MAKALAH
RELEVANSI PEKABARAN INJIL DI
INDONESIA MASA KINI
KELOMPOK
1
Nama : Pebryanus Halawa
Emylia
Permita
Rada
Haryana Sinambela
Prisatania
Ade
Elvina
Apliana
Lida Wuru
Richard
Selamat
Dheana
Lucky Wahyu Kencana
Kristin
Sintia Siang
Dwi
Martha Saragih
Tkt/Smr : II/III
Dosen
: Dr. Abdon Amtiran M.Th
Mata
Kuliah : SGA/SGI
SEKOLAH TINGGI THEOLOGI “IKAT”
JAKARTA,2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat dan rahmat-Nya, penulis masih
diberikan kesempatan dan kemampuan dalam menyelesaikan makalah ini.Penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Dr. Abdon Amtiran M.Th selaku dosen
pengampu mata kuliah SGA/SGI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk membahas makalah ini.Adapun judul makalah ini ialah RELEVANSI PEKABARAN INJIL DI INDONESIA MASA KINI.Tak lupa juga
penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah meluangkan
waktunya untuk membantu dalam penulisan makalah ini
Penulis menyadari bahwa banyak
kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah ini.Untuk dari itu kritik dan
saran sangat penulis perlukan dari para pembaca untuk perbaikan dalam makalah
ini dikemudian hari.
Demikianlah kata pengantar
dari makalah ini.Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih dan selamat
membaca makalah ini.Tuhan Yesus memberkati.
Jakarta, 25 Oktober
2018
Penulis
Kelompok 1
Kelompok 1
DAFTAR
ISI
Kata pengantar .................................................................................................. .... 1
Bab I latar belakang .......................................................................................... .... 3
- Pengertian injil
- Pola kerja
Bab II Pembahasan................................................................................................ 13
Bab II Penutup........................................................................................................ 32
Kesimpulan
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Pengertian
Injil
Injil
adalah kabar baik bagi orang percaya. Dalam pandangan
orang Kristen injil itu adalah kehidupan, bukan hanya dimasa sekarang namun
dimasa yang akan datang, ataupun akhirat/kiamat. Dalam pandangan orang biasa
yang belum percaya itu hanyalah sebuah dongeng, bukan sebuah perbandingan
terbalik bukan?Ya, justru itulah tugas kita bagi orang percaya untuk
memberitakan kabar baik bagi mereka yang belum percaya.Untuk membahas lebih
jauh lagi bagaimana para pekabar-pekabar injil di zaman dulu hingga sampai
sekarang di Indonesia.
B. Pola
Kerja
Sejak
abad ke-18, sebagian besar pulau Jawa dikuasai oleh orang-orang Belanda secara
langsung. Setelah VOC bubar (1799), sampai tahun-tahun 1820-an, keadaan politis
adalah tidak tetap : pemerintah-Belanda yang mengganti VOC, diusir oleh
orang-orang Inggeris (1811), tetapi lima tahun kemudian orang-orang Belanda
kembali lagi (1816). Penguasa-penguasa yang silih-berganti ini membawa serta
cita-cita yang luhur, yang di Eropa telah dicetuskan oleh Pencerahan (§
17).Beberapa kali terjadi reorganisasi di bidang ekonomi (sistim perpajakan,
soal tanah) dan politik.Dan Gubernur-Jenderal yang pertama sesudah masa
pemerintahan Inggeris mempunyai rencana-rencana yang sangat baik untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat Jawa.Tetapi negeri Belanda menghadapi
peperangan di Jawa (Perang Diponegoro, 1825-1830) dan di Eropa
(1830-1839).Akibatnya, perbendaharaan negara Belanda kosong, dan tenaga
orang-orang Jawa dikerahkan untuk mengisinya kembali melalui sistem Tanam
Paksa. Sistim itulah yang menentukan kebijaksanaan pemerintah Belanda di Jawa
mulai dari tahun-tahun 1830-an sampai 1860-an. Negeri Belanda membutuhkan uang,
dan jangan hendaknya membutuhkan uang, dan jangan hendaknya ada yang mengganggu
keamanan dan ketertiban, sehingga kelancaran arus itu terputus. Oleh karena itu
pemerintah enggan mengizinkan lembaga-lembaga zending bekerja di Jawa selama
masa itu, dan sesudah itu pun pekerjaan mereka sering mengalami rintangan dari
pihak para pejabat pemerintah.
Keadaan di bidang keagamaan
Dalam
abad ke-16, pedalaman Jawa sudah diislamkan (bnd ps 2).Di ujung Timur pulau
itu, agama Hindu masih bertahan sampai sekitar tahun 1770. Tetapi Kompeni
mengusir orang-orang Bali dari sana, sehingga daerah itu pun dimenangkan bagi
Islam. Namun demikian, di tengah-tengah masyarakat Jawa Islam itu corak
berpikir dari zaman sebelum kedatangan Islam, sempat hidup terus.Di satu pihak,
seluruh hidup orang-orang Jawa, khususnya di desa-desa, tetap diatur oleh adat.
Di lain pihak, banyak orang Jawa terpengaruh oleh kebatinan. Orang-orang ini
mempersoalkan nilai upacara keagamaan, kunjungan ke tempat-tempat ibadah,
kitab-kitab suci dan sebagainya. Bagi mereka, hal-hal ini bersifat
"lahiriah" dan dengan demikian lebih rendah martabatnya daripada
hal-hal "batiniah", yaitu ibadah dalam hati. Mereka memandang agama
sebagai "ngelmu", "ilmu", yaitu pengetahuan rahasia yang
memberi kekuatan batin kepada yang memilikinya.Rupanya justru dalam abad ke-19
dunia rohani orang Jawa mengalami pergolakan yang besar dan banyak orang yang
berjalan keliling Jawa untuk mencari "ngelmu" baru.Perlu dicatat
bahwa pengaruh kebatinan ini lebih besar di Jawa Timur dan Tengah daripada di
Jawa Barat.
Agama
Kristen di Jawa ± 1815
Sekitar
tahun 1815, penganut-penganut agama Kristen hanya terdapat dalam golongan orang
yang bukan-Jawa : orang-orang Belanda serta keturunan mereka, dan sejumlah
orang yang berasal dari Indonesia Timur. Orang-orang Kristen ini terutama
terdapat di ketiga kota besar di pantai Utara : Surabaya, Semarang dan Batavia.
Tetapi ada juga yang hidup di pedusunan, misalnya sebagai pengusaha di bidang
perkebunan dan tuan tanah. Sekitar tahun 1815, orang Jawa atau Sunda yang
beragama Kristen boleh dikatakan tidak ada. Jemaat-jemaat Kristen di kota-kota
besar, dan orang-orang Kristen yang berserak itu hidup terpencil dan tidak
merasa terpanggil untuk menyebarkan Injil kepada massa orang pribumi di sekitar
mereka. Anggota-anggota jemaat Depok malah dilarang bergaul dengan penduduk
desa-desa tetangga yang beragama Islam.
Kegiatan p.I.
Gereja
(GPI) tidak melakukan pekabaran Injil, dan negara tidak mengizinkan
lembaga-lembaga p.I. dari Eropa mengisi lowongan itu.Oleh karena itu, pekabaran
Injil di pulau Jawa harus berpangkal pada beberapa orang Kristen perorangan. Di
antara mereka ada yang hidup di kota, ada yang di pedalaman. Kita menyebutkan
beberapa nama. Di daerah Jawa Timur ada Bapa Emde serta kelompoknya (mulai dari
tahun 1851) di Surabaya, dan Coolen di Ngoro (sejak ± tahun 1830). Di Jawa
Tengah terdapat a.l. beberapa isteri pengusaha Eropa di pedalaman, a.l. ny.
