kedatangan Tuhan Yesus. Tetapi kesabarannya dalam menunggu kehadiran Kristus menjadi contoh bagi kita.

Bonus
Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan TUHAN adalah lurus, dan orang benar menempuhnya; Hosea 14:10

sifat tokoh alkitab

Berikut 12 tokoh Alkitab yang hidup penuh sabar, dan patut untuk kita teladani


1. Ayub
Ayub, salah satu tokoh yang di kenal sabar dalam Kitab perjanjian lama. Ayub dalam kisahnya, mengalami penderitaan yang sangat luar biasa; mulai kehilangan harta benda miliknya, hingga kehilang ke-10 buah hatinya. Tak hanya cukup disitu Ayub sendiri mengalami penderitaan fisik yang di alaminya.

Ada dua hal menarik dari tokoh ini. Pertama, yang dapat kita lihat di Ayub 1:9-10 iya menjawab istrinya dengan menunjukan kesetiaan dan ketetapannya untuk tetap berbakti kepada TUHAN. Dengan penuh sabar. Kedua, dari Ayub1:11-13 sebagaimana yang kita lihat disana adalah kesetiaan dari para sahabatnya. Ini menarik, ketika kita sabar terhadap Tuhan dan juga orang lain. Dan pada lain kesempatan orang juga memperlakukan hal serupa dengan kita.

2. Nuh
Nuh sala satu tokoh yang dapat dijadikan teladan kita dalam belajar sikap sabar. Nuh mengahabiskan waktu yang tidak sedikit untuk membuat kapalnya. Yang mana ia dan istrinya hidup selama 380 dalam kapal yang di buatnya. Hidup Nuh sempat menjadi tidak pasti, namun dengan kesabarannya ia tetap menunggu kebaikan dari Tuhan untuk memberi tanah dan kesempatan untuk memulai hidup yang baru.

3. Bunda Maria
Bunda Maria adalah sosok yang kita kenal dalam perjanjian Baru. Setelah menerima kabar dari Malaikat Gabriel, Bunda Maria mengalami ketidak pastian hidup akan bayi yang dikandungnya kisah ini berbuntut panjang hingga sampai pada kelahiran Tuhan Yesus dan kesabaran Bunda Maria sangat terlihat ketika Tuhan Yesus menerima begitu banyak hujatan dan penderitaan. Namun disana, ia tetap menunjukan sikap sabar ketika melihat kenyataan itu. Hingga dengan sabar pula ia menantikan janji Roh Kudus yang telah di sampaikan Tuhan Yesus sebelumnya.

4. Daniel
Kenyataan hidup seperti Daniel, mungkin sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. perlakuan tak adil kerap kita temukan. Daniel sosok yang perlu dijadikan teladan mulai dari kesetiaannya kepada raja dan Tuhan. Hingga kerelaannya ketika ia menerima keputusan yang tak adil.

Ketika kita menunjukan kesabaran kepada orang yang membenci atau ingin menjatuhkan kita maka Tuhan tidak menutup mata untuk memandang kita. Karena itu, jadikan Daniel sebagai sosok yang patut kita ikuti dalam hal bersabar kepada Tuhan dan juga kepada orang lain di sekitar kita.

5. Hosea
Hosea mengikuti apa yang dikatakan Tuhan kepadanya untuk menikahi seorang perempuan pelacur. Ia terus menunjukan cintanya yang besar bahkan menerima dan mengampuni istrinya yang tidak setia. Sebagaimana Tuhan mengampuni umat Israel yang tidak setia kepada-Nya.

Panggilan hidup kita, terkadang menjadi sulit bagi kita untuk memahaminya. Namun kisah hidup Hosea setidaknya menjadi pencerahan baru bagi kita. Bahwa panggilan hidup dari Tuhan adalah yang terbaik, sehingga akhirnya kita juga memperoleh hasil yang sangat memuaskan. 

6. Yusuf 
Yusuf mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari saudaranya (kej 37:1-38) sendiri. Ia di jual kepada orang Ismael dan di bawah ke tanah mesir. Tetapi ketaatan dan kesabaran yang di milikinya, menjadi sangat berkenan di hadapan Tuhan, sehingga segala yang ia lakukan selalu berhasil dengan baik yang pada akhirnya raja mengasihi Yusuf dan menyerahkan kekuasaan kepada Yusuf untuk seisi rumahnya.  Kesabaran Yusuf terlihat ketika Istri Tuannya itu mencoba untuk membujuknya, walaupun pada ahkirnya Yusuf harus menerima hukuman raja dalam keadaan yang tidak bersalah seperti yang di ceritakan istri raja. Namun begitu, ia sabar menerima kenyataan itu dan disana Tuhan berkenan kepadanya.

Kesabaran menjadikan segala sesuatu menjadi lebih baik. Termasuk hal kecil yang tampak sederhana. Sesuatu  yang besar dapat dilakukan dengan baik dan memperoleh hasil yang baik. Kesabaran adalah segala-galanya. Berkenan di hadapan Tuhan dan berhasil pastinya ada bersama kita. Mari kita belajar dari cara hidup Yusuf ini.

7. Abraham dan Sarah

Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa ia menjadi Bapak bagi banyak bangsa walaupun saat itu ia bersama istrinya, Sarah, belum memiliki anak. Abraham, tidak menunjukan kesabaran yang utuh. Namun Tuhan, memberitahu kepadanya agar tetap menunggu waktu yang tepat. Janji Tuhan kepadanya di nantikan oleh Abraham bersama istrinya dalam waktu yang panjang. Hingga dalam usianya yang ratusan tahun, barula mereka memiliki anak.

Tuhan itu baik. Ia penuh kasih. Walaupun kita tampak kurang sabar. Namun Tuhan mendidik kita dengan caranya yang ajaib agar kita tetap menjadi orang yang setia dan sabar. Abraham dan Sarah menjadi tokoh yang perlu kita jadikan pelajaran. Menanti dengan sabar akan waktu Tuhan tentu mendatangkan sesuatu yang ajaib dan mengejutkan kita dengan kebahagiaan.

8. Yokhebed
Setelah raja Firaun menetapkan keputusannya untuk membunuh semua bayi laki-laki dari Ibrani yang baru lahir, lahirlah Musa, ibu dan keluarganya menyebunyikan Musa selama kurang lebih tiga bulan lamanya. Namun, tak mungkin bertahan lama karena takut ketahuan, ibunya mengambil keputusan untuk membuang bayinya itu di sungai Nil. Yang kemudian di temukan oleh istri Firaun sendiri. 

Pada saat menemukan bayi itu, istri Firaun memutuskan ibunya Musa untuk menyusuinya dan merawatnya hingga besar. Hingga sampai Musa besar, barulah ibunya menyerahkan anaknya itu kepada istri Firaun.

Ketulusan dan kesabaran Yokhebed terlihat sedari awal, ketika Musa lahir hingga menyembunyikannya selamat kurang lebih tiga bulan. Karena cinta dan ketulusannya bagi Musa, ia memutuskan untuk membuangnya hidup-hidup. Alhasil harapan Yokhebed dalam keikhlasan dan kesabarannya membuahkan hasil. Musa menjadi orang yang berpengaruh besar bagi pembebesan Israel dan juga sangat di cintai Allah. Yokhebed, suatu cara hidup sabar yang mesti kita tiru.

9. Musa
Cinta kita terhadap tanah kelahiran dan asal muasal keturunan kita selalu melekat. Meskipun Musa lahir di tanah mesir, namun cintanya sangat besar bagi kaum bangsanya. Ia tak sudi melihat kaumnya di tindas dan diperlakukan secara kurang bijak. 

