PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
DISUSUN OLEH :
NAMA : PEBRIYANUS HALAWA
NIM : 77.8066
PRODI : PEMBIMBING AGAMA KRISTEN
TINGKAT/SMESTER : I/II
MATA KULIAH : PEMBIMBING AGAMA KRISTE
DOSEN : DR. RONNE M.Th
SEKOLAH TINGGI THEOLOGI “IKAT”
JAKARTA 2017
Pembimbing pendidikan Agama Kristen
Bab 1 Hakikat Pendidikan Agama Kristen
Ada berbagai istilah-istilah dalam bahasa inggris yang berkaitan dengan tugas Pendidikan Gereja yaitu : Religius Education (pendidikan agama), Christian Educatian (pendidikan kristen), Christian Religious Educatian ( pendidikan agama kristen), Christian Nurture (asuhan kristen), Religious Instruction (pengajaran agamawi), katase dan lainya.Gereja sebagai sebuah kelompok persekutuan sosial yaitu Persekutuan Iman, mempunyai identitas yang berkaitan dengan kepercayaan dan nilai-nilai kristiani dan bertugas transmisi (pewarisan) identitas dan usaha menolong pertumbuhan dari iman Kristen dalamdiri warganya.
Secara Sosiologis, gereja adalah suatu persekutuan sosial yang membedakannya dengan persekutuan sosial lainnya.Dan secara teologis, gereja adalah persekutuan orang percaya dengan mempersekutukan kepercayaan dan imannya kepada Allah yang menyatakan dirinya dalam yesus Kristus.Pendidikan Agama Kristen diartikan sebagai sebuah usaha yang sadar, sistematis, berkesi- nambungan yang dikhususkan pada dimensi religius dari kehidupan manusia, pendidikan dalam dimensi religius manusia yang dilakukan dari perspektif agama Kristen dengan content mengenai Kekristenan.
Hakikat PAK
Untuk mengatahui Hakikat PAK , hal yang perlu kita selidiki ada tiga kata atau konsep kunci yang terdapat dalam istilah tersebut yakni : “pendidikan”, “agama (wi)” dan “kristen”.
Pendidikan dari sudut etimologi
Istilah pendidikan merupakan terjemahan dari “education’ dalam bahasa Inggris. Kata “education” berasal dari Bahasa Latin :durece yang berarti membimbing (to lead), ditambah awalan “e” yang berarti keluar (out).Jadi arti dasar dari pendidikan adalah suatu tindakan untuk membimbing keluar.
Thomas H. Groome dalam bukunya Christian Religious Education mengatakan bahwa, ada bebrapa fungsi penekanan, asumsi, dan perhatian yang terkandung di dalam konsep pendidikan sbagaimana situnjukkan oleh arti etimologisnya.
Tiga dimensi penekanan / waktu : yakni dimensi tekanan tentang masa lampau, dimensi waktu masa kini, dan dimensi masa yang akan datang.Sedangkan asumsi dasar dan perhatian terdiri dari asumsi dan perhatian pada masa lampau, asumsi dan perhatian akan masa kini, dan asumsi dan perhatian akan masa depan.
Hakikat Politis dari Pendidikan
Menurut Groome,aktifitas pelitis adalah intervensi sengaja dan terstruktur dalam kehidupan orang lain dengan usaha untuk mempengaruhi bagaimana mereka menjalani hidupnya dalam masyarakat.Jadi, dalam usaha mendidik, sadar ataupun tidak, ada intervensi atas kehidupan orang lain (peserta didik) yang dapat mempengaruhi pola pikir dan sikap orang dalam menjalankan kehidupannya di tengah-tengah masyarakat.
Defenisi-defenisi pendidikan
Groome mendefenisikan pendidkan sebagai usaha sadar, sistematis, dan berkesinambungan utuk mewariskan, membangkitkan atau memperoleh baik pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan, atau kepekaan-kepekaan, maupun hasil apapun dari usaha tersebut.A.N.Whitehead mendefenisikan pendidikan sebagai bimbingan kepada individu menuju pemahaman dari seni kehidupan.Seni kehidupan diartikan sebagai pencapaian yang paling ;lengkap dari berbagai aktifitas yang menyatakan petensi-petensi dari makhluk hidup berhadapan dengan lingkungan yang aktual.
Agama dan Pendidikan Agama kristen
Pendidikan bertujuan untuk menggerakkan kita melampaui keterbatasan-keterbatasan masa kini menuju realisasi dari kemungkinan-kemungkinan kita yang penuh, maka kita dapat mengatakan bahwa semua pendidikan sekurang-kurangnnya secara implisit, adlah suatu pencarian atau pencapaian terhadap yang transenden.
Pendidikan secara mutlak adalah usaha mencapai transenden dan suatu ekspresi dari keinginan manusia tersebut, maka semua pendidikan yang baik dapat disebut bersifat religius.Pendidikan agamawi adalah usaha sengaja terhadap dimenso kehidupan yang religius, dimana ada hubungan yang sadar dengan dasar keberadaan yang mutlak (apakah disebut Allah, Tuhan, ilah atau ilah-ilah dan lainnya), sehingga pencarian dan hubungan dengan yang supranatural itu dekembangkan (di promosikan) dan dimungkinkan terwujud.
Istilah Kristen dalam Pendidikan Agamawi kristen
Pendidikan agamawi yang dilakuakn dari dalam tradisi tertentu, maka tradisi agamawi tertentu, maka tradisi agamawi itulah yang seharusnya menamai dan mencirikan pendidikan agamawi tersebut.Dengan demikian, jika pendidikan agamawi tersebut dilakukan oleh persekutuan agamawi kristen (persekutuan iman kristen) dan dari perspektif agama kristen, maka istilah yang tepat untuk menamai usaha pendidikan agamawi tersebut adalah : Pendidikan Agamawi Kristen.
Jadi makna kata Kristen dalam istilah Pendidikan Agamawi Kristen disini adalah pendidikan agamawi itu dilakukan oleh persekutuan iman kristen (orang kristen) dari perspektif agama kristen.