Philips (tahun 1850-an). Di Jawa Barat, kita menemukan sejumlah anggota jemaat
GPI di Batavia, a.l. mr Anthing (mulai dari tahun 1850-an). Tokoh-tokoh
perintis ini memperkenalkan Injil kepada sejumlah orang Jawa.Di antara mereka
ini tampil pula tokoh-tokoh yang giat menyiarkan Injil di tengah teman-teman
sebangsanya, a.l. Paulus Tosari (1813-1882, Kristen sekitar 1840); Tunggul
Wulung (± 1803-1884, Kristen sek. 1853) dan Sadrach (1840-1924, Kristen sek.
tahun 1855).Khusus di Jawa Barat, Mr. Anthing dibantu juga oleh sejumlah
penginjil yang berasal dari daerah di sekitar Batavia.
Jawa Timur: Emde
Di
Jawa Timur, kegiatan p.I. dimulai oleh seorang Jerman yang telah merantau ke
Indonesia. Bapa Emde (1774-1859) adalah seorang pietis dari Jerman yang
berlayar ke Indonesia untuk melihat dengan mata kepala sendiri, apakah benar
bahwa perkataan dalam Kej.8:22 tentang musim dingin dan musim panas tidaklah
sesuai dengan keadaan di daerah katulistiwa.Ia menetap di Surabaya, di mana ia
bekerja sebagai tukang arloji. Di situ ia dikunjungi oleh Joseph Kam, ketika ia
ini sedang dalam perjalanan ke Maluku (§ 20) dan kunjungan Kam itu
membangkitkan semangat misioner pada Emde. Ia mendirikan suatu perkumpulan p.I.
(1815) dan mengadakan pertemuan-pertemuan keagamaan di rumahnya. Alat-alat
untuk p.I. diperoleh dari Bruckner, seorang pekabar Injil yang telah diutus ke
Jawa bersama Kam, menjadi pendeta di Semarang, tetapi kemudian beralih ke
lembaga p.I. Baptis Inggeris, yang pada tahun 1792 didirikan oleh William
Carey. Bruckner telah mengarang selebaran-selebaran dalam bahasa Jawa, dan Emde
mendesak dia agar menterjemahkan P.B. ke dalam bahasa Jawa.Terjemahan itu
selesai dicetak pada tahun 1831, tetapi langsung disita oleh pemerintah.Namun
Emde sebelumnya sudah menerima beberapa bagian terjemahan tersebut dalam bentuk
salinan tangan, dan itu disebarkannya, bersama isteri dan anak-anak
perempuannya, bersama dengan selebaran-selebaran, dengan menyodorkannya kepada
orang-orang yang kebetulan liwat atau dengan menempelkannya di tempat-tempat
ramai.
Mula-mula
pekerjaan Emde itu tidak banyak membawa hasil.Pendeta GPI di Surabaya memandang
dia sebagai saingan dan mengadukannya kepada pemerintah.Akibatnya, Emde harus
meringkuk dalam penjara selama beberapa minggu.Hal ini terjadi pada tahun 1820;
di kemudian hari sikap GPI menjadi lebih positif.Tetapi di kalangan orang-orang
Jawa juga pekerjaan Emde pada mulanya tidak mendapat sambutan yang hangat.
Coolen
Dalam
pada itu, di Jawa Timur telah muncul pusat penyiaran agama Kristen yang
kedua.Pusat kedua ini ialah Ngoro, dan pemimpinnya ialah Coolen (1775-1873).
Coolen lahir dari keluarga Belanda, tetapi ibunya adalah puteri bangsawan Jawa.
Dari ibunya itu diwarisinya tradisi kebudayaan Jawa, sehingga ia menguasai
wayang, musik dan tari-tarian Jawa. Pada tahun 1827, ia memperoleh kawasan
hutan yang luas, kira-kira 60 Km dari kota Surabaya. Pembukaan hutan itu
berhasil baik. Banyak orang Jawa datang ke sana dan diberi tanah dengan syarat
yang lunak. Ngoro menjadi desa yang sangat makmur, yang pada waktu kelaparan
melanda Jawa Timur dapat membagi beras kepada ribuan orang.
p.I. oleh Coolen
Di
Ngoro tidak ada paksaan dalam hal agama. Coolen menyuruh orang membangun sebuah
mesjid. Tetapi dalam memimpin desanya, iapun tetap bertindak sebagai seorang
Kristen.Apabila seseorang hendak membajak sawahnya, Coolen diminta untuk
membuka alur pertama. Maka ia memegang alat luku sambil menyanyikan : "O
gunung Semeru, o Dewi Sri, berkatilah karya tangan kami. Dan di atas
segala-galanya kami pohonkan karunia dan kekuatan dari Yesus, yang kekuasaanNya
tiada bertara".Beberapa di antara orang-orang yang datang ke Ngoro adalah
orang yang pernah melakukan kejahatan. Coolen mengizinkan mereka menetap di Ngoro,
tetapi ia berusaha untuk menunjuk jalan kepada mereka supaya memperbaiki diri.
Kepada mereka diberitahukannya "ilmu Kristen" tentang pelepasan
manusia dari dosa oleh Juruselamat dunia. Pada hari-hari Minggu, Coolen
mengadakan kebaktian di pendopo rumahnya sendiri : di situ ia berdoa dan
membacakan suatu pasal dari Alkitab, lalu orang mengangkat nyanyian serta orang
dengan gaya tembang. Selanjutnya sepanjang hari Minggu, orang menghabiskan
waktunya dengan bermain gamelan, dengan wayang dan dikir, yakni mengulang-ulangi
rumus-rumus Kristen (Doa Bapa Kami dan sebagainya) dengan cara yang dipakai
juga oleh santri-santri Islam. Pada hari-hari lain, pada sore harinya, Coolen
mengajarkan agama Kristen dan rumus-rumus Kristen kepada mereka yang berminta.
Dengan cara itu terbentuklah suatu jemaat Kristen. Coolen mengangkat seorang
pengantar jemaat, yang disebut Kyai penghulu, dan dua orang penatua.
Anggota-anggota jemaat ini mempunyai banyak hubungan ke luar, yaitu dengan
teman-teman sebangsanya dari desa-desa lain; terhadap teman-temannya itu mereka
memuji "ilmu" Coolen, sehingga orang datang dari jauh untuk
"mengadu ilmu" dengannya, dan kalau mereka kalah, maka mereka berguru
pada Coolen. Tetapi semuanya ini berlangsung tanpa ada hubungan dengan pendeta
serta jemaat GPI di Surabaya. Pun sakramen baptisan dan perjamuan tidak
dilayankan di Ngoro.
Kelompok
Wiung
Di
desa Wiung, yang letaknya tidak jauh dari Surabaya, ada suatu kelompok orang
yang taat beragama.Mereka biasa berkumpul dalam rumah modin desa itu, yang
bernama Pak Dasimah.Pada suatu hari salah seorang anggota kelompok ini
membawa-serta sebuah buku kecil dalam bahasa Jawa yang diberikan kepadanya oleh
seorang perempuan keturunan Eropa di Surabaya. Katanya, ia enggan mengambilnya,
tetapi akhirnya dengan setengah terpaksa buku itu diterimanya juga. Pak Dasimah
membukanya dan heran sekali ia melihat kata-kata yang pertama : "Inilah
permulaan Injil tentang Yesus Kristus......"(Mrk 1:1). Ia tidak begitu
suka akan isinya, tetapi karena buku itu agaknya mengandung hal-hal keagamaan
yang belum dikenalnya maka ia tidak membuangnya melainkan membuatnya menjadi
pokok pembicaraan dalam kelompoknya.
Kemudian
sekitar tahun 1834, seorang anggota kelompok Wiung bertemu dengan seorang kyai
yang telah berguru pada Coolen. Kyai ini mengucapkan sebuah rapal yang isinya
tidak lain melainkan Keduabelas Pasal Iman. Pengunjung dari Wiung itu teringat
akan buku yang telah dikenalnya di sana, dan ia cepat pergi membawa berita ini
kepada Pak Dasimah. Setelah mengetahui bahwa rapal itu asalnya dari Ngoro maka
Pak Dasimah. Setelah mengetahui bahwa rapal itu asalnya dari Ngoro maka pak
Dasimah beserta sejumlah temannya berjalan ke sana meminta "toya
wening", air jernih (hidup). Coolen menyambut mereka dengan ramah dan
selama sepuluh hari mereka sempat menerima pengajaran agama Kristen seperti
yang diberikan di Ngoro. Setelah itu mereka pun pulang, tetapi di Wiung ajaran
itu tetap menjadi pokok renungan dan pembicaraan bagi mereka, dan setiap tahun
mereka kembali ke Ngoro. Dalam pada itu, Pak Dasimah menyebarkan
"ilmu" baru yang telah diperolehnya dengan cara yang sudah dilihatnya
di Ngoro, yaitu melalui wayang.