Hidup Musa, tidak kekurangan apapun, karena ia bagian dari keluarga raja Firaun. Namun begitu, cintanya terhadap Israel yang begitu membara ia meninggalkan semua itu. Dan dengan sabar ia mengikuti perkataan Tuhan yang disabdakan kepadanya untuk mengirip dan membawa orang Israel kembali ke tanah terjanji, tanah leluhur mereka.

Kisah Musa memetik banyak hal. Selain ketaatan dan kesetiaannya kepada Allah, kesabaran Musa juga terlihat dalam menghadapi berbagai kelakuan orang-orang Israel. Dan juga setiap kali ia mendengar apa yang di sampaikan Allah kepadanya.

10. Paulus

Paulus salah satu tokoh penting bagi Kristen. Kisah hidup Paulus mengajak kita untuk lebih paham mengenai cara Tuhan. Namun pada posisi yang lain, kita menjadi sulit untuk memahami cara Tuhan. Namun begitu, satu pokok pikiran kita adalah: Bahwa Tuhan dapat menjadikan siapa saja untuk menjadi pewarta kebenaran dan keselamatan-Nya. 

Paulus termasuk orang yang sangat-sangat sabar, mulai perjalanan bahaya yang dialaminya ketika di lempar batu hingga penyiksaan berat yang di alaminya. Sebagaimana yang kita ketahui, Paulus juga masuk penjara kurang lebih lima tahun lamanya. Tetapi kesabaran dan semangat pewartaannya terus membara. 

11. Samuel
Samuel seorang yang pekerja keras sepanjang hidupnya, demi kesejahteraan rakyatnya. Ia tak sudih melihat bangsanya jatuh dalam ketidak pastian oleh karena perbuatan dosa mereka. Samuel dengan caranya yang sabar dan penuh percaya diri menuntun mereka untuk bertobat. Samuel tokoh kesabaran yang patut bagi kita untuk di jadikan teladan, mulai dari cara hidupnya hingga penuntunan yang ia berikan kepada rakyatnya.

12. Simeon
Simeon salah satu tokoh yang sangat taat kepada Allah. Bahkan dalam doanya, ia memohon kepada malaikat Tuhan agar ia boleh mati setelah ia melihat kedatangan Mesias. Tak tercatat berapa lama waktu yang di habiskan Simeon untuk menunggu kedatangan Tuhan Yesus. Tetapi kesabarannya dalam menunggu kehadiran Kristus menjadi contoh bagi kita.

Bonus
Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan TUHAN adalah lurus, dan orang benar menempuhnya; Hosea 14:10

Kamis, 15 Oktober 2020

Jangan Sia-siakan Anugrah Keselamatan Yang Tuhan Berikan

Roma 10:17
Syalom teman-teman semua saudara seiman yang dikasih oleh Tuhan Yesus Kristus hari ini kita akan membahas tentang keselamatan keselamatan itu adalah kasih karunia yang Tuhan berikan bagi setiap orang yang percaya kepadaNya berbicara tentang keselamatan ada banyak pengajaran mengatakan bahwa keselamatan Itu adalah sebuah pekerjaan yang diberikan kepada kita supaya kita bisa mengerjakannya ada juga yang mengatakan bahwa itu adalah anugerah yang Tuhan berikan secara cuma-cuma bagi setiap orang yang percaya kepadaNya hari ini kita akan berbicara tentang keselamatan itu sendiri bahwa keselamatan itu adalah anugerah yang Tuhan berikan dan keselamatan itu akan menghasilkan buah yaitu perbuatan jadi teman-teman semua jangan merasa bingung jangan merasa salah berpikirnya bahwa Tuhan Yesus itu adalah Allah sendiri namun dia tidak mengatakan bahwa dia sendiri Mengaku Mengaku bahwa dia adalah Allah biar hanyar lah kita yang menjadi saksinya bahwa Yesus itu adalah Allah sendiri itu juru selamat orang percaya jadi teman-teman semua Jangan pernah merasa bingung Yesus itu adalah Allah Yesus itu adalah Tuhan kenapa sih jadi katakan Tuhan dia juga tidak mengatakan bahwa dia adalah Tuhan Ya jelas dia tidak seperti manusia harus ada Pengakuan dari orang lain itu lah dia hanya ingin mengakui dirinya itu dengan cara orang lain itu sendiri bahwa dia adalah juruselamat itulah bedanya kita dengan Allah itulah bedanya kita manusia dengan Tuhan Yesus sendiri adalah sendiri demikian banyak yang menjadi ayat ayat yang mengatakan bahwa keselamatan itu secara cuma-cuma namun saya mengatakan pada saat ini bahwa keselamatan itu adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada kita karena di dalam kitab Paulus mengatakan bahwa iman itu timbul dari pendengaran akan kebenaran firman Tuhan karena dia mendengarkan kebenaran firman Tuhan maka dia akan di selamat kan.... jadi Mari kita belajar bersama-sama bahwa kita jangan pernah menyia-nyiakan kasih karunia itu sendiri akan harus berbuat baik karena buah dari keselamatan adalah berbuat baik membagi berkat itulah yang menjadi pekerjaan kita sebagai anak-anak Tuhan yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus demikianlah firman Tuhan Tuhan Yesus memberkati Shalom

Kamis, 26 Maret 2020

pandangan reformator

PANDANGAN PARA REFORMATOR
Dalam bab yang lalü kita — dengan singkat — telah memaparkan perkem. bangan penyusunan Gereja dalam abad-abad pertama dan abad-abad pette. ngahan. Di situ kita melibat, bagaimana sruktur-struktur episkopal makin lama makin dipethokob oleh perkembangan itu. Dalam bab ini kita juga — dengan singkat — mau membahas reaksi para reformator terhadap Sü-uktur. sruktur episkopal itü dan pandangan mereka tentang penyusunan Gereja
Kita mulai dengan Luther. Pandangan Luther tentang Gereja dan penyusunannya — seperü yang telah kita dengat sebelumnya — langsung berhubungan dengan ajamnnya tenmg pembenaran (yustifikasi) hanya oleh iman. Dari sejarah gereja kita tabu, bahwa pada tanggal 31 Oktober 1517 ia menempelkan sehelai kertas dengan 95 dali! ğen9ng "aflaat” (penghapusan hukumm-hukuman yang bersifat sementam dan yang dibuat oleh orang percaya, sesudab ia dibapüs dan pengampunan dosa) di pintu gedung gereja Wittenberg dengan pejTfiiEIE%23 untuk mengadakan disput (perdebatan) dengan dia. Dalam dalil-d21il itü Luther berusaha meniadakan otoritas ilahi dari penobman dan mengajar orang-orang percaya unluk berpikir secara benar tentang penobman ün hukuman. Sebagai contDb kita — di bawah ini — mengutip beberapa dalil yang penüng:
— Dalil pertama: 'Waktu Tuhan dan Guru kita Yesus Kristus berkata 'Benobatlah!' la menghendaki supaya seluruh hidup orang-omg percaya merupakan suatu pertobatan”.
                Hal yang sama kita juga baca dalam dalil keempat: "Karena itü hukuman tetap ada, selama kebencian terhadap ke-aku-an (dan itülah pertobatan baüniah yang benar) tetap ada, jadi sampai ke jalan maşuk dalam Kerajaan Allah”.
                Sesuai dengan itu, dalü keempatpuluh berbunyi: "Penyesalan yang benar mencari hukuman-hukuman dan mencintainya". Dengan 

