@jejaklangkah747

Senin, 05 November 2018

PEKABARAN INJIL DI INDONESIA MASA KINI


MAKALAH
RELEVANSI PEKABARAN INJIL DI INDONESIA MASA KINI

KELOMPOK 1
Nama               : Pebryanus Halawa
Emylia Permita
Rada Haryana Sinambela
Prisatania
Ade Elvina
Apliana Lida Wuru
Richard Selamat
Dheana Lucky Wahyu Kencana
Kristin Sintia Siang
Dwi Martha Saragih
Tkt/Smr         : II/III
Dosen            : Dr. Abdon Amtiran M.Th
Mata Kuliah  : SGA/SGI

SEKOLAH TINGGI THEOLOGI “IKAT”
JAKARTA,2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat dan rahmat-Nya, penulis masih diberikan kesempatan dan kemampuan dalam menyelesaikan makalah ini.Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Dr. Abdon Amtiran M.Th selaku dosen pengampu mata kuliah SGA/SGI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk membahas makalah ini.Adapun judul makalah ini ialah RELEVANSI PEKABARAN INJIL DI INDONESIA MASA KINI.Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dalam penulisan makalah ini
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah ini.Untuk dari itu kritik dan saran sangat penulis perlukan dari para pembaca untuk perbaikan dalam makalah ini dikemudian hari.
Demikianlah kata pengantar dari makalah ini.Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih dan selamat membaca makalah ini.Tuhan Yesus memberkati.

Jakarta, 25 Oktober 2018
Penulis
Kelompok 1
Kelompok 1

DAFTAR ISI
Kata pengantar .................................................................................................. .... 1         
Bab I latar belakang .......................................................................................... .... 3
  1. Pengertian injil
  2. Pola kerja
Bab II Pembahasan................................................................................................ 13
Bab II Penutup........................................................................................................ 32
            Kesimpulan