Perbedaan
Emde-Coolen
Setelah
lima tahun mendapat kunjungan dari orang-orang Wiung, Coolen merasa sayang
melihat mereka harus menempuh jarak yang jauh itu. Ia memberi mereka nasehat
agar pergi ke Surabaya mencari seorang Kristen bernama nyonya Emde. Pak Dasimah
lalu pergi berkunjung kepada Emde.Ia ini heran sekali karena sama sekali belum
mengetahui tentang kelompok di Wiung. Soalnya ialah bahwa orang-orang Jawa yang
telah masuk kelompok Emde di Surabaya itu adalah orang-orang kota. Mereka
biasanya menjadi pembantu rumah tangga pada keluarga-keluarga Eropa, dan tidak
berhubungan dengan lingkungan rohani yang didalamnya orang-orang Wiung hidup.Dan
sesudah menjadi orang Kristen dan menerima baptisan (di tengah-tengah jemaat
GPI) maka mereka lebih jauh lagi dari dunia kerohanian Jawa-asli.Sebab Emde
memandang perlu bahwa mereka, bersama dengan agama orang Eropa, menerima juga
adat-kebiasaan Eropa.Mereka diharuskan memotong rambut, menggantikan sarungnya
dengan celana, melepaskan keris-kerisnya; mereka tidak boleh lagi menonton
wayang, mendengarkan gamelan, menyelenggarakan selamatan, dan sebagainya, sebab
hal-hal itu dipandang sebagai kekafiran.Coolen mengabarkan Injil sambil
memberinya wujud Jawa; Emde menggabungkan erat-erat agama Kristen dengan
kebudayaan Eropa. Hanya dalam satu hal itu ia berbeda dengan orang-orang Eropa
lainnya (juga dengan banyak tokoh zending di zaman kemudian) dan bertindak sama
seperti Coolen: ia sama sekali memperlakukan orang-orang Jawa selaku sesamanya,
bukan sebagai manusia yang bertingkat lebih rendah. MISI KATOLIK DI
MALUKU SAMPAI TAHUN 1540-AN
1.
Kurang lebih tahun 1500-an
Maluku telah diislamkan sehingga muncul kerajaan Islam yang terkenal yaitu
Ternate, Tidore, Bacan, Jailolo. Namun yang paling sukses adalah kerajaan
Ternate yang berhasil mengembangkan jajahan dan mengislamkan Maluku Utara dan
juga di Selatan
2.
Tahun 1522 Portugis berhasil
membangun benteng di Ternate atas undangan sultan Ternate.
3.
Hubungan Portugis dan Ternate
adalah hubungan benci dan rindu. Di satu segi Ternate diuntungkan secara dagang
karena bisa berdagang dengan Portugis secara istimewa dan tidak dinikmati oleh
kerajaan lain. Namun Ternate seringkali marah dan kecewa karena Portugis dengsn
misinya berhasil mengkristenkan daerah/kerajaan kecil yang secara politis bisa
merupakan ancaman bagi eksistensi Ternate. Begitu pula kelakuan moral orang
Portugis yang rendah mengakibatkan kejengkelan orang Ternate.
4.
Usaha penginjilan pertama
dilakukan oleh seorang awam tahun 1533/4 di Mamuya (Halmahera). Orang di daerah
ini masih menyembah nenek moyang. Karenanya daerah ini seringkali diserang oleh
kerajaan Islam. Dan oleh orang asing ini dianjurkan untuk datang kepada
Portugis untuk meminta bantuan. Kepala suku yaitu Kolano Mamuya akhirnya
menjadi Kristen dengan nama Don Joao dan juga mengkristenkan daerahnya dibantu
oelh imam yaitu Simon Vaz. Mereka dimasukkan ke dalam "Corpus
Christianum" yaitu terhisab ke dalam umat Katolik-Portugis. Di sini faktor
politik yang menyebabkan mereka menerima ajaran baru.
5.
Metode Simon Vaz (rahib
Fransiskan):
ü Di tiap kampung yang menerima Kristen dibuat salib besar dan kemungkinan
gereja.
ü Imam-imam didatangkan dan misa hanya dijalankan para imam.
ü Yang diajarkan adalah rumusan pokok iman Krsiten, Doa Bapa Kami, Keduabelas
Pasal Iman, Salam Maria.
6.
Tahun 1536 jemaat-jemaat
Kristen dikalahkan oleh kerajaan Jailolo yang dibantu Spanyol. Simon Vaz mati
terbunuh, Don Joao tidak mau menyangkal iman, tetapi banyak yang murtad karena
penganiayaan.
7.
Panglima Antonio Galvao tahun
1536-1540 berhasil memulihkan keadaan di Halmahera dan misi kembali berjalan.
Begitu pula banyak tokoh masyarakat Ternate yang menjadi Kristen. Tetapi
pengganti Galvao sibuk dengan urusan dagang, sehingga misi menjadi merosot.
8.
Tahun 1538 Portugis berhasil
mengkristenkan Ambon (Maluku Selatan) di mana Islam juga sudah masuk terlebih
dahulu. Karena sukses mengalahkan Islam dari Jawa yang ingin membantu kampung
Islam di Ambon untuk mengalahkan kampung yang belum Islam, maka kampung-kampung
yang masih menganut agama nenek moyang akhirnya memilih masuk Kristen. Ribuan
orang dipabptis baik di Ambon maupun di Halmahera Utara.
BAB II
PEMBAHASAN
"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah
kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan
pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."
(1 Korintus 1:18)
(1 Korintus 1:18)
Kebanyakan dari apa yang dinamakan
penginjilan pada zaman sekarang merupakan hal yang menyedihkan bagi orang-orang
Kristen sejati, karena mereka merasa bahwa penginjilan zaman sekarang kurang
dukungan Alkitab, tidak menghormati Allah, dan mengisi gereja-gereja dengan
petobat-petobat palsu. Mereka tertegun dengan begitu banyaknya superfisialitas
yang berbusa, kegembiraan kedagingan, dan godaan duniawi yang harus
diasosiasikan dengan nama kudus Tuhan Yesus Kristus. Mereka menyayangkan
penurunan derajat Injil, penipuan jiwa-jiwa yang tidak waspada, dan penghinaan
dan komersialisasi akan sesuatu yang bagi mereka begitu sakral. Hanya perlu
sedikit pertimbangan rohani untuk melihat bahwa aktivitas penginjilan Kristen
selama satu abad terakhir telah terus-menerus memburuk dari buruk menjadi
semakin buruk, namun sedikit nampaknya yang menyadari akar dari keburukan ini.
Akan menjadi usaha kami sekarang untuk mengekspos hal yang sama. Tujuannya
salah, dan dengan demikian buahnya salah.
Ø Tujuan Tuhan
dalam Penginjilan
Rancangan agung Tuhan, yang tidak
pernah dan tidak akan pernah Ia ingkari, adalah untuk memuliakan diri-Nya: untuk
menyatakan di hadapan ciptaan-Nya betapa tak terhingga mulianya diri-Nya.
Itulah tujuan agung yang Ia miliki dalam semua yang Ia lakukan dan katakan.
Karena itulah Ia mengijinkan dosa masuk ke dalam dunia. Karena itulah Ia
berkehendak agar Anak yang dikasihi-Nya menjadi daging, menaati secara sempurna
Hukum Ilahi, menderita, dan mati. Karena itulah Ia sekarang mengambil dari
dunia suatu umat bagi diri-Nya, umat yang akan memuji-Nya selamanya. Karena
itulah segala sesuatu diatur oleh providensia-Nya, kepada hal itulah segala
sesuatu di atas bumi sekarang diarahkan, dan akan berakhir pada hal tersebut.