uangnya untuk pekerjaan kasih (la-ipada untuk pembelian "aflaat".
Oleh perbuatan Luther pada tanggal 31 Oktober itu putuslah hubungannya dengan hierarki gerejawi dari Gereja Katolik Roma. Sebagai konsekuensi dari hal itu, ia — pada tanggal 10 Desember 1520, seperti yang telah kita katakan dalam bab 2 — membakar dekrit-d&it paus bersama-sama dengan "Corpus luris Cononici"
 Oleh pembakaran itu timbullah suatu kekosongan dalam hidup gerejawi dari orang-orang percaya yang mengikut Luther. Kekosongan ini berlangsung cukup lama.
Luther menyadari kekosongan itu. Karena itu ia berusaha untuk "mengisinya". Dan ia melakukan hal itu dengan bantuan pengakuan tentang pembenaran (yustifikasi) hanya oleh iman. la katakan: "Oleh iman tiap-tiap orang Kristen mendapat hubungan yang langsung dengan Allah. " Dalam karyanya "Kebebasan seorang Kristen" ia menjelaskan bal itu sebagai berikut:
Oleh iman seorang Kristen bebas dan tidak takluk pada siapa pun. Oleh karena kasih seorang Kristen adalah hamba dari tiap-tiap orang. Hak Gereja tidak dapat menempatkan dirinya antara jiwa dan Allah. Tetapi ia juga üdak dapat menempatkan suatu instansi antara orang percaya dan saudaranya (sesama manusia).
Kalimat-kalimat di atas berkata-kata tentang suatu hubungan yang langsung, suatu spontanitas, yang tidak secara primer memberi dirinya dipimpin oleh peramran-peramran yang lahiriah. Malaban di sini ,hukum Allah sendiri pun ditempaUan di belakang. Memang hukum Allah mempunyai suatu fungsi dalam pemberian pimpinan kepada pengampunan dosa dan juga dalam pemberian bentuk kepada kehidupan bersama. Tetapi dalam persaudaraan orang-orang percaya berlaku suatu hukum yang lain, yaitu hukum kasih, yang bekerja secara bebas.
Ajaran Luther tentang pembenaran (yustifikasi) hanya oleh iman memimpin kepada pandangannya tentang imamat-am orang-orang percaya. Dalam pandangan ini terhapus perpisahan hierarki antara kaum rohaniwan dan kaum awam. Bagi Luther, Gereja — seperti yang nyata dari kuliah.kuliahnya tentang Kitab Mazmur — adalah "Gereja yang tersembunyi" (ecclesia abrondita). Gereja terdiri dari perkumpulan orang-orang mg dibenarkan, dari perkumpulan orang-orang yang dipilih. la adalah tubuh mistik dari Kristus
Jadi apakab anggota-anggota Gereja adalah orang-orang yang benm Tidak, kata Luther, anggota-anggota Gereja — yaim semua orang yang telah dibaptis - terdiri dari orang-orang yang benar dan orang-orang yang tidak benar. Or€J1g-orang dari Kerajaan Kristus merupakan Gereja yang rohani yang terutaru tersembunyi dan yang karena itu tidak dapat ditata atau dlatu'r oleh hukum yang lahiriah. la katakan:
"Selumh su•uktur dari Gereja Kristus adalah batiniah, di hadirat tidak kelihatan".
Dalam kuliah-kuliahnya, Luther mula-mula tetap berpegang pada bagan tradisional, di mana Peu•us adalah penerima dari Kerajaan Sorga" (Mat. 16:19) dan sesudah Petrus, para uskup. Tetapi di balik organisasi gerejawi yang lahiriah, ia terutama mclihat bentuk rohaniah dari Gereja yang ditentukan oleh hukum Allah.
  Hukum Allah ini ia anggap sebagai hukum rohani. la katakan: Hanya  kehidupan rohani berada di bawah bukum Allah dan hanya hukum Allah ini yang menenmkan kehidupan rohani.
  Menurut dia strukttr lahiriah dari Gereja tidak mengenal hukum ilåi (ius divinum). Tetapi Gereja yang rohani (ecclesia spiritualis) hidup menumt hukum ilahi.
Pada tahun 1513 pikiran-pikiran di atas ia viabarkan dalam suatu buku kecil yang berjudul: Bahwa suatu Sidang atau Jonaat kristiani mempunyai hak atau kuasa untuk menilai semua ajaran dan untuk memanggil, meng• angkat dan memecat pengajar-pengajar. Dalam karyanya ini ia memobilisir Jemaat, berdasarkan hukum ilahi yang dikaruniaka.n kepadanya. la katakan:
Jiwa lebih ünggi daripada bal-hal fana. la harus diperintah oleh Firman Allah. Firman ini dipercayakan kepada Jemaat, juga sebagai suam alat untuk mengetahui, apakah isi pemberitaan (khotbah) sesuai dengan hukum Allah.
Dari perkataannya ini nyata, bahwa ia tidak memperhitungka lagi bantuan dari para uskup atau kaum rohaniwan. Jemaat sendiri — me rut dia - harus bertindak. Kepadanya ia katakan:
"Kita tidak boleh menggoda Allah tidak boleh mengharapkan, bahwa la akan mengirimkan pemberita-pemberita Firman baru dari sorgæ Karena itu kita harus berpegang pada Kitab Suci dan memanggil serta menggangkat  antara kita orang-orang yang kita anggap sanggup melakukaD

pekerjaan itu, yaitu orang-orang yang diterangi Allah dan yang
di lengkapi dengan karunia-karunia

Kepada anggota-anggota Jemaat ia peringatkan, bahwa orang Kristen bukan sąia mempunyai hak dan kemampuan untuk memberitakan Firman Allah, tetapi juga bahwa ia mempunyai kewajiban untuk melakukan hal itu. Kalau ia berada (lalam suatu keadaan, di mana ia adalah satu-satunya yang dapat melakukannya, ia — karena kasih — berkewajiban untuk memberitakan Firman, juga kalau tidak ada rang yang memanggil mengangkamya unmk pelayanan ini. 
Di sini tampak kepada kite betapa sentralnya tempat yang ia bcrikan kepada percaya dalam pandangannya. Tiap-tiap anggota Jemaat — menurut dia — mempunyai hak untuk memberitakan firman Tiap-tiap orang yang telah menerima baptisan — katanya dengan tegas — adalah seorang imam yang sah, seorang imam yang telah ditahbiskan.
Kalau di suatu tempat terdapat banyak orang Kristen — katanya selanjutnya — kewajiban ini tetap berlaku, tetapi harus diingat, bahwa tidak boleh ada orang yang mengajukan dirinya sendiri. Ia harus dipanggil dan diangkat untuk pelayanan itu. Ia menjalankannya atas nama dan dengan tugas dui orang-orang itu. Ia mengingatkan anggota-anggota Jemaat, bahwa tiaptiap orang Kristen mempunyai hak untuk memberitakan Firman, tetapi hal itu harus terjadi secara teratur.
Pikiran ini ia juga sampaikan kepada anggota-anggota Jemaat di Bohemia dalam bentuk suatu nasihat, waktu mereka — pada tahun yang sama — befianya kepadanya, bagaimanakah caranya mereka memperoleh pemberita-pemberita Firman yang sah. Ia menunjuk kepada imamat am orang-orang percaya, yang ia kaitkan pada persekutuan dengan Kristus, yang mereka kenal. Semua orang Kristen — katanya kepada mereka — mendapat tugas untuk memberitakan Firman. Karena itu Jemaat harus berkumpul: di mana dua atau tiga orang bersekutu, di situ Tuhan bersama-sama dengan mereka. Di sini saudara-saudara dapat menunjuk mereka, yang mempunyai karunia, untuk melayani.
Luther tidak pemah melepaskan cita-citanya ini, juga tidak waktu pemberontakan para petani memaksanya untuk berpikir ke arah yang sedikit   Hanya beberapa tahun sesudah karyanya, yang kita kutip di atas, dalam prakata dari karyanya yang lain — Deutsche Messe — yang ia tulis paa tahun 1526, ia katakan seperti berikut:

Jemaat mengkonstituir dirinya sendiri di sana, di mana kita üdak ber_ kumpul bersama-sama "dengan rupa-rupa orang", tetapi di mana
"yang secara serius mau menjadi orang-orang Kristen," mencatatkan diri dan berkumpul sendiri dalam suatu rumah untuk berdoa bersama. sama, membaca Kitab Suci, melayani Baptisan, dan lain-lain. Kalau kita mempunyai orang-orang untuk hal itu, maka tatanan dan cara untuk mengatur sesuatu pasti akan segera ditemukan. 'Tetapi kita tidak dapat dan belum boleh menata atau menyusun suatu Jemaat yang demikian, karena untuk itu kita belum mcmpunyai orang«ang dan pribadi-pribadi (yang kita bumhkan) dan kalau kita melihat, bahwa beltm banyak orang yang mendorong kita unmk melakukan hal itu"
Luther terpaksa menerima situasi yang ada pada waktu itu. Tidak  tanda-tanda, bahwa Gereja-gereja yang mandiri secara sukarela mau bergabung. Malahan sebagai gantinya muncul apa yang disebut dalam bahasa Jerman Landesherrliche Kirchenregiment, yaitu suatu pememtahangereja, di mana raja setempat memegang ptmpinan. Ada aupa-rupa faktor yang mendukung perkembangan ini. Yang terpenting di antaranya ialah:
  Luther tidak mempunyai orang-orang unu.ik merealisasikan cita-citanya. Hal ini yang terutama dikeluhkan oleh Luther.
                Teologi Luther tentang hakikat Gereja yang tidak kelihatan tidak merupakan stimulans baginya sendiri menangani organisasinya yang kelihatan. Malahan btclog:zya sebalihya membeikan kemungkinan kepadanya untuk zenv€•ahkan organisasi Gereja dan pimpinannya kepada raja-raja, yang kuasa untuk bertindak sebagai "uskup-uskup darurat".

                Situasi yang kacau, yang disehabk:an oleh pemberontakan para petani, membantu   suatu sistem pemerintahan-gereja yang memberikan pengaruh yang penting kepada raja-raja setempat.
  Di samßing itu perkembangan politik di Jerman mendorong ke arah itu: rupa-rupa daerah berusaha memperbesar pengaruhnya terhadap para petani (yang memberontak), ter p kota-kota (yang mau bebas) dan juga terhadap pemerintah (n "a).
Di Saksen dorongan untuk membentuk 'Landesherrliche Kirchenregiment" diberikan oleh raja di situ: Johann Friedrich. Kepada Luther ia usulkan, supaya keributan di daerah-daerah dihentikan dengan jalan mengadakan visitasi dan memecat pekabar-pekabar Injil yang nakal. Mula-mula Luther


agak ragu-ragu terhadap usul ini' tetapi kemudian ia menyetujuinya waktu ia mengetahui, bahwa situasi gerejawi di situ tidak menguntunglan. la sendiri menyusun suatu rencana untuk pekerjaan itu. Dalam rencana itu ia juga melibatkan universitas di Wittenberg. la menghendaki, supaya visitasi itu diadakan dengan baik. Karena itu ia menugaskan Melanchton untuk menyusun peraturannya. Dan ia sendiri prakata sebagai penje\asan dan petunjuk.
la katakan, bahwa pekerJ visitasi mempunyai sifat ilahi. Sebagai contoh ia menunjuk kepada rasul-rasul. Mereka juga berjalan keliling, tetapi bukan hanya untuk bervisata. Pekerjaan mereka sebenarnya adalah pekerjaan uskup-uskup.
Luther sendiri '-nau menggunakán jabatan itu Iagi dalam Gereja. Tetapi karena ada orang yang merasa diri terpanggil untuk itu, raja telah memintanya unülk menunjuk visitator-visitator yang dibutuhkan oleh daerahnya. Raja — kata Luther — adalah satu-satunya uskup, knrena tidak ada uskup yang mau membantu kita. Dalam sistem ini diciptakan apa yang disebut "konsistori-konsistori" sebagai organ-pembantu untuk raja. Konsistorikonsistori itu beranggotakan yuris-yuris dan teolog-teolog, yang harus memberikan advis atau nasihat di berbagai bidang yang ada hubungannya dengan kepemimpinan Gereja. Di samping itu diangkat superintenden-superintenden, yang harus mengawasi pemberitaan Firman dan tingkah-laku pelayan-pelayan Gereja. Juga diselenggarakan sinode-sinode, tetapi bukan sebagai sidang atau pertemuan Gereja-gereja, melainkan sebagai wadah musyawarah dari visitator•visitator, superintenden„superintenden, dan kemudian juga uskup-uskup.
Luther — seperti kita tahu — mengadakan perbedaan yang tajam antara Gerja dan negara. Visi ini — yaitu visi tentang hubungan dari kerajaan" ini — memungkinkannya untuk memimpin perkembanganperkembangan yang kita jelaskan di atas ke arah ini. Sebagai "praecipium membrum ecclesiae" raja harus menjaga dan memelihara Gereja. Pelayan gerejawi hanya bertugas memberitakan Firman.
Usaba Luther ini mungkin dimaksudkan sebagai suatu tindakan darurat. Sebab para ahli tidak dapat membuktikan, bahwa ia dengan usahanya itu mau memberikan sesuatu yang tetap kepada Gereja reformatoris di Jerman Yang pasü ialah, bahwa cita-citanya yang mula-mula üdak mengarahkan ke jurusan ini. Yang ia utamakan ialah pemberitaan Firman yang bebas tentang anugerah Allah. Dan ia menyangka bahwa hal itu cukup terWaktu ia memberikan tugas uskup kepada raja. Juga mungkin karena

ia  - seperti yang telah kita katakan di atas - bahwa "seluruh
struktur
Gereja adalah sesuatu yang batiniah, di hadirat Allah, tidak kelihatan„ Selain daripada itu ia percaya pada kuasa Firman Allah: di mana Firman itu diberitakan, di situlah Gereja. Jabatan, yang ia utamakan, ialah jabatan pemberiui. Oleb pembaitaan — katanya — berlangsung pelayanan sebenamyL
Kita lanjutkan dengan Zwingli. Di atas kita dengan singkat — telah mendengar pandangan Luther tentang hukum dan struktur Gereja. Pandangan Zwingli tenung hukum dan sü-uktur Gereja berbeda dengan pandangan Luther: pandangannya lebih mirip dengan pandangan Bucer dan Calvin. Tetapi Zwingli üdak dipengaruhi• oleh mereka Zwingli mempunyai pendekatan sendiri. Dalam protestanüsme "reformed" pandangannya menempaü tempat yang penting. Penüng kita bahwa ia juga — sama seperü kawannya Bullinger - mempunyai pengaruh atas puritanisme Anglikan di Ingvis. Ia — pada tahun 1518 — menjadi pelayan di JemaB Z?Ech. Sejak studinya — di Wenen dan di Basel — ia telah dibentuk oleE h;ynanisme. Dengan Erasmus (seorang humanis Belanda) ia mempunyai bgbungan yang eraL Ia mau kembali ke sumber-sumber Kitab Suci, kaxena anggota-anggota Jemaat —mentrut dia — harus mendengarkan tafsimn Injil yang benar. Ia sangat dipengaruhi oleh religiositas Erasmus. Sama seperti humanishumanis Iain, ia — oleh disputasi di Leipzig (1519) dimenangkan  untuk Luther. Ia yakin; bahwa pembenaran (yustifikŒsi) hanya oleh iman, harus mendapat tempat yang sentral dalam reformasi.
Pada tahun 1520 ia mulai menggiatkan reformasi di Zürich. Ia sangat menentang 'Reislaufen", yaitu kebiasaan dari orang-orang Swis untuk menyewa diri sebagai prajurit kepada pemerintah-pemerintah asing. Dua tahun kemudian "Reislaufen" dilarang oleh Dewan Kota Zürich. Hal itu mendorongnya untuk melanjutkan usaha pembaruannya antara Iain dengan jalan menyerang peraturan-peraan-an selibat-imam, dan sebagainya
Untuk disputasi di Zürich (pada tahun 1523) • menyusun 67 dalil. Disputasi itu membawà banyak perubahan di antaranya ialah: Dewan Kota memerintahkan Gereja. kepada Yang semua terpendngpelayan untuk hanya memberitakan Firman