Elemen-elemen yang dapat menjelaskan hakikat Pendidikan Agama Kristen yaitu:pertama, harus dikatakan bahwa PAK adalah suatu usaha sadar pendidikan, sistematis, dan berkesinambungan, apa pun bentuknya.Ini tak berarti bahwa pendidikan hanya terbatas pada pendidikan yang formal baik di sekolah atau di dalam gereja, melainkan juga pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan sosialisasi asalkan sosialisasi tersebut disengaja.
Kedua, PAK juga merupakan pendidikan yang khusus yakni dalam dimensi religius manusia.Ini berati usaha tersebut dikhususkan pada bagaimana pencarian akan yang transenden serta pemberian ekspresi dari seseorang terhadap yang transenden tadi dikembangkan, serta dimungkinkan tetap terjadi pada manusia masa kini.
Bab 2 Tujuan Pendidikan Agama Kristen.
PAK tidak dapat dijelaskan secara mudah, karena PAK dalam dirinya tak punya tujuan melainkan pendidikan yang mempunyai tujuan.Dimana pendidik menentukan tujuannnya dalam PAK secara bervariasi.Dan dibutuhkan refleksi yang bersifat teologis, karena bagaimana pun juga pertanyaannya akan mengacu kepada visi Allah bagi manusia dan seluruh ciptaan.
Pengertian tujuan PAK dibagi atas tiga konsep yaitu :
Aims adalah tujuan yang diusahakan untuk dicapai pada akhirnya (secara mutlak) atau ultimate aims ( tujuan akhir/mutlak).Tujuan seperti ini adalah sesuatu yang ideal dan mungkin saja tidak dapat dicapai kini dan di sini, tetapi setidak-tidaknya diusahakan agar terwujud dalam kehidupan manusia.
Goall(S) adalah tujuan yang hendak dixcapai dala jangka waktu tertentu – kegiatan pendidikan yang dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan atau bebrapa kali pertemuan.
Objective(S) adalah tujuan yang hendak dicapai dalam suatu proses belajar-belajar dalam satu kali tatap muka.Biasanya tujuan-tujuan seperti ini dirumuskan sebagai penyataan-pernyataan spesifik yakni mengenai apa yang diharpkan dapat tercapai dalam suatu proses belajar (satu kali tatap muka).
Werner C.Graendorf dalam bukunya Introduction to Blibical Christian Education mengatakan bahwa tujuan PAK adalah untuk membimbing individu-individu pada semua tingkat perkembangannya, dengan cara pendidikan kontemporer, menuju pengenalan serta pengalaman akan tujuan serta rencana Allah dalam Kristus melalui setiap aspek kehidupan, dan juga untuk memperlengkapi mereka demi pelayanan yang efektif.
Di Indonesia, Komisi PAK dari Dewan Gereja-gereja di Indonesia pernah merumuskan tujuan akhir PAK yaitu “mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus kristus, sehingga dengan pimpinan roh kudus ia datang ke dalam suatu persekutuan yang hidup dengan Tuhan.Hal ini dinyatakan dalam kasihnya terhadap Allah dan sesamanya manusia, yang dihayati dalam hidupnya sehari-hari, baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh Kristus yang hidup”.
Iman Kristen dapat diartikan sebagai suatu kehidupanyang dijalani sebagai respons terhadap Kerajaan Allah di dlam Yesus Kristus.Menurut Groome, inilah yang disebut tujuan segera (immediate purpose) dari PAK.Jadi untuk lebih mengoperasionalkan metapurpose tadi, Gromme merumuskan tujuan PAK itu yakni demi “iman Kristen yang hidup”.
Thomas H Groome dalam bukunya Christian Religious Education mengklaim bahwa, iman kristen sebagai suatu pengalaman yang nyata mempunyai tiga dimensi yang esensial yakni:
Iman sebagai Kepercayaan
Iman Kristen lebih dari sekedar kepercayaan, dan iman kristen mempunyai dimensi kepercayaan apa bila ia mendapatkan perwujudannya dalam kehidupan manusia.Aktivitas dari iman Kristen menghendaki agar didalamnya ada suatu keyakinan dan percaya tentang kebenaran-kebenaran yang diakui sebagai esensi dalam iman kristiani.
Iman sebagai keyakinan (Trusting)
Dimensi afektif dari iman Kristen ini mengambil bentuk dalam hubungan memercayakan diri, serta yakin akan allah yang pribadi, yang menyelamatkan melalui Yesus kristus.Dan keyakinan ini ditunjukkan dalam loyalitas dan kasih.Oleh karena itu , kita dapat memesrahkan diri dengan penuh keyakiann dan kepastian.
3.Iman sebagai Tindakan (Doing)
Iman Kristen sebagi suatu respons terhadap Kerajaan Allah dalam Yesus kristus, harus mencakup pelaksanaan kehendak Allah.Lebih khusus dimensi tindakan ini memperoleh perwujudan dalam kehidupan yang dijalani dalam kasih agape, yakni mengasihi Allah dengan jalan mengasihi manusia.
Dimensi iman Kristen dan tugas pendidikan yang menyertainya yaitu :
Iman Kristen mempunyai dimensi Ilahi, yakni bahawa iman Kriten selalu diyakini sebagai karunia Allah, dimana anugrah itu menyentuh hati seseorang sehingga ia datang kepada hubungan yang hidup dengan Allah di dalam Yesus Kristus
Iman Kristen memiliki dimensi kognitif, yakni aktifitas untuk memercayai.Iman mencakup suatu pengetahuan dan penafsiran pengalaman manusiawi.Walaupun aktifitas menafsirkan ini tidak semata-mata bersifat intelektual, namun jelas memuat dimensi kognitif di dalamnya.karena dalam merumuskan rumusan kepercayaan, diperlukan rumusan-rumusan yang harus dipahami.
Dimensi afektif iman Kristen, yakni suatu aktifitas untuk meyakini.Iman Kristen sesungguhnya adalah suatu panggilan pada hubungan kesetiaan dan keyakian terhadap Allah yang setia dan menyelamatkan melalui Yesus kristus.Dalam hubungan kesetiaan kita dengan Allah, kita membentuk dan dibentuk oleh kualitas hubungan kita dengan sesama manusia.