Tidak ada hal lain yang menjadi prinsip Tuhan dalam segala tindakan-Nya:
"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi
Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36).
Ø Tujuan
Pengkhotbah
Kebenaran yang agung dan mendasar tersebut ditulis di
sepanjang Kitab Suci dengan kejelasan sinar mentari, dan ia yang melihatnya
tidak buta. Segala sesuatu ditetapkan Allah untuk tujuan tersebut.
Menyelamatkan orang-orang berdosa bukanlah tujuan pada dirinya sendiri, karena
Tuhan tidak akan kalah seandainya setiap mereka binasa. Tidak, penyelamatan-Nya
akan orang-orang berdosa hanyalah alat untuk mencapai tujuan: "supaya
terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia" (Efesus 1:6). Dari fakta mendasar
tersebut sudah seharusnya kita menjadikan hal yang sama sebagai tujuan kita:
bahwa Tuhan dimuliakan oleh kita—"apapun yang engkau lakukan, lakukanlah
semuanya itu untuk kemuliaan Allah" (1 Korintus 10:31). Demikian juga
sudah seharusnya hal tersebut menjadi tujuan pengkhotbah, dan segala sesuatu
harus berada di bawahnya, karena segala sesuatu yang lain memiliki kepentingan
dan nilai sekunder. Tapi apakah demikian yang terjadi sekarang? Ambil slogan
terakhir dunia keagamaan, "Pemuda bagi Kristus." Apa yang salah
dengan itu? Penekanannya! Mengapa bukan "Kristus bagi Pemuda"?
Ø Dorongan
Menggebu-gebu Penginjilan Modern
Jika seorang penginjil gagal menjadikan kemuliaan
Tuhan sebagai tujuannya yang terpenting dan konstan, ia pasti menjadi salah,
dan segala usahanya akan menjadi seperti tinju di udara. Ketika ia menjadikan
akhir segala sesuatu kurang dari hal tersebut, ia pasti jatuh ke dalam
kekeliruan, karena ia tidak lagi memberikan kepada Tuhan tempat yang sebenarnya.
Sekali kita menetapkan tujuan kita sendiri, kita siap untuk memakai cara kita
sendiri. Pada poin inilah penginjilan gagal dua atau tiga generasi yang lalu,
dan dari poin tersebut penginjilan semakin dan semakin jauh menyeleweng.
Penginjilan menjadikan "memenangkan jiwa" tujuannya, summum bonum
(kebaikan tertinggi)-nya, dan segala sesuatu yang lain dipakai untuk melayani
tujuan tersebut. Meskipun kemuliaan Tuhan tidak sesungguhnya disangkal,
kemuliaan Tuhan hilang dari penglihatan, hilang dari keramaian, dan dijadikan
sekunder. Lebih jauh, hendaknya diingat bahwa Tuhan dihormati sebanding dengan
kesetiaan seorang pengkhotbah terhadap Firman-Nya, dan dalam menyerukan
"seluruh perintah-Nya," dan bukan sekedar bagian-bagian yang menarik
baginya. Tanpa berkata apa-apa tentang penginjil murahan yang tidak punya
tujuan lebih tinggi daripada dengan tergesa-gesa membuat orang menyatakan iman
secara formal supaya jumlah anggota gereja membengkak, ambillah mereka yang
terinspirasi oleh belas kasih yang tulus dan perhatian yang dalam bagi mereka
yang akan binasa, dan yang dengan sungguh-sungguh rindu dan berjerih payah
untuk melepaskan jiwa mereka dari murka yang akan datang. Namun, jika mereka
tidak berhati-hati, mereka pun akan melakukan kekeliruan. Jika mereka tidak
terus memandang pertobatan sebagaimana Allah memandangnya—sebagaimana di
dalamnya Ia dimuliakan—mereka akan segera berkompromi dalam cara yang mereka
gunakan. Desakan menggebu-gebu dari penginjilan modern bukanlah bagaimana
memuliakan Allah Tritunggal, melainkan bagaimana melipatgandakan pertobatan.
Seluruh arus aktivitas penginjilan selama lima puluh tahun terakhir telah
mengambil jalan tersebut. Kehilangan pandangan akan tujuan Allah, gereja-gereja
telah menciptakan cara-cara mereka sendiri.
Ø "Hasil"
vs. Teologi yang Baik
Bertekad untuk mencapai tujuan tertentu, energi tubuh
diberikan kekuasaan yang bebas; dan andaikan tujuan itu benar,
penginjil-penginjil telah menyimpulkan bahwa tidak mungkin salah apa pun yang
berkontribusi untuk mencapai tujuan tersebut; dan karena usaha-usaha mereka
nampaknya sangat berhasil, terlalu banyak gereja dengan diam menyetujui,
memberitahu diri mereka sendiri bahwa "hasil membenarkan caranya."
Bukannya diuji dalam terang Kitab Suci, mereka malah diterima atas dasar manfaatnya.
Penginjil dipandang bukan karena kebaikan khotbahnya, melainkan dari
"hasil" yang nampak yang ia peroleh. Ia dinilai bukan menurut
seberapa jauh khotbahnya memuliakan Tuhan, melainkan seberapa banyak jiwa yang
bertobat karenanya Ketika seseorang membuat pertobatan orang-orang berdosa
sebagai tujuan utama dan totalnya, ia sangat cenderung untuk mengambil jalan
yang salah. Bukannya berusaha mengkhotbahkan Kebenaran dalam segala
kemurniannya, ia akan melunakkannya supaya lebih bisa diterima oleh mereka yang
belum dilahirbarukan. Didorong oleh kekuatan tunggal, yang bergerak menuju satu
arah yang tetap, tujuannya adalah membuat pertobatan mudah, dan karena itu
ayat-ayat favorit (seperti Yohanes 3:16) dibicarakan panjang lebar sementara
yang lain diabaikan atau dipotong. Hal ini tentu berefek pada teologinya
sendiri, dan berbagai ayat dalam Firman dihindari, jika tidak disingkirkan. Di
mana ia akan memberi tempat dalam pikirannya kepada deklarasi-deklarasi semacam
"Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah
belangnya?" (Yeremia 13:23), "Tidak ada seorangpun yang dapat datang
kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku" (Yohanes
6:44), "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu"
(Yohanes 15:16)? Ia akan sangat tergoda untuk memodifikasi kebenaran pemilihan
Allah yang berdaulat, penebusan Kristus yang khusus, dan perlunya karya
supranatural Roh Kudus.
Ø "Kerusakan
Total" Diabaikan
Dalam penginjilan abad ke-20 ada pengabaian yang
celaka atas kebenaran serius kerusakan total manusia. Ada peremehan total atas
keadaan yang sungguh malang dari orang berdosa. Malah sangat sedikit orang yang
telah berhadapan dengan fakta yang tidak enak bahwa setiap manusia seluruhnya
korup secara natur, bahwa ia sepenuhnya tidak sadar akan kebobrokan dirinya,
bahwa ia buta dan tanpa pertolongan, mati dalam pelanggaran dan dosa. Karena
demikianlah keadaannya, karena hatinya dipenuhi dengan kebencian terhadap
Allah, ini berarti bahwa tak seorangpun dapat diselamatkan tanpa intervensi
khusus dan langsung dari Allah. Menurut pandangan kami di sini, demikian juga
halnya di tempat yang lain: memodifikasi kebenaran kerusakan total manusia
secara pasti akan berakibat pada pengenceran kebenaran-kebenaran yang
berkaitan. Ajaran Kitab Suci tentang poin ini tidak mungkin salah: kemalangan
manusia adalah sedemikian hingga keselamatannya tidak mungkin kecuali Allah
menunjukkan kuasa-Nya yang besar. Tidak ada penggerakan emosi melalui
anekdot-anekdot, tidak ada pemuasan indera melalui musik, tidak ada pidato
pengkhotbah, tidak ada ajakan-ajakan persuasif dapat sedikitpun menolong. Berkaitan
dengan masa lampau, Allah mengerjakan semuanya tanpa pertolongan apapun. Akan
tetapi dalam begitu besarnya pekerjaan masa kini, dinyatakan oleh penginjilan
Arminian pada zaman sekarang bahwa Ia memerlukan kerja sama orang berdosa.