Pada tahun 1523 menyusul disputasi kedua di Zürich. Hasilnya Iebih radikal daripada hasil disputasi Zürich yang penama. Dewan Kota menyuruh

mengeluarkan salib-salib, patung-patung, malahan juga organ-organ dari gedung-gedung gereja. Selain daripada itu Misa diganti dengan ibadah perjamuan Malam yang lebih sederhana. Ganti mezbah-mezbah Gereja menggunakan meja-mejyperjamuan. Dan karena Firman Allah juga menguasai hidup kemasYTakatan, Dewan Kota menyuruh menyusun peraturanperaturan perkawinan dan disiplin gerejawi yang ketat.
Di sinilah letaknya perbedaan antara ajaran Luther dan ajaran Zwingli. Zwingli tidak setuju dengan pengaiar-pengajar ibadah di Wittenberg. la menentang kekacauan dan tidak setuju dengan kemauan rakyat yang fanatik. la juga berbeda pendapat dengan Luther yang mengatakan, bahwa bentuk-bentuk tidak ada gunanya, kalau kita secara batiniah telah bebas dari bentuk-bentuk itu. Tidak, dengan sadar pembaruan ia anggap sebagai tugas la lebih mudah dapat melakukan hal itu, karena ia — oleh humanismenya — dari mulanya bersikap lebih bebas terhadap tmdisi daripada Luther. Lebih itu: ia lebih menyadari hubungan antara bentuk dan isi daripada Luther.
Menurut Luther, gereja sebagai kerajaan Kristus — seperti yang telah kita dengar — adalah Gereja yang seluruhnya batiniah. Zwingli sebaliknya berpendapat: Regnum Christi etiaq extemum. Maksudnya: Kerajaan Kristus bukan hanya baüniab Kerajaan itu juga lahiriah. Zwingli erat sekali menghubungkan gereja dengan negara. Hal itu nyata dengan jelas dari perkataannya di Snssburg, waktu ia — dalam perjalanannya ke Marburg untuk menghadiri "musyawarah-agamiah" yang diselenggarakan di situ (pada tahun 1592) — singgah dua minggu di kota itu. la katakan:
"Seorang Kristen tidaklah lain daripada seorang warga-kota yang baik dan setia, dan suatu kota kristiani tidaklah lain daripada Gereja Kristen".
Zwingli menjelaskan pandangannya ini dengan menunjuk kepada hubungan antara jiwa dan tubuh. Dalam Expositio Fidei (1531) ia menggabungkan keduanya. la katakan: "Dalam Gereja Kristen pemerintah dan jabatan profetis sama-sama perlu, sekalipun jabatan profetis lebih penting. Sebab sama seperti manusia banya dapat terdiri dari jiwa dan tubuh — sekalipun tubuh merupakan bagiannyayang kurang penting ja tidak dapat ada tanpa pemerintah, sekalipun pemerintah banya melakukan 'hal-hal yang kasad', yang tidak langsung mempunyai hubungan dengan hal-
ha.l rohani

Yang penting di sini ialah: pemerintah — menurut Zwingli — beraa di bawah jabatnn profetis, tetapi keduanya ia tempatkan di bawah satu pengãdan, yaiül GerejL Demlldan pula halnya dengan kiasan jiwa tubuh. Baginya ubuh berada di bawah jiwa. Tetapi baik jiwa, maupun tubuh, keduanya adalah bagian dari manusia Urutan ini — menurut dia dibalikkan oleh anti Kristus dengan jalan melepaskan dirinya dari kuasa pemerintah dan menempatkan dirinya di atas raja-raja. Zwingli menentang hal itu. Sungguhpun demikian ia tetap menganut pendapat, bahwa pemerintah harus bersedia mendengarkan Firman Allah dan mendengarkan mereka yang menóeritakan-Nya.
Firman, yang pemerintah harus dengarkan itu — menurut Zwingli — adalah firman yang jelas. Berdasarkan Firman iül pemerintah dapat mengambil keputusan tentang agama yang benar. Yang Zwingli maksudkan di sini dengan Firman bukanlah Firman yang lahiriah. Firman yang lahiriah tidak mempunyai wibawa. Yang mempunyaÀ yibawa ialah suara batiniah dari Roh Kudus. Tetapi kemudian, waktu pengaiar-pengajar bidaah di Zürich mau memisahkan Firman yang lahiriah dati Finnan yang batiniah (sebagai suara Roh Kudus) ia dengan tegas menolak hal itu dan dengan kuat menekankan kesamaan antara keduanya.
Dalam ajarannya Zwingli mengaksentuir pentingnya Gereja setempat. Kitab Suci — menurut dia — üdak mengenal "ecclesia representativa", seperü yang diajarkan oleh Gereja Katolik Roma. Gereja ini — menu•ut dia — mau berkuasa dan memerintah. Karna itu ia menentangnya Gereja — katanya dengan tegas — adalah Gereja yang konkret dan katolik: "Orang yang percaya di India adalah juga anggota dari Gereja yang katolik, sama seperti orang percaya di Zürich". Tetapi Gereja di Zúrich adalah tubuh Kristus yang kelihatan. Itu yang ia katakan dalam disputasi yang kita sebut di atas.
Sebagai lanjutan dari disputasi-disputasi itu timbullah kemudian sinodesinode, yang sangat penting artinya bagi pnataan hidup gerejawi. paa tahun 1526 salah sam dari sinode-sinode itu diselenggarakan di Homberg (Saksen). Dalam sinode im Franciscus lambertus memainkan peranan penting• Kepada Luther ia mengirimkan suaül bagan tatagereja, tetapi Luther tidak menggunakannya. Zwingli sebaliknya mau belajar dari sinode di HOmberg. Terutama ide dari pertemuan — yang terdiri dari pelayan-pelayan gerejawi yang membicarakan soal-soal Gereja — ia angat hargai dan karena itu ia ambil-alih.