BAB I
LATAR BELAKANG
A.   Pengertian Injil
Injil adalah kabar baik bagi orang percaya. Dalam pandangan orang Kristen injil itu adalah kehidupan, bukan hanya dimasa sekarang namun dimasa yang akan datang, ataupun akhirat/kiamat. Dalam pandangan orang biasa yang belum percaya itu hanyalah sebuah dongeng, bukan sebuah perbandingan terbalik bukan?Ya, justru itulah tugas kita bagi orang percaya untuk memberitakan kabar baik bagi mereka yang belum percaya.Untuk membahas lebih jauh lagi bagaimana para pekabar-pekabar injil di zaman dulu hingga sampai sekarang di Indonesia.
B.   Pola Kerja
Sejak abad ke-18, sebagian besar pulau Jawa dikuasai oleh orang-orang Belanda secara langsung. Setelah VOC bubar (1799), sampai tahun-tahun 1820-an, keadaan politis adalah tidak tetap : pemerintah-Belanda yang mengganti VOC, diusir oleh orang-orang Inggeris (1811), tetapi lima tahun kemudian orang-orang Belanda kembali lagi (1816). Penguasa-penguasa yang silih-berganti ini membawa serta cita-cita yang luhur, yang di Eropa telah dicetuskan oleh Pencerahan (§ 17).Beberapa kali terjadi reorganisasi di bidang ekonomi (sistim perpajakan, soal tanah) dan politik.Dan Gubernur-Jenderal yang pertama sesudah masa pemerintahan Inggeris mempunyai rencana-rencana yang sangat baik untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Jawa.Tetapi negeri Belanda menghadapi peperangan di Jawa (Perang Diponegoro, 1825-1830) dan di Eropa (1830-1839).Akibatnya, perbendaharaan negara Belanda kosong, dan tenaga orang-orang Jawa dikerahkan untuk mengisinya kembali melalui sistem Tanam Paksa. Sistim itulah yang menentukan kebijaksanaan pemerintah Belanda di Jawa mulai dari tahun-tahun 1830-an sampai 1860-an. Negeri Belanda membutuhkan uang, dan jangan hendaknya membutuhkan uang, dan jangan hendaknya ada yang mengganggu keamanan dan ketertiban, sehingga kelancaran arus itu terputus. Oleh karena itu pemerintah enggan mengizinkan lembaga-lembaga zending bekerja di Jawa selama masa itu, dan sesudah itu pun pekerjaan mereka sering mengalami rintangan dari pihak para pejabat pemerintah.
Keadaan di bidang keagamaan
Dalam abad ke-16, pedalaman Jawa sudah diislamkan (bnd ps 2).Di ujung Timur pulau itu, agama Hindu masih bertahan sampai sekitar tahun 1770. Tetapi Kompeni mengusir orang-orang Bali dari sana, sehingga daerah itu pun dimenangkan bagi Islam. Namun demikian, di tengah-tengah masyarakat Jawa Islam itu corak berpikir dari zaman sebelum kedatangan Islam, sempat hidup terus.Di satu pihak, seluruh hidup orang-orang Jawa, khususnya di desa-desa, tetap diatur oleh adat. Di lain pihak, banyak orang Jawa terpengaruh oleh kebatinan. Orang-orang ini mempersoalkan nilai upacara keagamaan, kunjungan ke tempat-tempat ibadah, kitab-kitab suci dan sebagainya. Bagi mereka, hal-hal ini bersifat "lahiriah" dan dengan demikian lebih rendah martabatnya daripada hal-hal "batiniah", yaitu ibadah dalam hati. Mereka memandang agama sebagai "ngelmu", "ilmu", yaitu pengetahuan rahasia yang memberi kekuatan batin kepada yang memilikinya.Rupanya justru dalam abad ke-19 dunia rohani orang Jawa mengalami pergolakan yang besar dan banyak orang yang berjalan keliling Jawa untuk mencari "ngelmu" baru.Perlu dicatat bahwa pengaruh kebatinan ini lebih besar di Jawa Timur dan Tengah daripada di Jawa Barat.
Agama Kristen di Jawa ± 1815
Sekitar tahun 1815, penganut-penganut agama Kristen hanya terdapat dalam golongan orang yang bukan-Jawa : orang-orang Belanda serta keturunan mereka, dan sejumlah orang yang berasal dari Indonesia Timur. Orang-orang Kristen ini terutama terdapat di ketiga kota besar di pantai Utara : Surabaya, Semarang dan Batavia. Tetapi ada juga yang hidup di pedusunan, misalnya sebagai pengusaha di bidang perkebunan dan tuan tanah. Sekitar tahun 1815, orang Jawa atau Sunda yang beragama Kristen boleh dikatakan tidak ada. Jemaat-jemaat Kristen di kota-kota besar, dan orang-orang Kristen yang berserak itu hidup terpencil dan tidak merasa terpanggil untuk menyebarkan Injil kepada massa orang pribumi di sekitar mereka. Anggota-anggota jemaat Depok malah dilarang bergaul dengan penduduk desa-desa tetangga yang beragama Islam.
Kegiatan p.I.
Gereja (GPI) tidak melakukan pekabaran Injil, dan negara tidak mengizinkan lembaga-lembaga p.I. dari Eropa mengisi lowongan itu.Oleh karena itu, pekabaran Injil di pulau Jawa harus berpangkal pada beberapa orang Kristen perorangan. Di antara mereka ada yang hidup di kota, ada yang di pedalaman. Kita menyebutkan beberapa nama. Di daerah Jawa Timur ada Bapa Emde serta kelompoknya (mulai dari tahun 1851) di Surabaya, dan Coolen di Ngoro (sejak ± tahun 1830). Di Jawa Tengah terdapat a.l. beberapa isteri pengusaha Eropa di pedalaman, a.l. ny. Philips (tahun 1850-an). Di Jawa Barat, kita menemukan sejumlah anggota jemaat GPI di Batavia, a.l. mr Anthing (mulai dari tahun 1850-an). Tokoh-tokoh perintis ini memperkenalkan Injil kepada sejumlah orang Jawa.Di antara mereka ini tampil pula tokoh-tokoh yang giat menyiarkan Injil di tengah teman-teman sebangsanya, a.l. Paulus Tosari (1813-1882, Kristen sekitar 1840); Tunggul Wulung (± 1803-1884, Kristen sek. 1853) dan Sadrach (1840-1924, Kristen sek. tahun 1855).Khusus di Jawa Barat, Mr. Anthing dibantu juga oleh sejumlah penginjil yang berasal dari daerah di sekitar Batavia.
Jawa Timur: Emde
Di Jawa Timur, kegiatan p.I. dimulai oleh seorang Jerman yang telah merantau ke Indonesia. Bapa Emde (1774-1859) adalah seorang pietis dari Jerman yang berlayar ke Indonesia untuk melihat dengan mata kepala sendiri, apakah benar bahwa perkataan dalam Kej.8:22 tentang musim dingin dan musim panas tidaklah sesuai dengan keadaan di daerah katulistiwa.Ia menetap di Surabaya, di mana ia bekerja sebagai tukang arloji. Di situ ia dikunjungi oleh Joseph Kam, ketika ia ini sedang dalam perjalanan ke Maluku (§ 20) dan kunjungan Kam itu membangkitkan semangat misioner pada Emde. Ia mendirikan suatu perkumpulan p.I. (1815) dan mengadakan pertemuan-pertemuan keagamaan di rumahnya. Alat-alat untuk p.I. diperoleh dari Bruckner, seorang pekabar Injil yang telah diutus ke Jawa bersama Kam, menjadi pendeta di Semarang, tetapi kemudian beralih ke lembaga p.I. Baptis Inggeris, yang pada tahun 1792 didirikan oleh William Carey. Bruckner telah mengarang selebaran-selebaran dalam bahasa Jawa, dan Emde mendesak dia agar menterjemahkan P.B. ke dalam bahasa Jawa.Terjemahan itu selesai dicetak pada tahun 1831, tetapi langsung disita oleh pemerintah.Namun Emde sebelumnya sudah menerima beberapa bagian terjemahan tersebut dalam bentuk salinan tangan, dan itu disebarkannya, bersama isteri dan anak-anak perempuannya, bersama dengan selebaran-selebaran, dengan menyodorkannya kepada orang-orang yang kebetulan liwat atau dengan menempelkannya di tempat-tempat ramai.
Mula-mula pekerjaan Emde itu tidak banyak membawa hasil.Pendeta GPI di Surabaya memandang dia sebagai saingan dan mengadukannya kepada pemerintah.Akibatnya, Emde harus meringkuk dalam penjara selama beberapa minggu.Hal ini terjadi pada tahun 1820; di kemudian hari sikap GPI menjadi lebih positif.Tetapi di kalangan orang-orang Jawa juga pekerjaan Emde pada mulanya tidak mendapat sambutan yang hangat.
Coolen
Dalam pada itu, di Jawa Timur telah muncul pusat penyiaran agama Kristen yang kedua.Pusat kedua ini ialah Ngoro, dan pemimpinnya ialah Coolen (1775-1873). Coolen lahir dari keluarga Belanda, tetapi ibunya adalah puteri bangsawan Jawa. Dari ibunya itu diwarisinya tradisi kebudayaan Jawa, sehingga ia menguasai wayang, musik dan tari-tarian Jawa. Pada tahun 1827, ia memperoleh kawasan hutan yang luas, kira-kira 60 Km dari kota Surabaya. Pembukaan hutan itu berhasil baik. Banyak orang Jawa datang ke sana dan diberi tanah dengan syarat yang lunak. Ngoro menjadi desa yang sangat makmur, yang pada waktu kelaparan melanda Jawa Timur dapat membagi beras kepada ribuan orang.