Bab 3 Konteks Pendidikan Agama Kristen dan Setting-Settingnya.
PAK sebagai suatu usaha pendidikan menaruh perhatian pada masalah pembentukan identitas pribadi - - tentu saja identitas pribadi yang Kristen.Namun, disadari bahwa semua ahli ilmu-ilmu sosial baik di bidang antropologi, sosiologi, pendidikan, dan psikologi menerima sebagai kebenaran bahwa : lingkungan sosial (konteks sosial ) mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan identitas pribadi seseorang.
John Dewey mengartikan pendidikan sebagai “partisipasi individu dalam kesadaran sosial (social awareness) dari masyarkatnya”.Dimana pendidikan formal memiliki peranan yang lebih kecil dalam proses pembentukan kepribadian kita dibandingkan dengan proses pembentukan kepribadian yang terjadi karena partisipasi seseorangdi dalam kesadaran sosial dari masyarakat.
Groome mengartikan self identity (identitas pribadi) sebagai kesadran (awareness) yang berkelanjutan dan stabil yang kita miliki mengenai gambaran diri sendiri, pandangan dunia (hidup) serta sistem nilai yang dianut.
Sosialisasi Primer berpusat pada masa kanak-kanak, yakni proses pembentukan paling awal dimana seorang anak membentuk konsep dirinya (self concept) ke dalam sektor-sektor dunia objektif masyarakatnya, lebih permanen dan kuat dibandingkan dengan sosialisasi sekunder yang terjadi pada periode berikutnya dari kehidupan seseorang.
Setting PAK dalam Keluarga
Yang dimaksud dalam hal ini adalan bahwa keluarga itu merupakan setting utama dan pertama tidak lain karena peranan orang tua dalam mengasuh anak-anaknya adalah sangat penting.Bukan hanya anak yang belajar dan mengalami pertumbuhan di dalam setting keluarga, tetapi sesungguhnya seluruh anggota keluarga dapat saling belajar dari yang lain melalui interaksi satu sama lain.
Aktifitas Polotis adalah intervensi yang sengaja dari seseorang dengan menggunakan kuasa (power) dalam kehidupan orang lain untuk mengrahkan kehidupan orang itu ke arah yang dikehendakinya.Demikian denga pendidikan harus dilihat sebagai suatu aktifitas politis dalam arti mempunyai hakikat politis.Dimana pendidikan mempunyai tujuan, dan pendidikan ikut campur dalam kehidupan orang yang didiknya untuk diarahkan pada tujuan yang dikehendaki.
PAK untuk setiap kategori usia mempunyai signifikansinya yang khas dan mempunyai kaitan dengan beberapa hal :
Pertama, ilmu-ilmu sosial mengklaim bahwa lingkungan sosial itu mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk identitas diri seseorang.Sosialisa Primer diartikan sebagai proses pembentukan identitas diri seseorang yang terjadi pada masa kanak-kanak karena interaksinya dengan lingkungan sosial budaya.
Kedua, dalam konsep sosialisasi pembentukan identitas diri itu dilakukan melalui proses sosoalisasi.Menurut banyak ahli, proses sosialisasi terjadi melalui observasidan imitasi terhadap tingkah laku model sosial, dalam hal ini orang-orang dekatnya.
Peranan gereja terhadap PAK dalam setting keluarga dapat dilakukan :
Sebagai bagian dari Pendidikan Orang Dewasa (POD) dalam gereja, maka perlu diadakan kegiatan pembinaan yang melengkapi orang tua dengan pemahaman tentang iman kristen dalam berbagai dimensi.
Dari segi materi yang diberikan, perlu mencakup pengetahuan tentang perkembangan anak sehingga iman kristen disampaikan dengan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak
Gereja harusnya membentuk kelompok pendukung yang terdiri dari orang-orang yang memahami iman kristen dengan benar dan juga memahami perkembangan anak dengan baik, untuk menjadi fasilitaor dalam rangka menolong para orang tua mendidikk anaknya dengan baik.
Jika dimungkinkan, gereja secara lokalmaupun bersama-sama dapat menghasilkan bahan ajaran/pendidikan untuk anak dalam keluarga.
Hal Hal –hal praktis yang dapt dilakukan orang tua dalam setting keluarga yaitu, :
Pertama, orang tua perlu menciptakan suatu iklim yang biasanya disebbut “hone” bagi anak-anaknya dimana ada suasana kehangatan dan kasih serta oeneriamaan terhadap anak-anaknyaa sebagaimana adanya.Semua ini akan menolong anak mengembangkan suatu sikap percaya (memercayai) lingkungannya pada giliran akan lebih mudahkannya untuk percaya bahwa Tuhan itu Mahakasih.
Kedua, dari hari ke hari orang tua perlu menjadi model yang dapat dicontoh dalam tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai Kristen, baik dalam perlakuan terhadap sesamaanggota keluarga maupun terhadap sesama anggota keluarga maupun terhadap orang-orang lain yang dapt dialami dan diamati oleh sang anak-anak.
Ketiga, orang tua mengusahakan kesempatan –kesempatan dimana kepercayaan dan nilai-nilai kristen diekspresikan.Peranan Pak dianggap penting oleh Horece Bushnell, dilihat dari segi ilmu atau disiplin PAK modern,terutama melalui bukunya Christian Nurture, yang lebih menekankan bahwa proses sosialisasi sebagai proses yang lebih tepat untuk pendidikan anak.
Setting Pak dalam Jemaat
PAK dalam setting gereja terjadi dalam beberapaq bentuk seperti jemaat lokal, gereja-gereja pada aras klasis atau sinode maupun pada aras interdenominasi.Landasan Teologis dari gereja sebagai setting PAK, secara sosiologis dikemukakan bahwwa tugas inheren dalam diri gereja sebagai suatu kelompok sosial yang memiliki tugas trasmisi dan upaya menolong penghayatan yang semakin mendalam akan identitasnya yakni iman kristen.Tanpa tugas pendidikan ini mustahil gereja sebagai suatu kelompok sosial tetap ada dengan identitasnya yang khas, apalagi pertumbuhannya.