Pada tahun 1528 Gerejanya berkumpul bersama-sama dalam suatu sinode. Di sim diputuskan unulk secara teratur menyelenggarakan sinodesinode yang demikian. Selai daripada para rohaniwan, sinode-sinode itu dihadiri juga Oleh wakil-wakil dari pemerintah (magistrat) dan dari kaum awam. Salah satu pokok penting, Yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan itu ialah sensor (sebagai unsur disiplin) yang diterapkan di antara mereka sendiri. Janji-ordinasi mereka antara Iain berbunyi: "Bahwa aku akan setia mempelajari dan memberitakan Firman Allah, kalau aku dipanggil untuk pelayanan itu. Aku akan melakukannya sesuai dengan . . kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan dengan mandat, yang diberikan Oleh Dewan Kota Zürich. Sebalilmya aku üdak akan mengimpor ajaran yang menyangsikan atau yang belum dikukuhkan Oleh sidang para pendeta".
Banyak sekali hal yang dibicarakan dalam sidang-sidang sinode, yang juga dihadiri Oleh wakil-wakil dari pemerintah (magistrat). Tetapi Zwingli berpendapat, bahwa tugas pemerintah tidak dapat lebih banyak daripada ini, yaim menuntut supaya warga-warganya menjadi warga-warga yang taat dan setia. Di samping itu ia sebagai pemerintah harus memperhatikan hal-hal yang lahiriah, misalnya kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam
Zwingli dengan tegas membedakan Gereja (sebagai kerajaan Kristus) dengan pemerintah (sebagai "corpus christianum"). Corpus Christi — menurut dia — menginspirasi corpus christianum. Di bawah ini kita menyebut halhal penting yang diatur Oleh pemerintah dan Gereja pada waktu Zwingli:
                Pertama: Disiplin dan penerapannya. Disiplin dan penerapannya — menurut Zwingli — adalah tugas gecja. Sungguhpun demikian ia tidak dapat meyakinkan Dewan Kota Zürich, bahwa "ekskomunikasi" (pengucilan ) adalah hak Gerejæ Usul Zwingli, yang ia ajukan pada tahun 1525 tentang hal itu kepada pemerintah, tidak mau dibicarakan Oleh Dewan Kota.
  Kedua: Usul pembentukan tribunal (peradilan) untuk soal-soal perkawinan. Usul ini diterima dan dimalisir pada tahun 1525. Tribunal ini terdiri dari 6 anggota: 2 pendgta dan 4 wakil pemerintah. "Züricher Ehegerichd' ini kemudian berfungsi sebagai model dari lembaga-lembaga Yang serupa, Yang didirikan di Swis dan di Jeman-
                Keüga: Penetapan fungsi "penatua atas nama gereja" (Ältere in Namen der Kirche). Dua dari penatua-penatua ini bersama dengan pendeta da) seorang wakil pemerinnb merupakan


menghendaki supaya dalam segala sesuatu Gereja ditata menurut Firman Allah•. "Saya katakan, bahwa Gereja ådak dapat hidup, kecuali kalau disusun semacam pimpinan (pengurus), seperti yang kita ketahui dari Firman Allah dan yang dituruti dalam Gereja Purba."
Calvin sangat kuat menekankan apa yang Kristus katakan kepada kita dalam Firman-Nya. Hal ini — yang ia anggap sebagai perintah yang penting — ia rumuskan atas rupa-rupa jalan. la katakan: Yang penting ialah suatu 'orde' suatu tatanan, yang Kristus mau gunakan untuk memimpin Gereja-Nya... suatu pemerintahan Gereja, yang Tuhan telah tetapkan untuk selama-lamanya... suatu orde untuk memimpin Gerja... suatu orde yang diwariskan kepada kita oleh Firman-Nya yang suci... suatu bentuk pengurusan atau pemerintahan, yang la sendiri berikan... suatu pemerintahan rohani, yang disahkan oleh Allah sendiri.
Calvin yakin, bahwa semua yang ia rumuskan di atas ini, dikehendaki oleh Allah. Karena itu kita ddak mempunyai hak untuk tidak menaati atau menyimpang dagipadanya.
Bukan saja dalam Insjcusinya — di mana ia memberikan suatu uraian yang sistematis tentang hakikat Gereja — tetapi juga dalam tatagerejatatagereja, yang ia susun, ia nununjuk kepada Kitab Suci. Dalam salah satu tulisannya — pada tabun 1539 ia dengan tegas mengatakan, bahwa tidak ada Gereja yang dapat hidup dalam bentuknya yang benar, kalau kita tidak memperhatikan peraturan-peraturan yang diberikan oleh Tuhan.
Sayang sekali, bahwa bagan tatagerejanya tidak diterima oleh Dewan Kota Geneva Dewan Kota sendiri menjalankan disiplin dan dengan jalan im ia merendahkannya menjadi emacam "pengawasan-polisi". Juga Perjamuan Malam hanya boleh dirayakan empat kali setahun. Terhadap penandatauganan surat pengakuan-iman penduduk kota merasa keberatan. Calvin dan Farel tidak menerima semuanya itu. Mereka menghendaki penyelenggaraan suatu sinode. Tetapi lawan-lawan mereka mempemleh kemenangan, waktu diadakan pemilihan Dewan Kota (pada tahun 1538). Situasi mereka makin bertambah sulit. Akhirnya mereka dipecat oleh Dewan Kota dan disuruh meninggalkan Geneva Farel berangkat ke Neuchåtel. Dan atas desakan Bucer, Calvin menerima permintaan imtuk pergi ke Su-assburg. Tiga tahun (1538-1541) lamanya ia bekerja di sim. Di Strassburg ia banyak belajar du•i Bucer.
Pada nhun 1541 Calvin — atas pemintaan Dewan Kota dan Oleb dorongan Farel — kembali ke Geneva. Di situ ia segera mulai dengan suatu tatagereja

baru. Pada tabun itü tabit karyanya "Ordonnances ecc16siasüques” (ordonansi-ordonansi gerejawi). Dalam karyanya itü ia menyebut empat macam jabatan, yaitu: jabatan pendeta (unluk pemberitaan Firman dan pelayanan disiplin), jabatan pengqjar atau doktor (untuk pengajaran katekigasi dan pengajaran teolog), jabatan penatua (untuk pelayanan pastoral dan disiplin) dan jabatan diaken (unmk pelayanan kepada orang-orang saht dan orang. orang miskin).
                Pendeta-pendeta dan pengajar-pengajar merupakan ''persekutuax yang terhoımat” (la v6v6rable compagnie), yang antara lain "memanggil” pendeta-pendeta.
                Pendeta-pendeta dan penama-penatuamerupakan 'konsistori” (le consistoire), yang memimpin Jemaat dan menjalankan disiplin.
Demikian asas pimpinan-sendiri dari Jemaat diterapkan unluk penama kali di Geneva. Hal ini penüng. Tetapi yang Calvin lebih utamakan daripada asas im ialah sesuam yang lebb tinggi, yaim pemerintahan yang mutlak dari Kristus di dalam Jemaat. Kisîükî23i itü ia jalankan dengan peranuraan pejabat-pejabat, yang takluk çağa Firman-Nya
Gereja — menurut Calvin — ada!â9ğ perkumpulan dari orang-omng yang terpilih: "Semua orang yang terpiJiIı erat berhubungan oleh iman dalam satu Gereja dan persekuman dan dalam satu umat Allah, di mana Kristuş, Tuhan kita, adalah Pemimpin, Raja dan Kepalanya...” Di dalam Dia mereka terpilih. Oleh pekerjaan yang tersembunyi dari Rob Kudus mereka ditanamkan, dünkorporasikan dalam Kristus, sehingga mereka merupakan satu tubuh dengan Dia.
Tentang Gereja ini — menurut Calvin — kita banya dapat berkata-kâta dalam iman. la tersembunyi, tidak kelihatan dan hanya tmıpak pada Allah. Oleh pendapat ini Gereja yang kelihatan tidak kehilangan aninya. Dalam perealisasian keselamatan Allah ia turuz dilibatkan.
Gereja ini dapat dikenal pada tanda-tandanya. Di dalamnya berlam hükum kasih. Penyusunnya berdasarkan Firman Allah, yaim Firman yang berjanji, bahwa di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Krisms, la berada di siüı, bersama-sama dengan mereka. Pelayanannya Allah gunakan sebagai pengganü pekerjaan-Nya, bukan dalam ani bamya dengan im la menyemhkan Roh-Nya kepada mereka, tetapi dalam atı, bahwa oleh mulut mereka pekejaan-Nya direalisasikan.