p.I. oleh Coolen
Di Ngoro tidak ada paksaan dalam hal agama. Coolen menyuruh orang membangun sebuah mesjid. Tetapi dalam memimpin desanya, iapun tetap bertindak sebagai seorang Kristen.Apabila seseorang hendak membajak sawahnya, Coolen diminta untuk membuka alur pertama. Maka ia memegang alat luku sambil menyanyikan : "O gunung Semeru, o Dewi Sri, berkatilah karya tangan kami. Dan di atas segala-galanya kami pohonkan karunia dan kekuatan dari Yesus, yang kekuasaanNya tiada bertara".Beberapa di antara orang-orang yang datang ke Ngoro adalah orang yang pernah melakukan kejahatan. Coolen mengizinkan mereka menetap di Ngoro, tetapi ia berusaha untuk menunjuk jalan kepada mereka supaya memperbaiki diri. Kepada mereka diberitahukannya "ilmu Kristen" tentang pelepasan manusia dari dosa oleh Juruselamat dunia. Pada hari-hari Minggu, Coolen mengadakan kebaktian di pendopo rumahnya sendiri : di situ ia berdoa dan membacakan suatu pasal dari Alkitab, lalu orang mengangkat nyanyian serta orang dengan gaya tembang. Selanjutnya sepanjang hari Minggu, orang menghabiskan waktunya dengan bermain gamelan, dengan wayang dan dikir, yakni mengulang-ulangi rumus-rumus Kristen (Doa Bapa Kami dan sebagainya) dengan cara yang dipakai juga oleh santri-santri Islam. Pada hari-hari lain, pada sore harinya, Coolen mengajarkan agama Kristen dan rumus-rumus Kristen kepada mereka yang berminta. Dengan cara itu terbentuklah suatu jemaat Kristen. Coolen mengangkat seorang pengantar jemaat, yang disebut Kyai penghulu, dan dua orang penatua. Anggota-anggota jemaat ini mempunyai banyak hubungan ke luar, yaitu dengan teman-teman sebangsanya dari desa-desa lain; terhadap teman-temannya itu mereka memuji "ilmu" Coolen, sehingga orang datang dari jauh untuk "mengadu ilmu" dengannya, dan kalau mereka kalah, maka mereka berguru pada Coolen. Tetapi semuanya ini berlangsung tanpa ada hubungan dengan pendeta serta jemaat GPI di Surabaya. Pun sakramen baptisan dan perjamuan tidak dilayankan di Ngoro.
Kelompok Wiung
Di desa Wiung, yang letaknya tidak jauh dari Surabaya, ada suatu kelompok orang yang taat beragama.Mereka biasa berkumpul dalam rumah modin desa itu, yang bernama Pak Dasimah.Pada suatu hari salah seorang anggota kelompok ini membawa-serta sebuah buku kecil dalam bahasa Jawa yang diberikan kepadanya oleh seorang perempuan keturunan Eropa di Surabaya. Katanya, ia enggan mengambilnya, tetapi akhirnya dengan setengah terpaksa buku itu diterimanya juga. Pak Dasimah membukanya dan heran sekali ia melihat kata-kata yang pertama : "Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus......"(Mrk 1:1). Ia tidak begitu suka akan isinya, tetapi karena buku itu agaknya mengandung hal-hal keagamaan yang belum dikenalnya maka ia tidak membuangnya melainkan membuatnya menjadi pokok pembicaraan dalam kelompoknya.
Kemudian sekitar tahun 1834, seorang anggota kelompok Wiung bertemu dengan seorang kyai yang telah berguru pada Coolen. Kyai ini mengucapkan sebuah rapal yang isinya tidak lain melainkan Keduabelas Pasal Iman. Pengunjung dari Wiung itu teringat akan buku yang telah dikenalnya di sana, dan ia cepat pergi membawa berita ini kepada Pak Dasimah. Setelah mengetahui bahwa rapal itu asalnya dari Ngoro maka Pak Dasimah. Setelah mengetahui bahwa rapal itu asalnya dari Ngoro maka pak Dasimah beserta sejumlah temannya berjalan ke sana meminta "toya wening", air jernih (hidup). Coolen menyambut mereka dengan ramah dan selama sepuluh hari mereka sempat menerima pengajaran agama Kristen seperti yang diberikan di Ngoro. Setelah itu mereka pun pulang, tetapi di Wiung ajaran itu tetap menjadi pokok renungan dan pembicaraan bagi mereka, dan setiap tahun mereka kembali ke Ngoro. Dalam pada itu, Pak Dasimah menyebarkan "ilmu" baru yang telah diperolehnya dengan cara yang sudah dilihatnya di Ngoro, yaitu melalui wayang.
Perbedaan Emde-Coolen
Setelah lima tahun mendapat kunjungan dari orang-orang Wiung, Coolen merasa sayang melihat mereka harus menempuh jarak yang jauh itu. Ia memberi mereka nasehat agar pergi ke Surabaya mencari seorang Kristen bernama nyonya Emde. Pak Dasimah lalu pergi berkunjung kepada Emde.Ia ini heran sekali karena sama sekali belum mengetahui tentang kelompok di Wiung. Soalnya ialah bahwa orang-orang Jawa yang telah masuk kelompok Emde di Surabaya itu adalah orang-orang kota. Mereka biasanya menjadi pembantu rumah tangga pada keluarga-keluarga Eropa, dan tidak berhubungan dengan lingkungan rohani yang didalamnya orang-orang Wiung hidup.Dan sesudah menjadi orang Kristen dan menerima baptisan (di tengah-tengah jemaat GPI) maka mereka lebih jauh lagi dari dunia kerohanian Jawa-asli.Sebab Emde memandang perlu bahwa mereka, bersama dengan agama orang Eropa, menerima juga adat-kebiasaan Eropa.Mereka diharuskan memotong rambut, menggantikan sarungnya dengan celana, melepaskan keris-kerisnya; mereka tidak boleh lagi menonton wayang, mendengarkan gamelan, menyelenggarakan selamatan, dan sebagainya, sebab hal-hal itu dipandang sebagai kekafiran.Coolen mengabarkan Injil sambil memberinya wujud Jawa; Emde menggabungkan erat-erat agama Kristen dengan kebudayaan Eropa. Hanya dalam satu hal itu ia berbeda dengan orang-orang Eropa lainnya (juga dengan banyak tokoh zending di zaman kemudian) dan bertindak sama seperti Coolen: ia sama sekali memperlakukan orang-orang Jawa selaku sesamanya, bukan sebagai manusia yang bertingkat lebih rendah.                      MISI KATOLIK DI MALUKU SAMPAI TAHUN 1540-AN
1.    Kurang lebih tahun 1500-an Maluku telah diislamkan sehingga muncul kerajaan Islam yang terkenal yaitu Ternate, Tidore, Bacan, Jailolo. Namun yang paling sukses adalah kerajaan Ternate yang berhasil mengembangkan jajahan dan mengislamkan Maluku Utara dan juga di Selatan
2.    Tahun 1522 Portugis berhasil membangun benteng di Ternate atas undangan sultan Ternate.
3.    Hubungan Portugis dan Ternate adalah hubungan benci dan rindu. Di satu segi Ternate diuntungkan secara dagang karena bisa berdagang dengan Portugis secara istimewa dan tidak dinikmati oleh kerajaan lain. Namun Ternate seringkali marah dan kecewa karena Portugis dengsn misinya berhasil mengkristenkan daerah/kerajaan kecil yang secara politis bisa merupakan ancaman bagi eksistensi Ternate. Begitu pula kelakuan moral orang Portugis yang rendah mengakibatkan kejengkelan orang Ternate.
4.    Usaha penginjilan pertama dilakukan oleh seorang awam tahun 1533/4 di Mamuya (Halmahera). Orang di daerah ini masih menyembah nenek moyang. Karenanya daerah ini seringkali diserang oleh kerajaan Islam. Dan oleh orang asing ini dianjurkan untuk datang kepada Portugis untuk meminta bantuan. Kepala suku yaitu Kolano Mamuya akhirnya menjadi Kristen dengan nama Don Joao dan juga mengkristenkan daerahnya dibantu oelh imam yaitu Simon Vaz. Mereka dimasukkan ke dalam "Corpus Christianum" yaitu terhisab ke dalam umat Katolik-Portugis. Di sini faktor politik yang menyebabkan mereka menerima ajaran baru.
5.    Metode Simon Vaz (rahib Fransiskan):
ü  Di tiap kampung yang menerima Kristen dibuat salib besar dan kemungkinan gereja.
ü  Imam-imam didatangkan dan misa hanya dijalankan para imam.
ü  Yang diajarkan adalah rumusan pokok iman Krsiten, Doa Bapa Kami, Keduabelas Pasal Iman, Salam Maria.
6.    Tahun 1536 jemaat-jemaat Kristen dikalahkan oleh kerajaan Jailolo yang dibantu Spanyol. Simon Vaz mati terbunuh, Don Joao tidak mau menyangkal iman, tetapi banyak yang murtad karena penganiayaan.