Gereja dalam arti Jemaat lokal sebagai setting PAK, adalah persekutuan orang-orang percaya yang berinteraksi, dan interaksi ini dapat digambarkan dengan semacam sturktur tertentu yang memungkinkan adanya jumlah peranan, hubungan, kegiatan, serta usaha mencapai tujuan.
Jemaat lokal sebagai setting PAK harus dilihat kumpulan orang-orang percaya yang berinteraksi dengan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang dikendaki Allah dari Jemaat-Nya.Salah satu bentuk interaksi dan kegiatan jemaat lokal adalah yang kita sebut pendidikan dalam artinya yang luas, yakni demi transmisi iman Kristen dan menolong pertumbuhannya yang penuh dalam dari warga gereja.
Westherhoff III juga memberikan beberapa ciri dari jemaat lokal sebagai suatu persekutuan iman kristen yang relevan dengan tugas PAK yang efektif.Ciri-ciri tersebut adalah antara lain :
Adanya kesatuan atak kesamaan dalam hal-hal esensial dalam diri para warga.Dalam suatu persekutuan iman seharusnya ada tradisi kepercayaan yang sama serta pemahaman dan cara hidup yang sama maupun tujuan yang sama.
Suatu persekutuan iman sebaiknya tidak terlalu besar sehingga menjamin adanya interaksi yang bermakna dan bertujuan di antara para anggotanya
Persekutuan yang sesungguhnya perlu juga menghadirkan dan menginteraksikan berbagai generasi dalam jemaat.Generasi-generasi tersebut antara lain : Generasi tua, generasi muda, dan genersi anak- anak.Generasi tua adalah generasi kenangan (memory) yang tanpa kehadirannya, maka kedua generasi yang lain akan terperangkap dalam kekinian yang eksistensial.Sedangkan generasi anak-anak disebut generasi visi (memandang ke arah masa depan ) secara potensial, namun hal itu tidak mungkin terjadi tanpa andil generasi tua yang memberikan kengangan masa lampau.Dan generasi muda adalah generasi generasi masa kini, dan apabila digabungkan dengan generasi kenangan dan visi, maka dapat berfungsi untuk memperhadapkan persekutuan iman itu dengan kenyataan.
Suatu persekutuan yang sejati menyatukan semua peranan.Untuk orang-orang kristen hal ini berarti bahwa suatu persekutuan iman yang sejati harus tersiri dari orang-orang dengan berbagai karunia : baik rasul-rasul, nabi-nabi, dan pengajar-pengajar.
Menurut Westherhoff III kita perlu menguji,mengevaluasi, merencanakan, dan mengembangkan program-program si sekitar tiga aspek penting dari kehidupan bersama persekutuan iman (jemaat lokal), yakni : upacara-upacara (ritual ibadah), pengalaman-pengalaman dari para anggota, dan aksi-aksi (tindakan-tindakan) yang dikerjakan oleh para anggota baik secara individual maupun secara bersama-sama.
Bentuk-bentuk PAK dalam setting Jemaat Lokal
Secara singkat kita perlu melihat PAK untuk tiap kategori usia.Pertama, adalah PAK anak, biasanya mengambil bentuk dalam Sekolah Minggu.Sekolah minggu telah mempnyai sejarah yang cukup panjang.Lahir sebagai gerakan awam di luar struktur resmi gereja pada abad XVIII di Inggris, ia kini berkembang menjadi suatu gerakan yang besar dalam bidang PAK anak.PAK untuk Remaja dan Pemuda mempunyai signifikan yang khusus, oleh karena masa ini adalah masa transisi, masa keterbukaan, masa bertanya, dan masa pengambilan keputusan orang tua.
Bab 4 Setting Pendidikan Agama Kristen dalam Sekolah
Adanya ketentuan bahwa pendidikan pendidikan agama di Indonesia merupakan suatu yang wajib (compulsory) dilaksanakan di sekolah-sekolah.Kenyataan ini tidak terjadi begiti saja, namun mempunyai akar sejarah yang panjang.Kalau kita memerhatikan kecenderungan akhir-akhir ini baik dalam UU Sisadiknas 2003, maka kedudukan pendidikan agama dalam setting sekolah makin penting saja dan pemerintah begitu jauh ikut campur tangan di dalamnya.
Sekilas sejarah Pendidikan Agama di Sekolah Pemerintah
1.Periode Prasekolah Pemerintah (Negeri)
Dalam periode Prasekolah pemerintah, pendidikan diselenggarakan olah badan-badan agamawi.Setiap badan agamawi mempunyai sistem pendidikan khusus yang bertujuan untuk mentransmisikan tradisi agamawinya ataupun tujuan proselitisasi.Hal ini dikemukakan antara lain oleh Kelabora dalam tulisannya : ReligiousnInstruction Policy in Indonesia.Ia mengatakan bahwa, “setiap agama besar telah mengembangkan bentuk sistem pendidikannya yang khas di Indonesia”. Selain itu ahali lain mengakui bahwa dari lembaga-lembaga agamawi.Oleh karena itu, kita perlu menengok berbagai sistem pendidikan ini.
Pertama, sistem pendidikan Hindu Budha telah banyak dianut bangsa Indonesia sejak abad pertama.Agama ini dibawa oleh pedagang dan migran, yang cukup mempunyai pengaruh kuat dalam masyarakat Indonesia.Pada masa ini, pendidikan diselenggarakan dalam sebuah yang disebut padepokan; dibangun disekitar candi dengan fungsi yang bermacam-macam misalnya untuk ritus agamawi, untuk tempat pertemuan dalam rangka mendiskusikan maslah masyarakat dan agama, juga untuk pendidikan anak-anak muda.