Hukum gereja Calvin harus kita lihat dalam terang ini. Sebagian besar daripadanya adalah hukum jabatan, maksudnya: penataan dari pelayanan pemberian, pelayanan disiplin dan pelayanan kepada orang-orang miskin.
Dalam ajarannya tentang jabatan, Calvin bergantung pada Bucer. Karena itu — menurut dia — pelayanan pemberitaan dan pelayanan sakramen adalah suatu hukum yang kudus dan abadi, yang ditugaskan kepada pengganti-pengganü para rasul. Pejabat-pejabat — bagi dia — sedikit atau banyak adalah lanjutan dari apostolat.
Wakal ia mempelajari dan menetapkan jabatan-jabatan, ia membedakan empat hal. Pertama: panggilan, yang ia anggap sebagai suatu panggilan batiniah. la terdiri dari pengakuan yang ikhlas dari hati kita, bahwa jabatan yang diberikan kepada kita tidak kita terima karena ingin hormat, tetapi karena ketakutan yang benar kepada Allah dan karena kemauan kita untuk membangun Gereja. Kedua: pada panggilan batiniah ia menambahkan panggilan lahiriah. Yang ia maksudkan dengan panggilan lahiriah ialah panggilan resmi oleh Gereja. Keüga: pemilihan, yaitu pemilihan oleh Jemaat. Maksudnya: bahwa Oleh penyelidikan dan persetujuan Jemaat dipilih orang-orang, yang dianggap layak (untuk diangkat menjadi pejabat). Di sini Calvin mengingat akan apa yang dikatakan dalam Kisah Para Rasul 6:3: orang-orang yang mempunyai reputasi yang baik, yang penuh dengan Roh dan hikmat, yang dikenal dan diakui Oieh Jemaat, yang boleh dipilih dan diangkat untuk suatu jabatan. Dan Keempat: ordinasi atau peneguhan. Peneguhan — menurut dia selalu digunakan Oieh para rasul, kalau mereka menetapkan pejabat-pejabat untuk Jemaat-jemaat Perjanjian Baru. Karena itu kita harus menerima ordinasi atau peneguhan sebagai suatu perintah.
Perhaüan Calvin lebih banyak ditujukan pada jabatan pemberitaan Firman. la harus menyãmpaikan pengajaran yang murni. Di sini ia menggunakan pengertian "doctrina". Tetapi pengertian ini tidak ia gunakan dalam arti intelektual. Yang ia maksudkan dengan pengerüan ini ialah: Gereja ada di dunia untuk "mengajar" anggota-anggotanya. Sesuai  dengan itu tatagereja Calvin — menurut separuh ahli — harus kita anggap sebagai "Peraturan untuk mengajaf': mengajar dalam arti meneruskan Firman kepada orang lain.
Dalam terang ini "disciplina" Calvin — menurut ahli•ahli — harus kita lihat. Pengerüan ini — seperü yang nyata dari praktek atau cara yang
digunakannya dalam perayaan Perjamuan Malam di lebih banyak mempunyai sifat paedagogis dan pastoral. Sebelum suatu perayaan Perjamuan Malam berlangsung, ia menerima anggota-anggota Jemaat dan berbicara.dengan mereka tentang sakramen itu. Itulah ia menjun. kan disiplinnya, yaitu melalui percakap.n (pembicaraan) dan pengakuan. Sifamya paedagogis dan pastoml. Juga kalau ia melarang orang untuk
  Perjamuan Malam, karena hidup orang itu tidak sesuai dengan kesucian Jemaat. Maksudnya penolakannya ialah untuk mengajar orang-orang itu dan memimpinnya kepada hidup yang lebih baik. Karena ia sangat berkeberatan terhadap praktek disiplin, yang merusak (memecahkan) Gereja dan yang tidak menunjang kesatuannya.
  Keberatannya ini ia pertama tama tujukan kepada Gereja Katolik
Roma. Terhadap Gereja ini ia terutama menekankan kebebasan yang — menurut dia — harus juga tampak dalam hukum gereja. Kebebasan dalam Kristus — katanya menjelaskan — tidak boleh dimusnahkan oleh keputusan-keputusan dan peraturan-penturan gerejawi, seperü yang dibuat oleh Gereja Katolik Roma. laminan dari kebebasan ini terletak dalam keterikatan kita pada Firman Allah: "... orang-orang  harus diperintah oleh suatu kebebasan, yaitu oleh
Firman Allah yang suci".
 Keberatan yang sama ia juga tujukan kepada kaum spiritualis-libertin. Menurut dia tiap-tiap bentuk pimpinan juga bentuk pimpinan rohani — harus diatur oleh hukum. Kalau hukum itu ditiadakan — seperti yang dibuat oleh kaum spiritualis-libertin — maka Gereja akan kehilangan kekuatannya dan akan musnah.
Calvin tahu, bahwa tatagereja tidak dapat menghidupkan Gereja Yang dapat menghidupkannya ialah Firman, yang diberitakan. Hal ini ia jelaskan — dengan suatu kiasan — seperti berikut: pimpinan Gereja, jabatan pastoral dan peraturan-peraturan yang lain bersama-sama dengan sakramen-sakmmen dapat kita umpamakan dengan tubuh Gereja. Doktrin, yaitu Firman Allah yang diberitakan (dalam rupa-rupa bentuk) adalah jiwa yang menginspirir tubuh dan yang menghidupkan serta membuatnya aktif bekerja Oleh hal itu dihindarkan, bahwa seluruh tubuh Gereja tidak rusak dan menjadi bangkaj yang mati dan yang tidak berguna. Maksud hukum gereja (tatagereja) ialah memajukan dan memelihara kelangsungan pemberitaan Firman dalam nya yang luas (sebagai doktrin).




Minggu, 22 Maret 2020

LAPORAN BACAAN BUKU PASTORAL KONSELING II


LAPORAN BACAAN

DI SUSUN OLEH:
NAMA                                    : PEBRIYANUS HALAWA
NIM                             : 77.3066
PRODI                       : THEOLOGI
M.KULIAH                 : PASTORAL KONSELING II
DOSEN                      : PITONGGAM TOBING,M.Th
JUDUL BUKU         :psychoDelSi psycho deliverance spiritual
J. HAL                        : 144 halaman