7.    Panglima Antonio Galvao tahun 1536-1540 berhasil memulihkan keadaan di Halmahera dan misi kembali berjalan. Begitu pula banyak tokoh masyarakat Ternate yang menjadi Kristen. Tetapi pengganti Galvao sibuk dengan urusan dagang, sehingga misi menjadi merosot.
8.    Tahun 1538 Portugis berhasil mengkristenkan Ambon (Maluku Selatan) di mana Islam juga sudah masuk terlebih dahulu. Karena sukses mengalahkan Islam dari Jawa yang ingin membantu kampung Islam di Ambon untuk mengalahkan kampung yang belum Islam, maka kampung-kampung yang masih menganut agama nenek moyang akhirnya memilih masuk Kristen. Ribuan orang dipabptis baik di Ambon maupun di Halmahera Utara.
BAB II
PEMBAHASAN
"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."
(1 Korintus 1:18)
Kebanyakan dari apa yang dinamakan penginjilan pada zaman sekarang merupakan hal yang menyedihkan bagi orang-orang Kristen sejati, karena mereka merasa bahwa penginjilan zaman sekarang kurang dukungan Alkitab, tidak menghormati Allah, dan mengisi gereja-gereja dengan petobat-petobat palsu. Mereka tertegun dengan begitu banyaknya superfisialitas yang berbusa, kegembiraan kedagingan, dan godaan duniawi yang harus diasosiasikan dengan nama kudus Tuhan Yesus Kristus. Mereka menyayangkan penurunan derajat Injil, penipuan jiwa-jiwa yang tidak waspada, dan penghinaan dan komersialisasi akan sesuatu yang bagi mereka begitu sakral. Hanya perlu sedikit pertimbangan rohani untuk melihat bahwa aktivitas penginjilan Kristen selama satu abad terakhir telah terus-menerus memburuk dari buruk menjadi semakin buruk, namun sedikit nampaknya yang menyadari akar dari keburukan ini. Akan menjadi usaha kami sekarang untuk mengekspos hal yang sama. Tujuannya salah, dan dengan demikian buahnya salah.
Ø  Tujuan Tuhan dalam Penginjilan
Rancangan agung Tuhan, yang tidak pernah dan tidak akan pernah Ia ingkari, adalah untuk memuliakan diri-Nya: untuk menyatakan di hadapan ciptaan-Nya betapa tak terhingga mulianya diri-Nya. Itulah tujuan agung yang Ia miliki dalam semua yang Ia lakukan dan katakan. Karena itulah Ia mengijinkan dosa masuk ke dalam dunia. Karena itulah Ia berkehendak agar Anak yang dikasihi-Nya menjadi daging, menaati secara sempurna Hukum Ilahi, menderita, dan mati. Karena itulah Ia sekarang mengambil dari dunia suatu umat bagi diri-Nya, umat yang akan memuji-Nya selamanya. Karena itulah segala sesuatu diatur oleh providensia-Nya, kepada hal itulah segala sesuatu di atas bumi sekarang diarahkan, dan akan berakhir pada hal tersebut. Tidak ada hal lain yang menjadi prinsip Tuhan dalam segala tindakan-Nya: "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36).
Ø  Tujuan Pengkhotbah
Kebenaran yang agung dan mendasar tersebut ditulis di sepanjang Kitab Suci dengan kejelasan sinar mentari, dan ia yang melihatnya tidak buta. Segala sesuatu ditetapkan Allah untuk tujuan tersebut. Menyelamatkan orang-orang berdosa bukanlah tujuan pada dirinya sendiri, karena Tuhan tidak akan kalah seandainya setiap mereka binasa. Tidak, penyelamatan-Nya akan orang-orang berdosa hanyalah alat untuk mencapai tujuan: "supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia" (Efesus 1:6). Dari fakta mendasar tersebut sudah seharusnya kita menjadikan hal yang sama sebagai tujuan kita: bahwa Tuhan dimuliakan oleh kita—"apapun yang engkau lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah" (1 Korintus 10:31). Demikian juga sudah seharusnya hal tersebut menjadi tujuan pengkhotbah, dan segala sesuatu harus berada di bawahnya, karena segala sesuatu yang lain memiliki kepentingan dan nilai sekunder. Tapi apakah demikian yang terjadi sekarang? Ambil slogan terakhir dunia keagamaan, "Pemuda bagi Kristus." Apa yang salah dengan itu? Penekanannya! Mengapa bukan "Kristus bagi Pemuda"?
Ø  Dorongan Menggebu-gebu Penginjilan Modern
Jika seorang penginjil gagal menjadikan kemuliaan Tuhan sebagai tujuannya yang terpenting dan konstan, ia pasti menjadi salah, dan segala usahanya akan menjadi seperti tinju di udara. Ketika ia menjadikan akhir segala sesuatu kurang dari hal tersebut, ia pasti jatuh ke dalam kekeliruan, karena ia tidak lagi memberikan kepada Tuhan tempat yang sebenarnya. Sekali kita menetapkan tujuan kita sendiri, kita siap untuk memakai cara kita sendiri. Pada poin inilah penginjilan gagal dua atau tiga generasi yang lalu, dan dari poin tersebut penginjilan semakin dan semakin jauh menyeleweng. Penginjilan menjadikan "memenangkan jiwa" tujuannya, summum bonum (kebaikan tertinggi)-nya, dan segala sesuatu yang lain dipakai untuk melayani tujuan tersebut. Meskipun kemuliaan Tuhan tidak sesungguhnya disangkal, kemuliaan Tuhan hilang dari penglihatan, hilang dari keramaian, dan dijadikan sekunder. Lebih jauh, hendaknya diingat bahwa Tuhan dihormati sebanding dengan kesetiaan seorang pengkhotbah terhadap Firman-Nya, dan dalam menyerukan "seluruh perintah-Nya," dan bukan sekedar bagian-bagian yang menarik baginya. Tanpa berkata apa-apa tentang penginjil murahan yang tidak punya tujuan lebih tinggi daripada dengan tergesa-gesa membuat orang menyatakan iman secara formal supaya jumlah anggota gereja membengkak, ambillah mereka yang terinspirasi oleh belas kasih yang tulus dan perhatian yang dalam bagi mereka yang akan binasa, dan yang dengan sungguh-sungguh rindu dan berjerih payah untuk melepaskan jiwa mereka dari murka yang akan datang. Namun, jika mereka tidak berhati-hati, mereka pun akan melakukan kekeliruan. Jika mereka tidak terus memandang pertobatan sebagaimana Allah memandangnya—sebagaimana di dalamnya Ia dimuliakan—mereka akan segera berkompromi dalam cara yang mereka gunakan. Desakan menggebu-gebu dari penginjilan modern bukanlah bagaimana memuliakan Allah Tritunggal, melainkan bagaimana melipatgandakan pertobatan. Seluruh arus aktivitas penginjilan selama lima puluh tahun terakhir telah mengambil jalan tersebut. Kehilangan pandangan akan tujuan Allah, gereja-gereja telah menciptakan cara-cara mereka sendiri.
Ø  "Hasil" vs. Teologi yang Baik
Bertekad untuk mencapai tujuan tertentu, energi tubuh diberikan kekuasaan yang bebas; dan andaikan tujuan itu benar, penginjil-penginjil telah menyimpulkan bahwa tidak mungkin salah apa pun yang berkontribusi untuk mencapai tujuan tersebut; dan karena usaha-usaha mereka nampaknya sangat berhasil, terlalu banyak gereja dengan diam menyetujui, memberitahu diri mereka sendiri bahwa "hasil membenarkan caranya." Bukannya diuji dalam terang Kitab Suci, mereka malah diterima atas dasar manfaatnya. Penginjil dipandang bukan karena kebaikan khotbahnya, melainkan dari "hasil" yang nampak yang ia peroleh. Ia dinilai bukan menurut seberapa jauh khotbahnya memuliakan Tuhan, melainkan seberapa banyak jiwa yang bertobat karenanya Ketika seseorang membuat pertobatan orang-orang berdosa sebagai tujuan utama dan totalnya, ia sangat cenderung untuk mengambil jalan yang salah. Bukannya berusaha mengkhotbahkan Kebenaran dalam segala kemurniannya, ia akan melunakkannya supaya lebih bisa diterima oleh mereka yang belum dilahirbarukan. Didorong oleh kekuatan tunggal, yang bergerak menuju satu arah yang tetap, tujuannya adalah membuat pertobatan mudah, dan karena itu ayat-ayat favorit (seperti Yohanes 3:16) dibicarakan panjang lebar sementara yang lain diabaikan atau dipotong. Hal ini tentu berefek pada teologinya sendiri, dan berbagai ayat dalam Firman dihindari, jika tidak disingkirkan. Di mana ia akan memberi tempat dalam pikirannya kepada deklarasi-deklarasi semacam "Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya?" (Yeremia 13:23), "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku" (Yohanes 6:44), "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu" (Yohanes 15:16)? Ia akan sangat tergoda untuk memodifikasi kebenaran pemilihan Allah yang berdaulat, penebusan Kristus yang khusus, dan perlunya karya supranatural Roh Kudus.