Sungguh, jadinya begini: Allah seolah-olah menolong manusia untuk menyelamatkan
dirinya sendiri: orang berdosa harus memulai pekerjaan itu dengan menjadi
bersedia, dan kemudian Allah akan menyelesaikan pekerjaan tersebut. Padahal,
tak seorangpun selain Roh dapat membuatnya bersedia pada hari kuasa-Nya (Mazmur
110:3). Hanya Dia dapat menghasilkan dukacita yang benar terhadap dosa, dan
iman yang menyelamatkan dalam Injil. Hanya Dia dapat melepaskan kita dari cinta
diri, dan membawa kita tunduk kepada Ketuhanan Kristus. Sebagai ganti mencari
pertolongan penginjil-penginjil luar, biarlah gereja-gereja tersungkur di
hadapan Tuhan, mengakui dosa-dosanya, mencari kemuliaan-Nya, dan berseru
memohon karya mujizat-Nya. "Bukan dengan keperkasaan [pengkhotbah] dan
bukan dengan kekuatan [kemauan orang berdosa], melainkan dengan Roh-Ku, firman
Tuhan semesta alam."
Ø Penghilangan
Fatal dalam "Pemberitaan Injil"
Secara umum disadari bahwa kerohanian sedang berada
pada gelombang surut dalam kekristenan, dan tidak sedikit yang melihat bahwa
doktrin yang sehat secara cepat menurun, namun banyak umat Tuhan merasa
terhibur karena mengira bahwa Injil masih diberitakan secara luas dan sejumlah
besar diselamatkan melaluinya. Sayang sekali, perkiraan optimis mereka tidak
beralasan dan tidak berdasar. Jika "khotbah" yang sekarang
diberitakan dalam Gedung-gedung Misi diteliti, jika "traktat-traktat"
yang sekarang disebarkan di antara massa yang tidak bergereja dicermati, jika
pengkhotbah-pengkhotbah "lapangan terbuka" secara hati-hati
didengarkan, jika "Khotbah-khotbah" atau "Pidato-pidato"
dari suatu "kampanye memenangkan jiwa" dianalisa; secara singkat,
jika "penginjilan" modern ditimbang dengan timbangan Kitab Suci, ia
akan didapati kekurangan, dengan tidak adanya hal yang vital bagi pertobatan
sejati, tidak adanya apa yang esensial jika orang-orang berdosa perlu
ditunjukkan kebutuhan mereka akan seorang Juruselamat, tidak adanya hal yang
akan menghasilkan hidup yang diubahkan yang dimiliki manusia baru dalam Kristus
Yesus. Tidak dengan semangat mencari-cari kesalahan kami menulis, berusaha
membuat manusia bersalah untuk setiap kata. Kami tidak sedang mencari
kesempurnaan, dan mengeluh karena kami tidak dapat menemukannya; kami tidak
juga mengkritik orang lain karena mereka tidak melakukan apa yang kami pikir
seharusnya mereka lakukan. Tidak, tidak, masalahnya jauh lebih serius daripada
itu. "Penginjilan" zaman sekarang bukanlah superfisial sampai derajat
terakhir, melainkan rusak secara radikal. Ia sangat kekurangan fondasi untuk
mendasari panggilan kepada orang-orang berdosa untuk datang kepada Kristus.
Bukan saja ada kekurangan proporsi yang patut diratapi (belas kasihan Allah
dijadikan jauh lebih utama daripada kesucian-Nya, kasih-Nya daripada
murka-Nya), melainkan ada penghilangan fatal akan apa yang telah diberikan
Allah untuk memberikan pengenalan akan dosa. Bukan saja ada kesalahan-kesalahan
mempergunakan "nyanyian yang menyenangkan," humor, dan anekdot-anekdot
yang menghibur, melainkan ada penghilangan akan latar belakang gelap yang di
atasnya saja Injil dapat bersinar secara efektif. Meskipun serius dakwaan di
atas, itu hanyalah setengahnya—sisi negatif dari apa yang kurang. Lebih buruk
lagi apa yang sedang ditawarkan oleh penginjil-penginjil murahan zaman
sekarang. Isi positif pesan mereka tidak lain hanyalah melemparkan debu di mata
seorang berdosa. Jiwanya ditidurkan oleh opium Setan, yang diberikan dalam
bentuk yang sangat tidak tercurigai. Mereka yang sungguh-sungguh menerima
"pesan" yang disampaikan dari kebanyakan mimbar "ortodoks"
sekarang sedang tertipu secara fatal. Jalannya nampak baik bagi manusia, namun
kecuali Allah secara berdaulat turun tangan dengan mujizat kasih karunia, semua
yang mengikutinya pasti menemui ujungnya menuju kebinasaan. Puluhan ribu yang
secara konfiden membayangkan bahwa mereka sedang menuju Sorga akan mendapati
bahwa mereka tertipu secara mengerikan ketika mereka bangun di Neraka!
Ø Apakah InjilL
Apakah Injil adalah pesan kabar baik dari Sorga untuk
membuat pemberontak-pemberontak yang melawan Allah leluasa dalam kejahatan
mereka? Apakah Injil diberikan dengan tujuan meyakinkan orang-orang muda yang
gila kenikmatan bahwa dengan syarat mereka "percaya" saja, tidak ada
yang perlu mereka takuti pada masa yang akan datang? Seseorang pasti mengira
demikian dari cara Injil diberitakan, atau lebih tepatnya diputarbalikkan, oleh
kebanyakan "penginjil," dan lebih lagi ketika kita melihat kehidupan
"petobat-petobat" mereka. Tentu saja mereka yang mempunyai kebijakan
rohani seharusnya melihat bahwa meyakinkan orang-orang tersebut bahwa Allah
mengasihi mereka dan Anak-Nya mati bagi mereka, dan bahwa pengampunan total
bagi segala dosa mereka (yang lampau, sekarang, dan akan datang) dapat diperoleh
hanya dengan "menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka"
adalah tidak lain dari membuang mutiara kepada babi.
Ø Bertambah
Banyaknya Pengkhotbah-pengkhotbah Amatir
Injil bukanlah sesuatu yang terpisah. Injil bukan
sesuatu yang berdiri sendiri di luar hukum Allah yang diwahyukan sebelumnya.
Injil bukan pengumuman bahwa Allah telah mengurangi keadilan-Nya atau
menurunkan standar kesucian-Nya. Sangat jauh dari itu, ketika dipaparkan secara
alkitabiah Injil menyatakan dengan jelas dan merupakan bukti yang kritis akan
keadilan Allah yang tidak dapat diganggu gugat dan kebencian-Nya yang tidak
terhingga terhadap dosa. Akan tetapi untuk memaparkan Injil secara Alkitabiah,
banyak pemuda dan pebisnis yang memberikan waktu luangnya bagi "usaha penginjilan"
tidak cukup berkualifikasi. Sayangnya keangkuhan daging memberi jalan kepada
begitu banyak orang yang tidak kompeten untuk buru-buru mengambil posisi di
mana orang-orang yang lebih bijaksana gentar untuk mengambilnya. Bertambah
banyaknya orang-orang yang tidak berpengalaman inilah yang berperan besar
terhadap situasi celaka yang sekarang menghadapi kita, dan karena
"gereja-gereja" dan "persekutuan-persekutuan" begitu banyak
dipenuhi oleh "petobat-petobat" mereka, mereka begitu tidak rohani
dan begitu duniawi. Tidak, pembaca, Injil sangat sangat jauh dari meremehkan
dosa. Injil menunjukkan kita bagaimana ketatnya Allah berurusan dengan dosa.