Kedua, sistem agama Islam.Agama Islam diperkenalkan kepada orang Indonesia oleh pedagang-pedagang Arab, India, dan Persia.Pertobatan massal pertama yang dictat terjasi pada abad XIII ketika orang Aceh memeluk Islam.Islamisasi di Indonesia pada masa lalu biasanya digambarkan sebagai proses massal, dimana rakyat mengikti rajanya.Pada abad XVI sebagian besar Indonesia telah dikuasai oleh kerajaan-kerajaan Islam dan karena itu sebagian besar orang Indonesia telah menganut agama Islam.
Ketiga, sistem agama pendidikan Kristen.Kekristenan di Indonesia dibawa olah para misionaros Eropa yang datang bersama dengan pedagang Eropa, dengan tujuan utama untuk berdagang tetapi kemudian menetap dan bahkan menjajah Indonesia.Pedagang Eropa pertama yang datang ke Indonesia adalah orang-orang Portugis yang datang ke Indonesia adalah orang-orang Portugis yang disertai oleh misionaris Katolik, yang bertanggungjawab bukan saja untuk kehidupan rohani para tentara dan pedagang Poetugis, melainkan juga mentobatkan penduduk asli kepada iman Katolik.
2.Periode Pemerintah Hindia Belanda ( 1848-1942)
Paham Liberal (liberalisme) berpendapat bahwa harus ada pemisahan antara gereja (agama) dan negara, dan juga bahwa manusia perlu berkembang secara penuh.Hal ini menyebabkan pemerintah mendirikan sekolah-sekolah di bawah pengawasannya sendiri, dengan menyisihkan dana untuk pendidikan yang bertujuan untuk mendidik pegawai pemerintah tingkat rendahan bagi lembaga-lembaga sendiri.Pemerintah mulai melakuakn kegiatan pendidikan dengan sekolah rakyat tiga tahun (pada tahun 1848).Kemudian bergerak cepat dengan membuka Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Teknik (tahun 1860) kemudian Sekolah Pendidikan Guru (SPG) pada tahun 1870.Sekolah yang didasarkan pada ide liberal bersifat sekuler dalam tradisi pendidikannya, karena itu kurikulumnya berorientasi pada hal yang sekuler dan ilmiah.
3.Periode Pendudukan Jepang (1942-1945)
Pendudukan Jepang begitu singkat untuk dapat mempunyai pengaruh yang penting dalam bidang pendidikan.Namun ia membuka jalan bagi sistem pendidikan pada periode berikutnya, dimana ciri khasnya yang paling penting adalah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai medium pengajaran dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.Sebagai tambahan, semua sekolah swasta yang dikelola oleh lembaga-lembaga agamawi berada di bawah kontrol atau pengawasan pemerintah pendudukan Jepang.Karena itu, pendidikan agama terhenti sama sekali dalam semua bentuk sekolah apa pun.
4.Periode Kemerdekaan 1945 Hingga Kini
Dengan menyerahkan Jepang kepada tentara sekutu, terjadilah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.Di bawah pemerintahan negara yang telah merdeka ini, pendidikan nasional malai diperkenalkan dan sekolah negeri pun mulai didirikan.Kebijakan pemerintah tentang pendidikan agama di sekolah negeri dicirikan oleh pergulatan antara kekuatan-kekuatan sosial politik dalam masyarakat dan parlemen.Kekuatan sosial polotik ini telah lahir pada parohan pertama dari abad XX.Berbagai partai politik muncul, ada yang terdidik secara Barat dan Sekuler.Kekuatan-kekuatan sosial polotik ini berjuang untuk memegang atas masa depan Indonesia yang merdeka.
Sifat Pendidkan Agama dalam Sekolah
Atas dasar itu, maka kita dapat menggolongkan jenis pendidikan agama di sekolah negeri dalam dua kategori besar.Pertama, apa yang dapat dikategorikan sebagai pendidikan dalam iman (tradisi iman tertentu) atau education in faith.Tipe ini menaruh perhatian terhadaap pewarisan (transmission atau hand on) kepercayaan religius atau iman agamawi dari suatu umat tertentu, yakni kepercayaan, tradisi, dan praktik agamawi kolektif dari suatu kelompok (umat) dimana kelompok itu mengidentifikasikan diri sebagi suatu persekutuan iman.
Kedua, adalah apa yang bisa kita sebut “education in religion” (pendidikan dalam agama atau tentang agama).Di sini pendidikan dalam agama memberinkontribusi terhadap pendidikan umum dari peserta didik.Resionalisasi dan tujuan dari tipe pendidikan agama ini tidak lahir dari suatu persekutuan iman, tetapi dari pendidik yang memberi perhatian kepada proses pendidikan yang umum.
Peranan Strategis PAK di sekolah
Peranan strategis keluaga jelas tampak fungsinya sebagai tempat siman sosialisai primer terjadi secara intensif, yang di dalamnya mencakup kepercayaan, sistem nilai, dan pola tingkah laku yang kristiani.Sedangkan jemaat pada pihak lain adlah tempat dimana ibadah serta kehisupan dan misi gereja paling baik sisosialisasikan, melalui interaksi anak dengan anggota gereja yang lain dalam berbagai kategori usia.
Bab 5 Pendekatan dalam Pendidikan Agama Kristen
Pandangan para penganut Pendekatan Sosialisasi, Jack L.Seymour dan Donald E Miller dalam bukunya Contemporary Approach to Christian Education menyebutkan sekurang-kurangnya ada lima macam cara para ahli PAK mendekati teori dan praktik PAK.Kelima macam cara (pendekatan) itu diberi nama : religious instruction (pengajaran agama), faith community (perekutuan iman), development (perkembangan), liberation (pembebasan), dan interpretation ( interpertasi).
1.Horace Bushnell (1802-1876)
Bushnell adalah seorang yang mempunyai visi dan pandangan ke depan dan juga merupakan seorang ahli PAK modern.Dialah yang memperkenalkan pendekatan sosialisasi terhadap PAK melalui bukunya Christian Nurture (asuhan atau Pendidikan Kristen) yang terbit pada tahun 1840-an.Bushnell mempunyai banyak pemahaman yang didasarkan pada intuisi, tetapi yang di kemudian hari teruji oleh penelitian ilmu-ilmu sosial modern.