Ø  "Kerusakan Total" Diabaikan
Dalam penginjilan abad ke-20 ada pengabaian yang celaka atas kebenaran serius kerusakan total manusia. Ada peremehan total atas keadaan yang sungguh malang dari orang berdosa. Malah sangat sedikit orang yang telah berhadapan dengan fakta yang tidak enak bahwa setiap manusia seluruhnya korup secara natur, bahwa ia sepenuhnya tidak sadar akan kebobrokan dirinya, bahwa ia buta dan tanpa pertolongan, mati dalam pelanggaran dan dosa. Karena demikianlah keadaannya, karena hatinya dipenuhi dengan kebencian terhadap Allah, ini berarti bahwa tak seorangpun dapat diselamatkan tanpa intervensi khusus dan langsung dari Allah. Menurut pandangan kami di sini, demikian juga halnya di tempat yang lain: memodifikasi kebenaran kerusakan total manusia secara pasti akan berakibat pada pengenceran kebenaran-kebenaran yang berkaitan. Ajaran Kitab Suci tentang poin ini tidak mungkin salah: kemalangan manusia adalah sedemikian hingga keselamatannya tidak mungkin kecuali Allah menunjukkan kuasa-Nya yang besar. Tidak ada penggerakan emosi melalui anekdot-anekdot, tidak ada pemuasan indera melalui musik, tidak ada pidato pengkhotbah, tidak ada ajakan-ajakan persuasif dapat sedikitpun menolong. Berkaitan dengan masa lampau, Allah mengerjakan semuanya tanpa pertolongan apapun. Akan tetapi dalam begitu besarnya pekerjaan masa kini, dinyatakan oleh penginjilan Arminian pada zaman sekarang bahwa Ia memerlukan kerja sama orang berdosa. Sungguh, jadinya begini: Allah seolah-olah menolong manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri: orang berdosa harus memulai pekerjaan itu dengan menjadi bersedia, dan kemudian Allah akan menyelesaikan pekerjaan tersebut. Padahal, tak seorangpun selain Roh dapat membuatnya bersedia pada hari kuasa-Nya (Mazmur 110:3). Hanya Dia dapat menghasilkan dukacita yang benar terhadap dosa, dan iman yang menyelamatkan dalam Injil. Hanya Dia dapat melepaskan kita dari cinta diri, dan membawa kita tunduk kepada Ketuhanan Kristus. Sebagai ganti mencari pertolongan penginjil-penginjil luar, biarlah gereja-gereja tersungkur di hadapan Tuhan, mengakui dosa-dosanya, mencari kemuliaan-Nya, dan berseru memohon karya mujizat-Nya. "Bukan dengan keperkasaan [pengkhotbah] dan bukan dengan kekuatan [kemauan orang berdosa], melainkan dengan Roh-Ku, firman Tuhan semesta alam."
Ø  Penghilangan Fatal dalam "Pemberitaan Injil"
Secara umum disadari bahwa kerohanian sedang berada pada gelombang surut dalam kekristenan, dan tidak sedikit yang melihat bahwa doktrin yang sehat secara cepat menurun, namun banyak umat Tuhan merasa terhibur karena mengira bahwa Injil masih diberitakan secara luas dan sejumlah besar diselamatkan melaluinya. Sayang sekali, perkiraan optimis mereka tidak beralasan dan tidak berdasar. Jika "khotbah" yang sekarang diberitakan dalam Gedung-gedung Misi diteliti, jika "traktat-traktat" yang sekarang disebarkan di antara massa yang tidak bergereja dicermati, jika pengkhotbah-pengkhotbah "lapangan terbuka" secara hati-hati didengarkan, jika "Khotbah-khotbah" atau "Pidato-pidato" dari suatu "kampanye memenangkan jiwa" dianalisa; secara singkat, jika "penginjilan" modern ditimbang dengan timbangan Kitab Suci, ia akan didapati kekurangan, dengan tidak adanya hal yang vital bagi pertobatan sejati, tidak adanya apa yang esensial jika orang-orang berdosa perlu ditunjukkan kebutuhan mereka akan seorang Juruselamat, tidak adanya hal yang akan menghasilkan hidup yang diubahkan yang dimiliki manusia baru dalam Kristus Yesus. Tidak dengan semangat mencari-cari kesalahan kami menulis, berusaha membuat manusia bersalah untuk setiap kata. Kami tidak sedang mencari kesempurnaan, dan mengeluh karena kami tidak dapat menemukannya; kami tidak juga mengkritik orang lain karena mereka tidak melakukan apa yang kami pikir seharusnya mereka lakukan. Tidak, tidak, masalahnya jauh lebih serius daripada itu. "Penginjilan" zaman sekarang bukanlah superfisial sampai derajat terakhir, melainkan rusak secara radikal. Ia sangat kekurangan fondasi untuk mendasari panggilan kepada orang-orang berdosa untuk datang kepada Kristus. Bukan saja ada kekurangan proporsi yang patut diratapi (belas kasihan Allah dijadikan jauh lebih utama daripada kesucian-Nya, kasih-Nya daripada murka-Nya), melainkan ada penghilangan fatal akan apa yang telah diberikan Allah untuk memberikan pengenalan akan dosa. Bukan saja ada kesalahan-kesalahan mempergunakan "nyanyian yang menyenangkan," humor, dan anekdot-anekdot yang menghibur, melainkan ada penghilangan akan latar belakang gelap yang di atasnya saja Injil dapat bersinar secara efektif. Meskipun serius dakwaan di atas, itu hanyalah setengahnya—sisi negatif dari apa yang kurang. Lebih buruk lagi apa yang sedang ditawarkan oleh penginjil-penginjil murahan zaman sekarang. Isi positif pesan mereka tidak lain hanyalah melemparkan debu di mata seorang berdosa. Jiwanya ditidurkan oleh opium Setan, yang diberikan dalam bentuk yang sangat tidak tercurigai. Mereka yang sungguh-sungguh menerima "pesan" yang disampaikan dari kebanyakan mimbar "ortodoks" sekarang sedang tertipu secara fatal. Jalannya nampak baik bagi manusia, namun kecuali Allah secara berdaulat turun tangan dengan mujizat kasih karunia, semua yang mengikutinya pasti menemui ujungnya menuju kebinasaan. Puluhan ribu yang secara konfiden membayangkan bahwa mereka sedang menuju Sorga akan mendapati bahwa mereka tertipu secara mengerikan ketika mereka bangun di Neraka!
Ø  Apakah InjilL
Apakah Injil adalah pesan kabar baik dari Sorga untuk membuat pemberontak-pemberontak yang melawan Allah leluasa dalam kejahatan mereka? Apakah Injil diberikan dengan tujuan meyakinkan orang-orang muda yang gila kenikmatan bahwa dengan syarat mereka "percaya" saja, tidak ada yang perlu mereka takuti pada masa yang akan datang? Seseorang pasti mengira demikian dari cara Injil diberitakan, atau lebih tepatnya diputarbalikkan, oleh kebanyakan "penginjil," dan lebih lagi ketika kita melihat kehidupan "petobat-petobat" mereka. Tentu saja mereka yang mempunyai kebijakan rohani seharusnya melihat bahwa meyakinkan orang-orang tersebut bahwa Allah mengasihi mereka dan Anak-Nya mati bagi mereka, dan bahwa pengampunan total bagi segala dosa mereka (yang lampau, sekarang, dan akan datang) dapat diperoleh hanya dengan "menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka" adalah tidak lain dari membuang mutiara kepada babi.
Ø  Bertambah Banyaknya Pengkhotbah-pengkhotbah Amatir