Injil menyatakan kepada kita pedang keadilan-Nya yang mengerikan memukul
Anak-Nya yang dikasihi-Nya supaya penebusan dapat dibuat bagi
pelanggaran-pelanggaran umat-Nya. Sangat jauh dari Injil mengesampingkan
Taurat, Injil menampilkan Juruselamat menerima kutukan Taurat. Kalvari
menunjukkan kebencian Allah yang paling menggentarkan dan menakjubkan terhadap
dosa yang tidak akan pernah ditunjukkan dalam waktu atau kekekalan. Dan menurut
Anda apakah Injil diagungkan atau Allah dimuliakan dengan pergi kepada
orang-orang di dunia dan memberi tahu mereka bahwa mereka "dapat
diselamatkan saat ini juga dengan hanya menerima Kristus sebagai Juruselamat
pribadi mereka" sementara mereka masih terikat kepada berhala-berhala
mereka dan hati mereka masih mencintai dosa? Jika saya melakukannya, saya
memberi tahu mereka suatu kebohongan, memalsukan Injil, menghina Kristus, dan
menjadikan kasih karunia Allah kebebasan yang liar.
Ø Alkitab
Diputarbalikkan dari Konteksnya
Tentu sebagian pembaca siap untuk menyatakan keberatan
terhadap pernyataan-pernyataan yang "kejam" dan "sarkastis"
di atas dengan bertanya, Ketika mendengar pertanyaan "Apakah yang harus
aku perbuat, supaya aku selamat?" (Kisah Rasul 16:30) bukankah Rasul
berkata, "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan
selamat"? Masakan kita bersalah, kalau begitu, jika kita memberitahu
orang-orang berdosa hal yang sama hari ini? Tidakkah kita punya dukungan Ilahi
untuk melakukannya? Benar, kata-kata itu ada dalam Kitab Suci, dan karena itu,
banyak orang-orang yang superfisial dan tidak terlatih menyimpulkan bahwa
mereka bisa mengulanginya kepada siapa saja dan kapan saja. Tapi kiranya
diperhatikan bahwa Kisah Rasul 16:31 tidak ditujukan kepada sembarang orang,
melainkan kepada satu orang tertentu, yang secara langsung menunjukkan bahwa
pesan tersebut bukan untuk sembarangan dikatakan, melainkan merupakan kata-kata
yang khusus untuk mereka yang menunjukkan sikap seperti orang yang kepadanya
kalimat tersebut pertama kali dikatakan. Ayat-ayat Alkitab tidak boleh
diputarbalikkan dari konteksnya, tapi harus ditimbang, ditafsir, dan
diaplikasikan sesuai dengan konteksnya; dan ini memerlukan doa, meditasi, dan
studi yang panjang; dan kegagalan dalam poin inilah yang menjelaskan
"khotbah-khotbah" murahan dan tidak berharga dalam zaman serba instan
ini. Lihatlah konteks Kisah Rasul 16:31, dan apa yang kita temukan? Apa yang
terjadi, dan kepada siapa Rasul berkata, "Percayalah kepada Tuhan Yesus
Kristus?" Tujuh jawaban diberikan di situ, yang menyediakan garis pembatas
yang mencolok dan komplit akan karakter mereka yang kepadanya kita diijinkan
untuk menyampaikan kata-kata yang sungguh injili ini. Saat kita secara singkat
menyebutkan ketujuh detil ini, biarlah pembaca merenungkannya dengan hati-hati.
Pertama, orang yang kepadanya kata-kata ini disampaikan baru saja menyaksikan
kuasa mujizat Allah. "Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga
sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan
terlepaslah belenggu mereka semua" (Kisah Rasul 16:26). Kedua, akibatnya
orang tersebut sangat tergerak, bahkan sampai ke titik putus asa: "Ia
menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa
orang-orang hukuman itu telah melarikan diri" (ayat 27). Ketiga, ia
merasakan perlunya pencerahan: "Kemudian ia berseru meminta cahaya"
(ayat 29, diterjemahkan dari King James Version). Keempat, kecukupan dirinya
hancur total, karena ia "berlari masuk ... dengan gemetar" (ayat 29).
Kelima, ia mengambil tempat yang sepatutnya (di hadapan Allah)—dalam
debu—karena "tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas" (ayat 29).
Keenam, ia menunjukkan hormat dan perhatian kepada hamba-hamba Allah, karena ia
"mengantar mereka ke luar" (ayat 30). Ketujuh, kemudian, dengan
kepedulian yang mendalam terhadap jiwanya, ia bertanya, "Apakah yang harus
aku perbuat, supaya aku selamat?"
Di sini, dengan demikian, ada sesuatu yang jelas untuk
pembimbing kita, jika kita bersedia dibimbing. Bukan orang yang tidak serius,
ceroboh, dan tidak peduli yang dinasehati untuk "sekedar" percaya;
melainkan, seorang yang memberikan bukti jelas bahwa karya Allah yang berkuasa
telah dikerjakan dalam dirinya. Ia adalah jiwa yang dibangunkan (ayat 27).
Dalam kasusnya tidak ada keperluan untuk menekankan kondisinya yang terhilang,
karena ia jelas merasakannya; para rasul juga tidak diperlukan untuk
mendesaknya bertobat, karena keseluruhan sikapnya menunjukkan penyesalannya.
Akan tetapi menerapkan kata-kata yang disampaikan kepadanya kepada mereka yang
buta total terhadap kondisi mereka yang rusak, dan benar-benar mati terhadap
Allah, akan lebih konyol daripada meletakkan sebotol garam berbau di dekat
hidung seseorang pingsan yang baru ditarik dari dalam air. Biarlah pengkritik
artikel ini membaca sepanjang Kisah Rasul dan melihat kalau ia dapat menemukan
satu peristiwa di mana para rasul berbicara kepada sembarang orang atau
kumpulan penyembah berhala dengan "sekedar" memberi tahu mereka untuk
percaya Kristus.
Ø "Oleh
hukum Taurat orang mengenal dosa"
Sama seperti dunia tidak siap menerima Perjanjian Baru
sebelum menerima yang Lama, sama seperti orang-orang Yahudi tidak siap menerima
pelayanan Kristus sampai Yohanes Pembaptis pergi mendahului-Nya dengan seruan
lantangnya supaya orang-orang bertobat, demikian pula orang yang belum
diselamatkan tidak berada dalam kondisi siap menerima Injil sampai Taurat
diaplikasikan kepada hati mereka, karena "oleh hukum Taurat orang mengenal
dosa" (Roma 3:20). Adalah membuang waktu untuk menabur benih di tanah yang
tidak pernah dibajak atau dicangkul! Menyatakan pengorbanan substitusi Kristus
kepada mereka yang keinginan terbesarnya yaitu memuaskan keberdosaannya, adalah
sama dengan memberikan apa yang suci kepada anjing-anjing. Apa yang perlu
didengar oleh mereka yang belum bertobat yaitu karakter-Nya yang dengannya
mereka bertanggung jawab, klaim-klaim-Nya atas mereka, tuntutan-tuntutan-Nya
yang adil, dan bahwa mengabaikan-Nya dan memilih jalan mereka sendiri merupakan
kejahatan yang tidak terkira.
Ø Ia akan
Menyelamatkan Umat-Nya "dari Dosa-dosa Mereka"
Natur keselamatan Kristus dinyatakan dengan begitu
salah oleh "penginjil" zaman sekarang. Ia memberitakan seorang
Juruselamat dari Neraka ketimbang Juruselamat dari dosa. Dan itulah mengapa
begitu banyak orang secara fatal tertipu, karena banyak sekali yang ingin
selamat dari Lautan Api namun yang tidak ingin dilepaskan dari kedagingan dan
keduniawian. Hal pertama yang dikatakan tentang Dia di Perjanjian Baru yaitu,
"engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan
umat-Nya (bukan "dari murka yang akan datang," melainkan) dari dosa
mereka" (Matius 1:21). Kristus adalah Juruselamat bagi mereka yang
menyadari betapa berdosanya dosa, yang merasakan beban dosa yang sangat tidak
mengenakkan atas nurani mereka, yang muak terhadap diri mereka sendiri
karenanya, yang rindu untuk dibebaskan dari kuasanya yang mengerikan; dan Ia
bukan Juruselamat bagi yang lain. Seandainya Ia "menyelamatkan dari
Neraka" mereka yang masih mencintai dosa, Ia akan menjadi Hamba dosa,
merestui kejahatan mereka dan berpihak dengan mereka melawan Allah. Betapa
mengerikan dan menghujat untuk berbicara demikian terhadap Yang Mahakudus!