SEKOLAH TINGGI THEOLOGI “IKAT”
JAKARTA, 2019
Setelah saya memebaca buku ini untuk itu saya akan memlaporkan apa yang telah sya baca, dalam buku ini banyak hal-hal studi kasus yang membuat kita belajar dari itu. Dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkon orang-orang yang menderita sakit. itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nobi Yesayo: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." (Mat 8:16-17)
Pendekatan Psycho Deliverance Spiritual atau Intervensi kombinasi Psikologi, Pelepasan dan Spiritual atau PsychoDel Spiritual Intervention disingkat dengan PsychoDelSi adalah pendekatan sekaligus intervensi dalam konseiing yang mengkombinasikan pisau anaiisa Psikologi
(konseling), Pelepasan dan Spiritual dalam masalah klien dan juga dalam intervensinya.
Analisa yang dipergunakan dalam melihat akar masalah klien adalah kaca mata Psikologi, Peiepasan dan Spiritual. Artinya akar   masalah klien bisa masalah psikis dan atau keterikatan dengan kuasa   kegelapan dan atau masaiah spiritual atau rohani. Kaca mata untuk   melihat akar masalah kiien bisa tunggal dan bisa juga kombinasi.
 Empat sikap terhadap gangguan yang dikeluhkan klien
Penulis mellhat  hłrangnva empat sikap terhadap gangguan yang sering dikeluhkan Olch klien;
Pertama, apabila ada gejala gej,'la fi%ik quepertl sakit di perut dan atau kepala, maka dl%irnpulkan ',emerjtara bahwa ini adalah masalah medis. Dalam rangka pemulihannya lalu dilakukan intervensi medis.  Bila klien sembuh setelah makan obijt saklt perut dan atau obat sakit kepala maka benarlah hipotesa tadi bahwa kljen mengalami gangguan yang akarnya di medis.
Ke dua, apablla ada   fisik ditarnbah psikis, seperti sakit di pundak narnun pada saat yang sarna klien mengalami kecemasan dan ketakutan dan gejala P%ikis lainnya, disimpulkan sementara bahwa masalah klien adalah masalah psikis. Kalau akarnya masalahnya masalah psikis maka intervensi juga harus intervensi  psikis atau psikiatri, Klien akan ditolong oleh konselor, psikolog atau  adapun topik Lulstisme tantangan dałam pelayanan banyak tcmpat di mana "Sebab TUHA.N, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut danjanganlah patah hati ". (Ulangan 31:8)
Akar Masalah
Kurt Koch dalam bukunya yang berjudul Pastoral Konseling dan Okultisme menyebutkan ada sekurang-kurangnya empat faktor penyebab penyakit atau masalah dalam kehidupan manusia yaitus:
1.         Virus/bakteri/kimia/radiasi nuklir, dan Iain sebagainya
2.         Masalah psikis
3.         Masalah rohani
4.         Keterikatan dengan kuasa kegelapan
Dengan kata Iain faktor penyebab penyakit atau masalah yang dihadapi manusia bukan hanya masalah virus/bakteri/kimia/radiasi nuklir dan Iain-Iain atau masalah psikis seperti yang umumnya diajarkan
Kurt Koch, Pastoral Konseling dan Okulstisme, (Bonn: 1998),
"..Sebob Aku Tuhan, A/lahmu, ada/ah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ke tiga dan ke empat dari orang-orang yang membenci Aku, Tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beriburibu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan berpegang pada perintah-perintahKU"
(Keluaran 20:5-6)
Aspek manusia
Menurut teori psikologi yang umum diterima  bahwa ada tiga aspek dalam teksonomi manusia menurut  bloom dalam diri manusia, dan aspek ini adalah yang pertama:
Ø Aspek kognisi pencerahan atau insight adalah faktor pemulih dalam konseling. setelah pencerahan terjadi menyusullah perubahan sikap atau perilaku.
Ø Aspek afeksi atau aspek perasaan. Dalam aspek ini menjelaskan bahwa jika konselor dengan mendengarkan pergumulan klien maka terjadi yang namanya katarsis maka klien merasa lega dan bebannya ringan.
Ø Aspek motoric perilaku atau aspek perbuatan, aspek ini biasanya disentuh atau tersentuh  setelah aspek kognitif atau efeksi mengalami sentuhan.
Klien akan memiliki aspek ketiga aspek okul bila melanggar larangan Tuhan tentang berhubungan dengan allah lain.
Pohon keluarga atau genogram pintu masuk dan tahapan proses
Pohon keluarga atau genogram adalah suatu alat bantu berupa peta skema dari silsila keluarga klien yang berguna bagi konselor untuk mendapat informasi tentang klien dan keluarganya dan juga tentang kualitas hubungan antara keluarga.
Genogram adalah biopsikososial pohon keluarga yang mencatat tentang siklus kehidupan keluarga, riwayat penyakit dalam keluarga.
Dalam setiap proses konseling yang dilakukan kepada klien dengan menggunakan alat bantu occult tester.
Disini ada beberapa jenis pintu yang bisa menjadi celah bagi si iblis untuk menguasai manusia yaitu:
Ø Keterikatan dengan kuasa kegelapan secara aktif dan pesif
Ø Dosa dosa seksual
Ø Dosa keuangan
Ø Hubungan dengan dengan Tuhan
Ø Hubungan pribadi dengan orang lain
Ø Hubungan dengan diri sendi sendiri
Disini dijelaskan apa saja yang menjadi dosa bagi manusia, sehingga iblis dengan mudah untuk mengintimidasi pikiran manusia sehingga manusia lupa akan penciptanya
Langkah langkah atau proses
Deskripsi kasus diupayakan sedetail mungkin, ap bila dalam sheringnya klien mengalami katarsis maka konselor akan memprosesnya sampai ketarsisnya mereka.
Konseptualisasi masalah, yang dimaksud adalah bagaimana konselor memandang masalah klien dari sudut pandang masalah itu sendiri.
Pohon keluarga atau Genogram
Pohon keluarga atau genogram adalah suatu alat bantu berupa peta skema (visua/ map) dari silsilah ketuarga klien yang berguna bagi  konselor untuk mendapatkan informasi tentang klien dan keluarganya dan juga tentang kualitas hubungan antar anggota keluarga. adalah pohon keluarga yang mencatat  tentang siklus kehidupan keluarga, riwayat penyakit dalam keluarga,
Namun ada beberapa aspek yang sya dapat dalam buku ini yang membuat tahu yaitu
Aspek manusia
Menurut teori psikologi yang umum diterima  bahwa ada tiga aspek dalam teksonomi manusia menurut  bloom dalam diri manusia, dan aspek ini adalah yang pertama:
Ø Aspek kognisi pencerahan atau insight adalah faktor pemulih dalam konseling. setelah pencerahan terjadi menyusullah perubahan sikap atau perilaku.
Ø Aspek afeksi atau aspek perasaan. Dalam aspek ini menjelaskan bahwa jika konselor dengan mendengarkan pergumulan klien maka terjadi yang namanya katarsis maka klien merasa lega dan bebannya ringan.
Ø Aspek motoric perilaku atau aspek perbuatan, aspek ini biasanya disentuh atau tersentuh  setelah aspek kognitif atau efeksi mengalami sentuhan.
Klien akan memiliki aspek ketiga aspek okul bila melanggar larangan Tuhan tentang berhubungan dengan allah lain.
Epilepsy dewasa tanpa penyebab medis
Dalam bab ini ada hal yang haus kita ketahui dari kasus kasus ini, dalam hal ini kita harus tau bahawa banyak kita manusia jaman sekarang yang tidak tahu apalagi para mahasiswa untuk itu kita akan belajar tentang sebuah masalah yang dimana setelah saya membacanya ternyata dari medis tidak mengetahui penyakit yang dialami oleh susi. Susi adalah seorang perempuan yang punya bakat dan minat untuk melayani Tuhan, dimana iya biasanya suka bernyanyi dan mengiringi lagu dengan music yang dimainkannya. Secara umum penyakit susi ini tentang kepingsannya tentunya ada suatu gangguan yang menyebabkannya, ternyata hipotesa disini merupakan suatu intimidasi atau gangguan iblis. Untuk kasus susi ini, diagnose medis sudah dilakukan baik didalam maupun diluar negeri. Atau kepenang ternyata akar masalahnya bukan medis atau epilepsy dewasa. Dari bab 6-14 ini semua menceritakan tentang penyakit yang dialami oleh klien dalam masalah yang dialaminya, dan disini juga merupakan adanya penjelasan tentang akar permasalah dari setiap keluahan yang mereka sampaikan kepada konselor, jadi disini dijelaskan adanya banyak masalah yang dihadapi oleh setiap orang yang dialami, bukan hanya dari medis atau sering disebut penyakit yang bisa dikatakan ada obatnya. Ternyata dalam pembacaan buku ini, semuanya masalah yang dialami seseorang bukan semuanya penyakit yang harus dilihat secara fisik ataupun secara medis, tapi ada juga yang datang dari iblis yang tidak pernah diketahui oleh manusia ataupun medis yang sudah professional.
Demikian yang dapat saya laporkan apa yang telah saya bac, kiranya dari beberapa kasuss ini kita dapat belajar dan memahami bagaimana apa yang yang akan kita lakukan kedepan kalau kita sudah menjadi hamba-hamba Tuhan. Demikian saya ucapkan terima kasih>>> syalom







pendidikan agama kristen

sifat tokoh alkitab

Berikut 12 tokoh Alkitab yang hidup penuh sabar, dan patut untuk kita teladani 1. Ayub Ayub, salah satu tokoh yang di kenal sabar dalam Kita...