Menurut Bushnell, keluarga adalah sumber utama dari pendidikan Kristen, maka orang tua harus bertanggungjawab menciptakan iklim yang benar-benar Kristen dalam keluarga tersebut.Sebab anak bertumbuh dalam iman Kristennya, melalui suatu proses yang disebut proses induksi ilmiah.
2.George Albert Coe (1862-1951)
Coe dapat disebut sebagai seorang ahli PAK Protestan, yang terbesar untuk 50 tahun pertama dari abad XX ini.Ia begitu banyak dipengaruhi oleh injil Sosial dan Teologi Liberal.Coe adalah yang pertama mengajukan pertanyaan penting yang masih terus dipergumulkan hingga kini : “apakah tujuan utama PAK adalah mewariskan agama, ataukah menciptakan dunia baru?”. Dan pemahaman kunci dari Coe menolong para pendidik Kristen untuk menaruh perhatian terhadap keseluruhan realitas sosial diman kita disosialisasikan.
3.Ellis Nelson
4.John Westherhoff III
5.Berard Marthaler
6.L.O. Richards
Pendekatan Model Sekolah-Pengajaran
Pada kutub yang lain kita beri nama “pendekatan model sekolah dan pengajaran,” suatu istilah yang digunakan oleh John Westherhoff III dalam bukunya Will Our Children Have Faith? (akankah anak-anak kita akan beriman?). Istilah ini dikenakan kepada paradigma atau pendekatan PAK dalam gereja-gereja dewasa ini yang menurutnya sudah tidak memadai lagi.Ia bahkan menegaskan dengan tegas mengatakan bahwa paradigma yagn dipakai gereja dalam PAK-nya kini yang disebutnya “paradigma sekolah pengajaran” sedang mengalami kebangkrutan.
Bab 6 Metode dalam Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan adalah lebih dari sekedar penelitian ilmiah; ia juga bersifat kreatif.Mengajar sesungguhnya adalah bagaikan penciptaan kondisi-kondisi yang memungkinkan orang lain belajar.Jadi apa yang dilakukan oleh guru atau pengajar adalah menyajikan materi atau bahan dan menciptakan lingkunga yang kondusif (mendukung), untuk terjadinya proses belajar di dalam diri peserta didik.
Homrighausen dalam bukunya “Pendidikan Agama Kristen” mengatkan bahwa dalam PAK, metode adalah suatu pelayanan dan suatu pekerjaan yang aktif, yang kita lakukan bagi Tuhan dan sesama manusia supaya kedua pihak dapat bertemu satu sama lain.Maksudnya adalah, bahwa metode dapat monolong peseta didik dalam PAK, untuk benar-benar belajar firman Tuhan dimana terjadi perubahan, baik dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilainya maupun tingkah lakunya sesuai dengan firman Tuhan.
Boehlke dalam bukunya yang berjudul Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktik PAK, menjelaskan beberapa metode yang dipakai oleh Tuhan Yesus, sejauh pemahamannya dari data Alkitab khususnya injil-injil.Beberapa metodenya adalah :
1.Metode Ceramah
Barangkali metode ini cukup sering dipakai dan dapat kita temukan injil-injil bagaiman Tuhan Yesus menggunakan metode ini.Dengan metode ini Tuhan Yesus berusaha menyampaikan pengetahuan kepada murid-muridnya atau menafsirkan pengetahuan tersebut.Melalui pendekatan ini ia mengharapkan dua tanggapan dari para pendengarnya;pengertian mendalan dan perilaku baru.
2.Menghafalkan
Biasanya metode ini sangat dikecam oleh banyak pendidik.Tetapi secra proposional, ia juga mempunyai andil bagi siapa saja yang belajar.Memang Boehlke mengakui bahwa tidak ada perintah khusus dari Tuhan Yesus agar muridnya menghafalkan ayat-ayat tertentu dari Kitab Suci.
3.Dialog
Metode ini sering digunakan oleh Yesus dalam keempat injil, walaupun memang penggunaannya tidak sama persis dengn metode yang digunakan oleh Scrorates.Yesus sering mengajukan pertanyaan yang baru, sebagai tanggapannya atas pernyataan yang sebelumnya diajukan kepadanya.
4.Studi Kasus
Dengan studi kasus, orang didorong untuk memikikan inti persoalannya dan mencari jalan pemecahan.Jadi pengajar tidak menjawab sendiri semua persoalan, melainkan jawaban harus diberikan oleh masing-masing peserta didik atau pelajar.
5.Perjumpaan
Dengan metode ini, para pelajar ditantang secra langsung untuk mengambil keputusan.Metode ini juga oleh Yesus, namun tidak dengan bercerita.ia memprakarsai pertanyaan pribadi yang besar sekali maknanya.
6.Perbuatan Simbolis
Pada awal pelayanan Yesus di depan umum, ia dibabtiskan oleh Yohanes pembabtis. Tindakan itu menimbulkan pertanyaan di kalangan para ahli.Di sini yesus hendak mengajar para murudnya melalui tindakan simbolis.Diman ia mengajarkan bahwa pelayanannya berarti pengorbanan, dan melalui lambang baptisan, Yesus mengajarkan tentang perlunya solidaritas itu hanya bisa dinyatakan sebagai hamba yang merendahkan diri dan yang menderita.
Cerita dan Bercerita dalam PAK
Jeanette P.Brown dalam bukunya The Story Teller in Religious Education, mengatakan bahwa serita adalah suatu naratif dari orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang perkembangannya menimbulkan minat sejak awal dan alur seritanya dipertahankan melalui beberapa langkah tertentu menuju kepada klimaks simana rasa ingin tahu itu dipuaskan.
Atas dasar itu maka cerita dapat diartikan sebagai penyajian peristiwa atau fakta dengan susunan tertentu yakni :
a.Permulaan yang berfungsi untuk memikat perhatian pendengar.
b.Perkembangan yang menbangkitkan rasa ketegangan dan rasa ingin tahu yang semakin meningkat mengenai akhir cerita.
c.Pemecahan atau klimaks yang merupakan puncak dari cerita yakni saat rahasia terbuka.
d.Penyelesaian atau penutup yang singkat yang mengakhiri pergumulan dalam cerita dengan cra yang membuat pendengar merasa puas dan lega.