Seandainya pembaca berkata, Aku tidak menyadari kengerian dosa maupun tersungkur dengan rasa bersalah ketika Kristus menyelamatkan aku. Maka kami tanpa ragu menjawab, Entah engkau belum pernah diselamatkan sama sekali, atau engkau tidak diselamatkan seawal yang engkau kira. Benar, ketika orang Kristen bertumbuh dalam kasih karunia ia memiliki kesadaran yang lebih jelas akan apa itu dosa—pemberontakan terhadap Allah—dan kebencian dan kedukaan yang lebih mendalam terhadapnya; tetapi mengira bahwa seseorang dapat diselamatkan oleh Kristus sementara nuraninya tidak pernah dipukul oleh Roh, dan hatinya belum dibuat menyesal di hadapan Allah, adalah membayangkan sesuatu yang tidak eksis di dunia kenyataan. "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit" (Matius 9:12): mereka yang sungguh-sungguh mencari pertolongan dari Tabib agung hanyalah mereka yang sakit akan dosa—yang rindu untuk dilepaskan dari pekerjaannya yang tidak memuliakan Allah dan polusinya yang mencemarkan jiwa.
Seandainya pembaca berkata, Aku tidak menyadari kengerian dosa maupun tersungkur dengan rasa bersalah ketika Kristus menyelamatkan aku. Maka kami tanpa ragu menjawab, Entah engkau belum pernah diselamatkan sama sekali, atau engkau tidak diselamatkan seawal yang engkau kira. Benar, ketika orang Kristen bertumbuh dalam kasih karunia ia memiliki kesadaran yang lebih jelas akan apa itu dosa—pemberontakan terhadap Allah—dan kebencian dan kedukaan yang lebih mendalam terhadapnya; tetapi mengira bahwa seseorang dapat diselamatkan oleh Kristus sementara nuraninya tidak pernah dipukul oleh Roh, dan hatinya belum dibuat menyesal di hadapan Allah, adalah membayangkan sesuatu yang tidak eksis di dunia kenyataan. "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit" (Matius 9:12): mereka yang sungguh-sungguh mencari pertolongan dari Tabib agung hanyalah mereka yang sakit akan dosa—yang rindu untuk dilepaskan dari pekerjaannya yang tidak memuliakan Allah dan polusinya yang mencemarkan jiwa.
Ø
Khotbah yang akan Membuat Orang Pergi
Dengan demikian, karena keselamatan Kristus ialah
keselamatan dari dosa—dari cinta akan dosa, dari kuasanya, dari rasa bersalah
akibat dosa dan hukumannya—maka tentu tugas pertama dan utama seorang penginjil
yaitu berkhotbah tentang DOSA: menjelaskan apa sesungguhnya dosa itu,
menunjukkan di mana letak kejahatannya yang tidak terhingga; menelusuri
pekerjaannya yang kompleks dalam hati; menunjukkan bahwa tidak kurang dari
hukuman kekal adalah ganjarannya. Ah, dan berkhotbah tentang dosa—tidak sekedar
mengutarakan beberapa kalimat klise mengenainya, melainkan memberikan khotbah
demi khotbah untuk menjelaskan apa dosa itu di hadapan Allah—tidak akan
menjadikannya populer maupun menarik khalayak ramai, bukan? Tidak, tidak akan,
dan mengetahui hal ini, mereka yang mencintai pujian manusia lebih daripada
perkenan Allah, dan yang menghargai gaji mereka di atas jiwa-jiwa kekal, akan
secara otomatis menyesuaikan layar mereka. "Tapi khotbah seperti itu akan
membuat orang pergi!" Kami menjawab, jauh lebih baik membuat orang pergi
dengan khotbah yang setia daripada membuat Roh Kudus pergi dengan melayani
daging.
Ø "Kasih
Karunia" Tidak Pernah Berkompromi dengan Dosa
Ketentuan-ketentuan keselamatan Kristus dinyatakan
dengan salah oleh penginjil zaman sekarang. Ia memberi tahu para pendengarnya
bahwa keselamatan adalah oleh kasih karunia dan diterima sebagai pemberian yang
cuma-cuma; bahwa Kristus telah melakukan segala sesuatu bagi orang berdosa, dan
tidak ada yang perlu dilakukannya kecuali "percaya"—bersandar di
dalam jasa yang tak terhingga dari darah-Nya. Dan begitu luasnya konsep ini
sekarang berpengaruh dalam lingkungan "ortodoks", begitu seringnya
konsep ini diperdengarkan di telinga mereka, begitu dalamnya ia telah berakar
dalam pikiran mereka, sehingga bagi seseorang untuk sekarang menantangnya dan
menolaknya karena itu sungguh tidak cukup dan berat sebelah sehingga menipu dan
salah, adalah baginya untuk dengan segera dilabel sesat, dan dituduh tidak
menghormati karya sempurna Kristus karena mengajarkan keselamatan melalui
usaha. Meskipun demikian, penulis cukup siap untuk menanggung resiko tersebut. Keselamatan
ialah oleh kasih karunia, oleh kasih karunia saja, karena ciptaan yang telah
jatuh tidak mungkin melakukan apapun untuk mendapatkan perkenan Allah. Meskipun
demikian, kasih karunia Ilahi tidak diberikan dengan membuang kekudusan, karena
kasih karunia tidak pernah berkompromi dengan dosa. Juga benar bahwa
keselamatan ialah pemberian cuma-cuma, tapi tangan yang kosong harus
menerimanya, dan bukan tangan yang masih memegang erat dunia! Akan tetapi tidak
benar bahwa "Kristus telah melakukan segala sesuatu bagi orang
berdosa." Ia tidak mengisi perut-Nya dengan makanan yang dimakan babi dan
mendapati makanan tersebut tidak dapat memuaskan. Ia tidak memalingkan punggungnya
terhadap negeri yang jauh, bangkit, pergi kepada Bapa, dan mengakui
dosa-dosa-Nya—ini semua adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh
orang berdosa itu sendiri. Benar, ia tidak akan diselamatkan karena melakukan
hal-hal tersebut, sama seperti anak yang hilang tidak dapat menerima ciuman dan
cincin Sang Bapa sementara ia tetap dipisahkan dari-Nya oleh kebersalahannya!
Ø Pendosa
Harus Bertobat
Sesuatu yang lebih daripada "percaya"
diperlukan untuk keselamatan. Hati yang memberontak terhadap Allah tidak dapat
percaya: ia harus lebih dahulu dipecahkan. Tertulis, "jikalau kamu tidak
bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian" (Lukas 13:3).
Pertobatan sama pentingnya dengan iman, ya, yang terakhir tidak bisa ada tanpa
yang pertama: "kamu tidak menyesal sehingga kamu bisa percaya
kepadanya" (Matius 21:32, diterjemahkan dari King James Version).
Urutannya dengan cukup jelas diberikan oleh Kristus: "Bertobatlah dan
percayalah kepada Injil!" (Markus 1:15). Pertobatan ialah menyesal atas
dosa. Pertobatan ialah penolakan di dalam hati terhadap dosa. Pertobatan ialah
tekad hati untuk meninggalkan dosa. Dan di mana ada pertobatan sejati kasih
karunia bebas berkarya, karena ketentuan kekudusan terpelihara saat dosa
ditinggalkan. Karena itu, merupakan tugas penginjil untuk berseru,
"Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan
rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan
mengasihaninya" (Yesaya 55:7). Tugasnya yaitu memanggil para pendengarnya
untuk meletakkan senjata perseteruan mereka terhadap Allah, dan kemudian
memohon belas kasihan melalui Kristus.