Injil bukanlah sesuatu yang terpisah. Injil bukan sesuatu yang berdiri sendiri di luar hukum Allah yang diwahyukan sebelumnya. Injil bukan pengumuman bahwa Allah telah mengurangi keadilan-Nya atau menurunkan standar kesucian-Nya. Sangat jauh dari itu, ketika dipaparkan secara alkitabiah Injil menyatakan dengan jelas dan merupakan bukti yang kritis akan keadilan Allah yang tidak dapat diganggu gugat dan kebencian-Nya yang tidak terhingga terhadap dosa. Akan tetapi untuk memaparkan Injil secara Alkitabiah, banyak pemuda dan pebisnis yang memberikan waktu luangnya bagi "usaha penginjilan" tidak cukup berkualifikasi. Sayangnya keangkuhan daging memberi jalan kepada begitu banyak orang yang tidak kompeten untuk buru-buru mengambil posisi di mana orang-orang yang lebih bijaksana gentar untuk mengambilnya. Bertambah banyaknya orang-orang yang tidak berpengalaman inilah yang berperan besar terhadap situasi celaka yang sekarang menghadapi kita, dan karena "gereja-gereja" dan "persekutuan-persekutuan" begitu banyak dipenuhi oleh "petobat-petobat" mereka, mereka begitu tidak rohani dan begitu duniawi. Tidak, pembaca, Injil sangat sangat jauh dari meremehkan dosa. Injil menunjukkan kita bagaimana ketatnya Allah berurusan dengan dosa. Injil menyatakan kepada kita pedang keadilan-Nya yang mengerikan memukul Anak-Nya yang dikasihi-Nya supaya penebusan dapat dibuat bagi pelanggaran-pelanggaran umat-Nya. Sangat jauh dari Injil mengesampingkan Taurat, Injil menampilkan Juruselamat menerima kutukan Taurat. Kalvari menunjukkan kebencian Allah yang paling menggentarkan dan menakjubkan terhadap dosa yang tidak akan pernah ditunjukkan dalam waktu atau kekekalan. Dan menurut Anda apakah Injil diagungkan atau Allah dimuliakan dengan pergi kepada orang-orang di dunia dan memberi tahu mereka bahwa mereka "dapat diselamatkan saat ini juga dengan hanya menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka" sementara mereka masih terikat kepada berhala-berhala mereka dan hati mereka masih mencintai dosa? Jika saya melakukannya, saya memberi tahu mereka suatu kebohongan, memalsukan Injil, menghina Kristus, dan menjadikan kasih karunia Allah kebebasan yang liar.
Ø  Alkitab Diputarbalikkan dari Konteksnya
Tentu sebagian pembaca siap untuk menyatakan keberatan terhadap pernyataan-pernyataan yang "kejam" dan "sarkastis" di atas dengan bertanya, Ketika mendengar pertanyaan "Apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" (Kisah Rasul 16:30) bukankah Rasul berkata, "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat"? Masakan kita bersalah, kalau begitu, jika kita memberitahu orang-orang berdosa hal yang sama hari ini? Tidakkah kita punya dukungan Ilahi untuk melakukannya? Benar, kata-kata itu ada dalam Kitab Suci, dan karena itu, banyak orang-orang yang superfisial dan tidak terlatih menyimpulkan bahwa mereka bisa mengulanginya kepada siapa saja dan kapan saja. Tapi kiranya diperhatikan bahwa Kisah Rasul 16:31 tidak ditujukan kepada sembarang orang, melainkan kepada satu orang tertentu, yang secara langsung menunjukkan bahwa pesan tersebut bukan untuk sembarangan dikatakan, melainkan merupakan kata-kata yang khusus untuk mereka yang menunjukkan sikap seperti orang yang kepadanya kalimat tersebut pertama kali dikatakan. Ayat-ayat Alkitab tidak boleh diputarbalikkan dari konteksnya, tapi harus ditimbang, ditafsir, dan diaplikasikan sesuai dengan konteksnya; dan ini memerlukan doa, meditasi, dan studi yang panjang; dan kegagalan dalam poin inilah yang menjelaskan "khotbah-khotbah" murahan dan tidak berharga dalam zaman serba instan ini. Lihatlah konteks Kisah Rasul 16:31, dan apa yang kita temukan? Apa yang terjadi, dan kepada siapa Rasul berkata, "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus?" Tujuh jawaban diberikan di situ, yang menyediakan garis pembatas yang mencolok dan komplit akan karakter mereka yang kepadanya kita diijinkan untuk menyampaikan kata-kata yang sungguh injili ini. Saat kita secara singkat menyebutkan ketujuh detil ini, biarlah pembaca merenungkannya dengan hati-hati. Pertama, orang yang kepadanya kata-kata ini disampaikan baru saja menyaksikan kuasa mujizat Allah. "Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua" (Kisah Rasul 16:26). Kedua, akibatnya orang tersebut sangat tergerak, bahkan sampai ke titik putus asa: "Ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri" (ayat 27). Ketiga, ia merasakan perlunya pencerahan: "Kemudian ia berseru meminta cahaya" (ayat 29, diterjemahkan dari King James Version). Keempat, kecukupan dirinya hancur total, karena ia "berlari masuk ... dengan gemetar" (ayat 29). Kelima, ia mengambil tempat yang sepatutnya (di hadapan Allah)—dalam debu—karena "tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas" (ayat 29). Keenam, ia menunjukkan hormat dan perhatian kepada hamba-hamba Allah, karena ia "mengantar mereka ke luar" (ayat 30). Ketujuh, kemudian, dengan kepedulian yang mendalam terhadap jiwanya, ia bertanya, "Apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?"
Di sini, dengan demikian, ada sesuatu yang jelas untuk pembimbing kita, jika kita bersedia dibimbing. Bukan orang yang tidak serius, ceroboh, dan tidak peduli yang dinasehati untuk "sekedar" percaya; melainkan, seorang yang memberikan bukti jelas bahwa karya Allah yang berkuasa telah dikerjakan dalam dirinya. Ia adalah jiwa yang dibangunkan (ayat 27). Dalam kasusnya tidak ada keperluan untuk menekankan kondisinya yang terhilang, karena ia jelas merasakannya; para rasul juga tidak diperlukan untuk mendesaknya bertobat, karena keseluruhan sikapnya menunjukkan penyesalannya. Akan tetapi menerapkan kata-kata yang disampaikan kepadanya kepada mereka yang buta total terhadap kondisi mereka yang rusak, dan benar-benar mati terhadap Allah, akan lebih konyol daripada meletakkan sebotol garam berbau di dekat hidung seseorang pingsan yang baru ditarik dari dalam air. Biarlah pengkritik artikel ini membaca sepanjang Kisah Rasul dan melihat kalau ia dapat menemukan satu peristiwa di mana para rasul berbicara kepada sembarang orang atau kumpulan penyembah berhala dengan "sekedar" memberi tahu mereka untuk percaya Kristus.
Ø  "Oleh hukum Taurat orang mengenal dosa"
Sama seperti dunia tidak siap menerima Perjanjian Baru sebelum menerima yang Lama, sama seperti orang-orang Yahudi tidak siap menerima pelayanan Kristus sampai Yohanes Pembaptis pergi mendahului-Nya dengan seruan lantangnya supaya orang-orang bertobat, demikian pula orang yang belum diselamatkan tidak berada dalam kondisi siap menerima Injil sampai Taurat diaplikasikan kepada hati mereka, karena "oleh hukum Taurat orang mengenal dosa" (Roma 3:20). Adalah membuang waktu untuk menabur benih di tanah yang tidak pernah dibajak atau dicangkul! Menyatakan pengorbanan substitusi Kristus kepada mereka yang keinginan terbesarnya yaitu memuaskan keberdosaannya, adalah sama dengan memberikan apa yang suci kepada anjing-anjing. Apa yang perlu didengar oleh mereka yang belum bertobat yaitu karakter-Nya yang dengannya mereka bertanggung jawab, klaim-klaim-Nya atas mereka, tuntutan-tuntutan-Nya yang adil, dan bahwa mengabaikan-Nya dan memilih jalan mereka sendiri merupakan kejahatan yang tidak terkira.
Ø  Ia akan Menyelamatkan Umat-Nya "dari Dosa-dosa Mereka"
Natur keselamatan Kristus dinyatakan dengan begitu salah oleh "penginjil" zaman sekarang. Ia memberitakan seorang Juruselamat dari Neraka ketimbang Juruselamat dari dosa. Dan itulah mengapa begitu banyak orang secara fatal tertipu, karena banyak sekali yang ingin selamat dari Lautan Api namun yang tidak ingin dilepaskan dari kedagingan dan keduniawian. Hal pertama yang dikatakan tentang Dia di Perjanjian Baru yaitu, "engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya (bukan "dari murka yang akan datang," melainkan) dari dosa mereka" (Matius 1:21). Kristus adalah Juruselamat bagi mereka yang menyadari betapa berdosanya dosa, yang merasakan beban dosa yang sangat tidak mengenakkan atas nurani mereka, yang muak terhadap diri mereka sendiri karenanya, yang rindu untuk dibebaskan dari kuasanya yang mengerikan; dan Ia bukan Juruselamat bagi yang lain. Seandainya Ia "menyelamatkan dari Neraka" mereka yang masih mencintai dosa, Ia akan menjadi Hamba dosa, merestui kejahatan mereka dan berpihak dengan mereka melawan Allah. Betapa mengerikan dan menghujat untuk berbicara demikian terhadap Yang Mahakudus!

Seandainya pembaca berkata, Aku tidak menyadari kengerian dosa maupun tersungkur dengan rasa bersalah ketika Kristus menyelamatkan aku. Maka kami tanpa ragu menjawab, Entah engkau belum pernah diselamatkan sama sekali, atau engkau tidak diselamatkan seawal yang engkau kira. Benar, ketika orang Kristen bertumbuh dalam kasih karunia ia memiliki kesadaran yang lebih jelas akan apa itu dosa—pemberontakan terhadap Allah—dan kebencian dan kedukaan yang lebih mendalam terhadapnya; tetapi mengira bahwa seseorang dapat diselamatkan oleh Kristus sementara nuraninya tidak pernah dipukul oleh Roh, dan hatinya belum dibuat menyesal di hadapan Allah, adalah membayangkan sesuatu yang tidak eksis di dunia kenyataan. "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit" (Matius 9:12): mereka yang sungguh-sungguh mencari pertolongan dari Tabib agung hanyalah mereka yang sakit akan dosa—yang rindu untuk dilepaskan dari pekerjaannya yang tidak memuliakan Allah dan polusinya yang mencemarkan jiwa.
Ø  Khotbah yang akan Membuat Orang Pergi
Dengan demikian, karena keselamatan Kristus ialah keselamatan dari dosa—dari cinta akan dosa, dari kuasanya, dari rasa bersalah akibat dosa dan hukumannya—maka tentu tugas pertama dan utama seorang penginjil yaitu berkhotbah tentang DOSA: menjelaskan apa sesungguhnya dosa itu, menunjukkan di mana letak kejahatannya yang tidak terhingga; menelusuri pekerjaannya yang kompleks dalam hati; menunjukkan bahwa tidak kurang dari hukuman kekal adalah ganjarannya. Ah, dan berkhotbah tentang dosa—tidak sekedar mengutarakan beberapa kalimat klise mengenainya, melainkan memberikan khotbah demi khotbah untuk menjelaskan apa dosa itu di hadapan Allah—tidak akan menjadikannya populer maupun menarik khalayak ramai, bukan? Tidak, tidak akan, dan mengetahui hal ini, mereka yang mencintai pujian manusia lebih daripada perkenan Allah, dan yang menghargai gaji mereka di atas jiwa-jiwa kekal, akan secara otomatis menyesuaikan layar mereka. "Tapi khotbah seperti itu akan membuat orang pergi!" Kami menjawab, jauh lebih baik membuat orang pergi dengan khotbah yang setia daripada membuat Roh Kudus pergi dengan melayani daging.
Ø  "Kasih Karunia" Tidak Pernah Berkompromi dengan Dosa
Ketentuan-ketentuan keselamatan Kristus dinyatakan dengan salah oleh penginjil zaman sekarang. Ia memberi tahu para pendengarnya bahwa keselamatan adalah oleh kasih karunia dan diterima sebagai pemberian yang cuma-cuma; bahwa Kristus telah melakukan segala sesuatu bagi orang berdosa, dan tidak ada yang perlu dilakukannya kecuali "percaya"—bersandar di dalam jasa yang tak terhingga dari darah-Nya. Dan begitu luasnya konsep ini sekarang berpengaruh dalam lingkungan "ortodoks", begitu seringnya konsep ini diperdengarkan di telinga mereka, begitu dalamnya ia telah berakar dalam pikiran mereka, sehingga bagi seseorang untuk sekarang menantangnya dan menolaknya karena itu sungguh tidak cukup dan berat sebelah sehingga menipu dan salah, adalah baginya untuk dengan segera dilabel sesat, dan dituduh tidak menghormati karya sempurna Kristus karena mengajarkan keselamatan melalui usaha. Meskipun demikian, penulis cukup siap untuk menanggung resiko tersebut. Keselamatan ialah oleh kasih karunia, oleh kasih karunia saja, karena ciptaan yang telah jatuh tidak mungkin melakukan apapun untuk mendapatkan perkenan Allah. Meskipun demikian, kasih karunia Ilahi tidak diberikan dengan membuang kekudusan, karena kasih karunia tidak pernah berkompromi dengan dosa. Juga benar bahwa keselamatan ialah pemberian cuma-cuma, tapi tangan yang kosong harus menerimanya, dan bukan tangan yang masih memegang erat dunia! Akan tetapi tidak benar bahwa "Kristus telah melakukan segala sesuatu bagi orang berdosa." Ia tidak mengisi perut-Nya dengan makanan yang dimakan babi dan mendapati makanan tersebut tidak dapat memuaskan. Ia tidak memalingkan punggungnya terhadap negeri yang jauh, bangkit, pergi kepada Bapa, dan mengakui dosa-dosa-Nya—ini semua adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh orang berdosa itu sendiri. Benar, ia tidak akan diselamatkan karena melakukan hal-hal tersebut, sama seperti anak yang hilang tidak dapat menerima ciuman dan cincin Sang Bapa sementara ia tetap dipisahkan dari-Nya oleh kebersalahannya!
Ø  Pendosa Harus Bertobat
Sesuatu yang lebih daripada "percaya" diperlukan untuk keselamatan. Hati yang memberontak terhadap Allah tidak dapat percaya: ia harus lebih dahulu dipecahkan. Tertulis, "jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian" (Lukas 13:3). Pertobatan sama pentingnya dengan iman, ya, yang terakhir tidak bisa ada tanpa yang pertama: "kamu tidak menyesal sehingga kamu bisa percaya kepadanya" (Matius 21:32, diterjemahkan dari King James Version). Urutannya dengan cukup jelas diberikan oleh Kristus: "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1:15). Pertobatan ialah menyesal atas dosa. Pertobatan ialah penolakan di dalam hati terhadap dosa. Pertobatan ialah tekad hati untuk meninggalkan dosa. Dan di mana ada pertobatan sejati kasih karunia bebas berkarya, karena ketentuan kekudusan terpelihara saat dosa ditinggalkan. Karena itu, merupakan tugas penginjil untuk berseru, "Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya" (Yesaya 55:7). Tugasnya yaitu memanggil para pendengarnya untuk meletakkan senjata perseteruan mereka terhadap Allah, dan kemudian memohon belas kasihan melalui Kristus.
Ø  "Ketuhanan" Juruselamat
Jalan keselamatan disalahartikan. Seringkali "penginjil" modern meyakinkan jemaatnya bahwa satu-satunya hal yang harus dilakukan seorang berdosa untuk melepaskan diri dari Neraka dan memastikan Sorga yaitu "menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadinya." Tapi pengajaran seperti ini sungguh menyesatkan. Tak seorangpun dapat menerima Kristus sebagai Juruselamatnya sementara ia menolak-Nya sebagai Tuhan! Benar ditambahkan bahwa ia yang menerima Kristus harus juga berserah kepada-Nya sebagai Tuhan, tapi ia seketika merusakkannya dengan menegaskan bahwa meskipun petobat tersebut gagal dalam hal tersebut, Sorga dijamin baginya. Ini adalah salah satu tipuan Setan. Hanya mereka yang buta rohani akan menyatakan bahwa Kristus menyelamatkan siapapun yang membenci otoritas-Nya dan menolak kuk-Nya: oh, pembaca, itu bukan kasih karunia (grace) melainkan sesuatu yang memalukan (disgrace)—menyatakan Kristus dengan memberi peluang bagi keberdosaan. Dalam jabatan-Nya sebagai Tuhan Kristus memelihara kemuliaan Allah, pemerintahan-Nya, Hukum-Nya; dan jika pembaca membaca ayat-ayat (Lukas 1:46, 47; Kisah Rasul 5:31; 2 Petrus 1:11; 2:20; 3:18) di mana kedua gelar muncul, pembaca akan mendapati bahwa urutannya selalu "Tuhan dan Juruselamat" dan bukan "Juruselamat dan Tuhan." Karena itu, mereka yang belum tunduk kepada tongkat Kristus dan memuliakan-Nya sebagai Raja dalam hati dan hidup mereka, namun mengira mereka percaya kepada-Nya sebagai Juruselamat mereka, sedang tertipu, dan kecuali Allah menyadarkan mereka, mereka akan pergi ke api yang kekal dengan kebohongan di tangan kanan mereka (Yesaya 44:20). Kristus ialah "pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya" (Ibrani 5:9), namun sikap mereka yang tidak tunduk kepada Ketuhanan-Nya yaitu "Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami" (Lukas 19:14). Berhentilah sejenak, pembaca, dan dengan jujur hadapilah pertanyaan: Apakah aku tunduk pada kehendak-Nya? Apakah aku sungguh-sungguh berusaha untuk menjaga perintah-perintah-Nya?
Kondisi yang Jauh Lebih Celaka daripada yang Kita Kira
Sayang sekali, "jalan keselamatan" Allah hampir sepenuhnya tidak diketahui hari ini, natur keselamatan Kristus disalah mengerti hampir secara universal, dan ketentuan-ketentuan keselamatan-Nya diputarbalikkan. "Injil" yang sekarang dikumandangkan hanyalah, sembilan dari sepuluh, penyimpangan dari Kebenaran, dan puluhan ribu, yakin mereka sedang menuju Sorga, sekarang sedang mempercepat langkah mereka ke Neraka secepat waktu dapat membawa mereka. Keadaan Kekristenan jauh, jauh lebih celaka daripada yang dikira oleh bahkan orang-orang "pesimis" dan "alarmis". Kami bukan nabi, dan kami tidak akan berspekulasi mengenai nubuat alkitabiah—orang-orang lebih berhikmat dari penulis telah seringkali membodohi diri mereka sendiri dengan melakukannya. Dengan jujur kami berkata bahwa kami tidak tahu apa yang akan diperbuat Allah. Kondisi keagamaan jauh lebih buruk, bahkan di Inggris, 150 tahun lalu. Tapi kami sangat gentar atas hal ini: kecuali Allah berkenan memberikan kebangunan rohani sejati, tidak akan lama sebelum "kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa" (Yesaya 60:2), karena cahaya Injil sejati secara cepat menghilang. "Penginjilan" modern merupakan, dalam pertimbangan kami, "tanda-tanda zaman" yang paling serius di antara semuanya.