Apakah Manfaat Cerita ?
Pertama, cerita yang disampaikan hanya untuk dinikmati adalah baik dan penting bagi siswa.Pencerita memulai cerita dan menyelesaikan tanpa komentar mengenai maksud atau tujuan dan tanpa keterangan mengenai arti yang terkandung dalam cerita itu.Kedua, cerita yang disampaikan adalah untuk mengajarkan sesuatu.Cerita tanpa komentar tambahan, sering berhasil untuk menumbuhkan pengertian baru bagi pendengarnya dan bahkan mengadakan perubahan dlam kelakuannya.
Beberapa pokok dalam menyampaikan cerita Alkitab :
1.Guru harus mengenal cerita itu (kita tidak dapt mengajarkan sesuatu yang kita sendiri belum mengetahuinya).
2.Guru harus percaya kebenaran cerita itu (kita tidak dapat meyakinkan orang lain untuk hal yang kita sendiri tidak yakin).
3.Guru harus menghargai cerita itu.
4.Cerita harus diceritakan dan bukan hanya dibacakan kepada siswa.
Bab 7 Kopartner dalam Pendidikan Agama Kristen
Groome dalam bukunya Christian Religious Education mengatakan antara lain bahwa, peserta didik adalah saudara sepengenbara dalam kurun waktu tertentu bersama dengan kita sebagai pendidik.Semua mereka mempunyai cerita/pandangan hidup (story) sendiri dan juga destiny atau tujuan (visi) sendiri yang unik.
Peserta didik harus diperlakukan sebagai subjek terutama karena kita percaya sesuai dengan antripologi Alkitab bahwa semua orang diciptakan menurut gambar Allah.Peserta didik kita dan kita sebagai pendidik sedang berada dalam perjalanan bersama, yang mempunyai panggilan dan juga hak untuk bertumbuh dalam kesegambaran dengan pencipta kita.
Dalam konteks pembentukan iman Kristen, peserta didik dapt mencapai kesadaran yang menyebabkan mereka mampu menghadirkan Kerajaan Allah serta mempersiapkan penyempurnaannya,hal ini tugas bersama baik pendidik maupun peserta didik.Pendidk dalamPAK bukan sekedar menolong pendeta, bilamana mereka ini terlalu sibuk.Tetapi pada pihak lain hak mendidik bukanlah hak khusus dari pendidik saja dalam PAK, karena pelayanan-pelayanan lainpun sesungguhnya mempunyai kewajiban untuk mendidik.
Groome mengkhususkan tanggung jawab pendidik dalam konteks historis yaitu: menghadirkan The Story ( warisan iman kristiani;kepercayaan dan pandangan hidup Kristiani);,untuk mengusulkan visi (pengharapan kristen); dan untuk memilih kehidupan yang bermakna.
Pendidik dalam PAK mampu memilih kehidupan, dan untuk menjalani masa kini mereka secara manusiawi dan dengan sukacita.Namun pada saat yang sama, merekajuga mempunyai tugas untuk menolong orang lain menjalani kehidupannya seperti itu juga dalam Yesus Kristus.Dengan cara yang sama, pendidikpun memungkinkan orang lain dan peserta didiknya memilih kehidupan yang bermakna.
Bab 8 Hubungan PAK dengan Psikologi Dan Sosiologi
Secara historis hubungan antara agama secara umum dan psikologi tidaklah positif, artinya bahwa ada saat-saat dimana keduanya saling mencurigai satu sama lain.Banyak orang mempunyai kesan seolah-olah salah satu tugas dari psikoloogi adalah untuk menjelaskan fenomena agamawi dan mereduksi semua pengetahuan dan tingkah laku agamawi menjadi kategori-kategori psikologi naturalistis.
Defenisi agama begitu bermacam-macam, dari yang sederhana 9seperti animisme dan dinamisme) sampai ke yang sangat komplek misalnya dalam agama-agama yang monotheisme.Defenisi-defenisi menjadi sangat bervariasi karena sangat bergantung kepada disiplin ilmu, dari mana kita mencoba memahami gejala tersebut.
Paul Tillich mendefenidikan agama sebagai suatu sistem kepercayaan dan prktik yang diarahkan kepada yang akhir/mutlak (ultimate),Yang ultimate ini harus dipahami dalam dua aspek.Pada satu sisi, hal itu merupakan pencarian individu terhadap arti dan perhatian yang akhir (tertinggi) dalam dunia.Namun disisi lain, hal itu merupakan kuasa terakhir (mutlak) yang berada di belakang dan dalam kosmos serta yang menurunkan nilai dan arti terhadap kosmos.
Erik Erikson menggambarkan agama sebagai “penguraian tentang apa yang dirasakan benar secara mendasar meskipun hal itu tidak dapat didemonstrasikan (ditunjukkan)”.Agama adalah suatu dorongan dan visi yang tertinggi (akhir) dari seseorang individu.Agama memperoleh berbagai bentuk ekspresi : credo (pengakuan kepercayaan), mithos,rituan (upacara-upacara), dan code (aturan-aturan).
Pendidikan Agama Kristen merupaka bagian dari pendidikan secara umum, karena itu juga memiliki sifat-sifat pendidikan secara umum, karena itu juga ia memiliki sifat-sifat dasar pendidikan secara umum misalnya aspek kesengajaan, sistematis, dan kesinambungan.
Iman Kristen dalam kondisi kognitif mencakup pengetahuan dan pengertian kita akan Tuhan dan kehendak-Nya seperti dikatakannya dalam firman-Nya, tetapi juga sebagaimana dirumuskan dalam berbagai doktrin dan ajaran gereja yang sudah akumulatif.Iman kristen dalam dimensi afektif mencakup hubungan pribadi dengan Tuhan, penterahan diri, komitmen kridtiani, kasih dan sikap hormat, kagum terhadap Tuhan dan ciptaan-Nya dan kehidupan spiritual.Iman Kristen dalam dimensih tindakan adalah pelayanan kita terhadap dunia dalam kasih sebagai respons terhadap mandat Kerajaan Allah.