Ø "Ketuhanan"
Juruselamat
Jalan keselamatan disalahartikan. Seringkali
"penginjil" modern meyakinkan jemaatnya bahwa satu-satunya hal yang
harus dilakukan seorang berdosa untuk melepaskan diri dari Neraka dan
memastikan Sorga yaitu "menerima Kristus sebagai Juruselamat
pribadinya." Tapi pengajaran seperti ini sungguh menyesatkan. Tak
seorangpun dapat menerima Kristus sebagai Juruselamatnya sementara ia menolak-Nya
sebagai Tuhan! Benar ditambahkan bahwa ia yang menerima Kristus harus juga
berserah kepada-Nya sebagai Tuhan, tapi ia seketika merusakkannya dengan
menegaskan bahwa meskipun petobat tersebut gagal dalam hal tersebut, Sorga
dijamin baginya. Ini adalah salah satu tipuan Setan. Hanya mereka yang buta
rohani akan menyatakan bahwa Kristus menyelamatkan siapapun yang membenci
otoritas-Nya dan menolak kuk-Nya: oh, pembaca, itu bukan kasih karunia (grace)
melainkan sesuatu yang memalukan (disgrace)—menyatakan Kristus dengan
memberi peluang bagi keberdosaan. Dalam jabatan-Nya sebagai Tuhan Kristus
memelihara kemuliaan Allah, pemerintahan-Nya, Hukum-Nya; dan jika pembaca
membaca ayat-ayat (Lukas 1:46, 47; Kisah Rasul 5:31; 2 Petrus 1:11; 2:20; 3:18)
di mana kedua gelar muncul, pembaca akan mendapati bahwa urutannya selalu
"Tuhan dan Juruselamat" dan bukan "Juruselamat dan Tuhan."
Karena itu, mereka yang belum tunduk kepada tongkat Kristus dan memuliakan-Nya
sebagai Raja dalam hati dan hidup mereka, namun mengira mereka percaya
kepada-Nya sebagai Juruselamat mereka, sedang tertipu, dan kecuali Allah
menyadarkan mereka, mereka akan pergi ke api yang kekal dengan kebohongan di
tangan kanan mereka (Yesaya 44:20). Kristus ialah "pokok keselamatan yang
abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya" (Ibrani 5:9), namun sikap
mereka yang tidak tunduk kepada Ketuhanan-Nya yaitu "Kami tidak mau orang
ini menjadi raja atas kami" (Lukas 19:14). Berhentilah sejenak, pembaca,
dan dengan jujur hadapilah pertanyaan: Apakah aku tunduk pada kehendak-Nya?
Apakah aku sungguh-sungguh berusaha untuk menjaga perintah-perintah-Nya?
Kondisi yang Jauh Lebih Celaka daripada yang Kita Kira
Sayang sekali, "jalan keselamatan" Allah hampir sepenuhnya tidak diketahui hari ini, natur keselamatan Kristus disalah mengerti hampir secara universal, dan ketentuan-ketentuan keselamatan-Nya diputarbalikkan. "Injil" yang sekarang dikumandangkan hanyalah, sembilan dari sepuluh, penyimpangan dari Kebenaran, dan puluhan ribu, yakin mereka sedang menuju Sorga, sekarang sedang mempercepat langkah mereka ke Neraka secepat waktu dapat membawa mereka. Keadaan Kekristenan jauh, jauh lebih celaka daripada yang dikira oleh bahkan orang-orang "pesimis" dan "alarmis". Kami bukan nabi, dan kami tidak akan berspekulasi mengenai nubuat alkitabiah—orang-orang lebih berhikmat dari penulis telah seringkali membodohi diri mereka sendiri dengan melakukannya. Dengan jujur kami berkata bahwa kami tidak tahu apa yang akan diperbuat Allah. Kondisi keagamaan jauh lebih buruk, bahkan di Inggris, 150 tahun lalu. Tapi kami sangat gentar atas hal ini: kecuali Allah berkenan memberikan kebangunan rohani sejati, tidak akan lama sebelum "kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa" (Yesaya 60:2), karena cahaya Injil sejati secara cepat menghilang. "Penginjilan" modern merupakan, dalam pertimbangan kami, "tanda-tanda zaman" yang paling serius di antara semuanya.
Sayang sekali, "jalan keselamatan" Allah hampir sepenuhnya tidak diketahui hari ini, natur keselamatan Kristus disalah mengerti hampir secara universal, dan ketentuan-ketentuan keselamatan-Nya diputarbalikkan. "Injil" yang sekarang dikumandangkan hanyalah, sembilan dari sepuluh, penyimpangan dari Kebenaran, dan puluhan ribu, yakin mereka sedang menuju Sorga, sekarang sedang mempercepat langkah mereka ke Neraka secepat waktu dapat membawa mereka. Keadaan Kekristenan jauh, jauh lebih celaka daripada yang dikira oleh bahkan orang-orang "pesimis" dan "alarmis". Kami bukan nabi, dan kami tidak akan berspekulasi mengenai nubuat alkitabiah—orang-orang lebih berhikmat dari penulis telah seringkali membodohi diri mereka sendiri dengan melakukannya. Dengan jujur kami berkata bahwa kami tidak tahu apa yang akan diperbuat Allah. Kondisi keagamaan jauh lebih buruk, bahkan di Inggris, 150 tahun lalu. Tapi kami sangat gentar atas hal ini: kecuali Allah berkenan memberikan kebangunan rohani sejati, tidak akan lama sebelum "kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa" (Yesaya 60:2), karena cahaya Injil sejati secara cepat menghilang. "Penginjilan" modern merupakan, dalam pertimbangan kami, "tanda-tanda zaman" yang paling serius di antara semuanya.
JALAN BAGI
MEREKA YANG PEDULI
Apa yang harus dilakukan umat Allah
mengetahui situasi yang ada saat ini? Efesus 5:11 menyediakan jawaban Ilahi:
"Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang
tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan
itu"; dan segala sesuatu yang melawan cahaya Firman adalah "kegelapan."
Adalah kewajiban setiap orang Kristen untuk tidak berurusan dengan kengerian
"penginjilan" zaman sekarang: untuk tidak memberikan dukungan moral
dan finansial terhadap hal tersebut, untuk tidak menghadiri pertemuan-pertemuan
mereka, untuk tidak mengedarkan traktat-traktat mereka. Pengkhotbah-pengkhotbah
yang memberi tahu orang-orang berdosa bahwa mereka dapat diselamatkan tanpa
membuang berhala-berhala mereka, tanpa bertobat, tanpa tunduk kepada Ketuhanan
Kristus, sama bersalah dan berbahayanya seperti mereka yang bersikeras bahwa
keselamatan diperoleh karena usaha, dan bahwa Sorga harus didapatkan melalui
usaha kita sendiri.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi dalam makalah saya ini dapat
saya simpulkan bahwa dalam RELEVANSI PEKABARAN INJIL DI INDONESIA MASA KINI, ini
saagat jauh berbeda dengan zaman dulu dan zaman sekarang, namun banyak
informasi bahwa metode pekabaran injil dindonesia sekarang ini sangat
berpengaruh sangat baik. Namun banayk sekali sekareang disisi lain sanghat
lah berbeda pada hakekatnya tidak seperti yang kita pikirkan, nah untuk itu
saya dapat menyimpulkan bahwa RELEVANSI PEKABARAN INJIL DI INDONESIA MASA KINI,
kalau di pandang dari sudut pandang zaman gereja mula-mula jawaban kelompok
TIDAK RELEVAN, sedang kan kalo di pandang dengan zamanya sekarang ini Yah relevan
dan pada hakekatnya kacau dan hancur.
Demikian
hasil dari kelompok kami, kami ucapkan terima kasih.
terimaksih yah sudah membantu
BalasHapusmantap betul
BalasHapus