JALAN BAGI MEREKA YANG PEDULI
Apa yang harus dilakukan umat Allah mengetahui situasi yang ada saat ini? Efesus 5:11 menyediakan jawaban Ilahi: "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu"; dan segala sesuatu yang melawan cahaya Firman adalah "kegelapan." Adalah kewajiban setiap orang Kristen untuk tidak berurusan dengan kengerian "penginjilan" zaman sekarang: untuk tidak memberikan dukungan moral dan finansial terhadap hal tersebut, untuk tidak menghadiri pertemuan-pertemuan mereka, untuk tidak mengedarkan traktat-traktat mereka. Pengkhotbah-pengkhotbah yang memberi tahu orang-orang berdosa bahwa mereka dapat diselamatkan tanpa membuang berhala-berhala mereka, tanpa bertobat, tanpa tunduk kepada Ketuhanan Kristus, sama bersalah dan berbahayanya seperti mereka yang bersikeras bahwa keselamatan diperoleh karena usaha, dan bahwa Sorga harus didapatkan melalui usaha kita sendiri.
















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Jadi dalam makalah saya ini dapat saya simpulkan bahwa dalam RELEVANSI PEKABARAN INJIL DI INDONESIA MASA KINI, ini saagat jauh berbeda dengan zaman dulu dan zaman sekarang, namun banyak informasi bahwa metode pekabaran injil dindonesia sekarang ini sangat berpengaruh sangat baik. Namun banayk sekali sekareang disisi lain sanghat lah berbeda pada hakekatnya tidak seperti yang kita pikirkan, nah untuk itu saya dapat menyimpulkan bahwa RELEVANSI PEKABARAN INJIL DI INDONESIA MASA KINI, kalau di pandang dari sudut pandang zaman gereja mula-mula jawaban kelompok TIDAK RELEVAN, sedang kan kalo di pandang dengan zamanya sekarang ini Yah relevan dan pada hakekatnya kacau dan hancur.
Demikian hasil dari kelompok kami, kami ucapkan terima kasih.




2 komentar:

pendidikan agama kristen

sifat tokoh alkitab

Berikut 12 tokoh Alkitab yang hidup penuh sabar, dan patut untuk kita teladani 1. Ayub Ayub, salah satu tokoh yang di kenal sabar dalam Kita...