Hubungan PAK dan psikologi berhubungan erat adalah dalam bidang teori-teori perkembangan manusia.Disebut teori – teori perkembangan, oleh karena tidak hanya ada satu teori tentang perkembangan manusia.Homrighausen mengatakan, “seorang guru PAK di lapangan perlu mengetahui dan mempergunakan hukum ilmu jiwa mengenai pelajaran”.Hukum-hukum yang terpenting yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Pelajaran menuntut minat yang sungguh-sungguh.
Pelajaran menuntut latihan praktis.
Perlu memerhatikan watak dan usia peserta didik kita.
Pelajaran dipengaruhi oleh emosi.
Pelajaran ada segi sosialnya.
Pelajaran menuntut daya pendorong yang baik.
Proses belajar-mengajar harus dilakukan dengan berbagai metode dan pendekatan.
Belajar lebih penting daripada.
Tingkat-tingkat perkembangan kognitif untuk diterapkan dalam PAK, menurut Piaget adalah : Tingkat Sensorimotor (bentuk pengetahuan berasak dari input sensori yang khusus), struktur praoperasional ( mengembangkan kemampuan untuk mewakili hal-hal ataupun orang, maka hal ini mendorong ke suatu tingkat perkembangan kognitif yang baru), dan Tingkat operasi Konkret (operasi-operasi konkret berhubungan secara langsung dengan obyek-obyek, juga dengan hipotesis-hipotesis yang dirumuskan secara verbal).
BAB 9 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN TEOLOGI
Hubungan Antara Teologi dan PAK menurut, Andrew Hsiao membagi perkembangan hubungan dalam empat periode,yaitu:
Periode pada waktu PAK merasa tidak perlu akan teologi (1780-1903)
Selama masa ini, perhatian yang sentral dari gerakan PAK ini adalah penginjilan (evangelisasi), khususnya evangelisasi terhadap anak-anak. Menurut James Smart, ini merupakan periode penginjilan (evangelisasi).
Periode ketika PAK terlihat dalam kontroversi teologis (1903-1950)
PAK dilanda oleh pertentangan teologis yang hebat sejak saat itu, apalagi adanya perpecahan di antara anggota gereja oleh karena perbedaan aliran teologi mereka: antara kaum liberal dan kaum petobat atau lahir baru, yang kadang-kadang menyebut diri mereka golongan fundamentalis.
Periode ketika PAK menjadi teologi sebagai petunjuk (1950-1970)
Miller meringkas pandangan-pandangannya bahwa petunjuk dari PAK adalah penemuan kembali dari suatu teologi yang relevan yang akan menjembatani gap antara content dan metode.
Periode ketika PAK mencari bentuk relasi baru dengan teologi (1970)
Sara Little mengusulkan lima alternatif sebagai cara untuk menghubungkan PAK dan Teologi, yaitu:
teologi sebagai content untuk diajarkan,
teologi sebagai norma,
teologi tidak mempunyai relevansi,
berteologi sebagai usaha pendidikan, dan
pendidikan dalam dialog dengan teologi.
Ada 4 hal sebagai pemahaman mendasar tentang bagaimana teologi berhubungan dengan PAK:
Teologi sebagai content (PAK akan menjadi kosong dan lemah apabila content-nya itu tidak didasarkan pada teologi yang benar yang dapat dipertanggungjawabkan).
Teologi Sebagai Proses (PAK bergerak kea rah yang benar, maka diperlukan pemahaman teologis yang benar tentang iman Kristen).
Teologi Sebagai Metodologi (Ide-ide teologis kontemporer tertentu yang dapat memberi implikasi khusus bagi metodologi PAK).
Teologi Sebagai Norma (Teologi berfungsi secara normatif untuk melindungi PAK dari perangkap yang non-kristen atau nonteologis).
Pandangan Beberapa Ahli tentang PAK yaitu :
Randolp C. Miller
Randolp C. Miller adalah seorang yang cukup lama bergumul dengan PAK sebagaimana nyata dari tulisan-tulisannya yang begitu banyak sejak tahun 1940-an. Ia berpendapat bahwa suatu teologi yang khusus berdiri di latarbelakangi oleh setiap pendidik.
John Westherhoff III
John Westherhoff III adalah seorang yang menjadi juru bicara dari pendekatan sosialisasi dalam PAK pada decade 1970-an dan 1980-an. Ia mengecam keras pendekatan model sekolah pengajaran dalam PAK, tetapi ia juga menganggap teologi sangat menentukan dalam PAK.
Thomas H. Groome
Groome setuju bahwa teologi selalu berperan dalam pengembangan teori dan praktik PAK. Sebagai orang yang begitu mendasarkan dirinya pada teologi, maka pandangan-pandangan teologinya Nampak dalam pembahasan mengenai pokok-pokok mendasar PAK seperti: hakikat, tujuam, konteks, kesiapan, dan pendidikan peserta didik.
NAMA : PEBRIYAUS HALAWA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI TEOLOGI IKAT, jln rempoa permai no 2, bintaro pesanggarahan , jakarta selatan,
@jejaklangkah747
Rabu, 21 Maret 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
pendidikan agama kristen
sifat tokoh alkitab
Berikut 12 tokoh Alkitab yang hidup penuh sabar, dan patut untuk kita teladani 1. Ayub Ayub, salah satu tokoh yang di kenal sabar dalam Kita...
-
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DISUSUN OLEH : NAMA : PEBRIYANUS HALAWA NIM : 77.8066 PRODI : PEMBIMBING AGAMA ...
-
LAPORAN BACAAN THEOLOGI SISTEMATIKA 1 DOKTRIN MANUSIA DISUSUN OLEH : ...
-
LAPORAN BACAAN DI SUSUN OLEH: NAMA : PEBRIYANUS HALAWA NIM : 77...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar